"Sore, aku pulang." Sapa Nana pada neneknya yang sedang sibuk menata pot bunga di halaman depan rumah.
"Sore sekali kamu pulang cung. Apa banyak kegiatan?" Sambut nenek sambil menoleh ke arah cucunya.
"Ada sedikit urusan nek. Aku ganti pakaian dan makan dulu ya." Ujar Nana sambil tersenyum.
***
Pukul menunjukan 17:00, matahari sepertinya cukup bekerja keras hari ini. Tampak cahaya senja yang indah dengan warna kuning telur nyaris sempurna membias layaknnya tinta di tengah gelas kaca. Nana menatap cahaya itu dengan penuh terkaan di kepalanya.
Ada sesuatu yang tampak membuatnya gelisah. Ternyata ia kembali teringat akan masa kecilnya saat-saat sebelum bersekolah dulu, dimana ia selalu menghabiskan setiap sore dihari Sabtu untuk menatap senja dari atas teras lantai dua rumah paman Sam. Pada tatapan yang sama, rasa yang sama, yaitu rindu.
Tahap denial dalam kesedihan itu adalah hal yang wajar. Improvisasi dari cerita ini berdasarkan referensi saya dalam menyikapi rasa kehilangan atas seseorang yang begitu saya cintai. Akhir tahun 2019 lalu adalah tragedi paling terkelam dalam hidup saya, namun juga secara bersamaan telah membawa saya menjadi pribadi yang lebih tegar dalam menghadapi masalah sebesar apapun itu. Karena dimata kematian, kita hanyalah sepotong permen cokelat. - Aryandi R