sandi sungai

Seorang Sarjana Kekaisaran di siang hari. Seorang pembunuh di malam hari. Dunia Kultivasi telah berubah. Elemental Mancers. Flux Mancers. Spirit Mancers. Soul Mancers. Menurunkan hujan api dan membelah samudera. Menghancurkan gunung dengan satu hentakan kaki dan menenangkan langit dengan sekali pandang. Mengendalikan arus Karma, sambil menggunakan jiwa-jiwa orang lain seperti dalang yang menarik Garis Takdir. Yang paling misterius dari mereka semua adalah Spirit Mancers, sebuah kebenaran yang sangat dikenal oleh Theron. Karena Kesengsaraan seseorang, hidupnya terbalik. Keluarganya, amarahnya, kesedihannya yang muram menjadi tidak lebih dari bahan bakar Karma Buruk bagi seorang yang gila. Dia dulunya seorang pemuda yang lembut, seorang Water Mancer yang tidak suka bertarung yang tidak menginginkan apa pun selain membaca novel-novelnya dengan suara hujan dan suatu hari menjadi Sarjana Kekaisaran. Tapi sekarang... Semuanya telah berubah. Dia mengenakan jubah di malam yang sunyi saat awan berkumpul di atas. Menarik tudungnya menutupi mata birunya yang dingin, dia mengendap-endap ke dalam kegelapan. Tetes pertama jatuh. Dia akan menjadi mimpi buruk bagi musuh-musuhnya, bilah tersembunyi di balik bayangan air mata Surga. Sungai Malam.

Kezira Dirazkenia merupakan cewek misterius yang selalu ditakuti oleh siapapun. Tapi sialnya, seorang cowok konyol datang di kehidupannya. Cowok yang sering membuat dia baper bukan main, dengan ucapan puitis dan tingkah konyol Amazon yang membuat Kezira merasakan kehangatan yang tidak pernah ia dapatkan selama ini.

Di dunia jianghu yang bergejolak, pemimpin organisasi pembunuh, Dàjiāzhǎng Xuè Rèn, menghadapi krisis mematikan setelah diracun. Dengan nyawanya yang terancam, tiga klan terkemuka di bawah organisasi tersebut melihat ini sebagai kesempatan untuk memicu pemberontakan. Pemimpin kelompok pembunuh "Bayangan Laba-laba", Sū Mùyǔ, ditugaskan untuk mengawal Dàjiāzhǎng ke Lembah Yàowáng untuk menemui tabib suci Bái Hèhúai. Namun, di sepanjang perjalanan, mereka menghadapi rintangan dari para pembunuh dari berbagai klan. Yang mengejutkan mereka, upaya terakhir untuk membunuh Dàjiāzhǎng datang tak lain dari Sū Chānghé, sahabat karib Mùyǔ dari organisasi tersebut. Kedua pemuda itu, didorong oleh keyakinan mereka masing-masing, saling menghunus pedang dalam konfrontasi sengit. Saat kekuatan Dànhé, Tángmén, Lángyá Wang, dan keluarga kekaisaran naik panggung, setiap faksi bangkit untuk mengklaim tempat mereka dalam adegan kacau ini!

Bila saja mataku tidak melihatmu waktu itu, pasti kisah cintaku dengan sepupuku tak akan pernah berakhir. Bila saja aku tidak menciummu waktu itu, pasti cerita pahit tentang kita tak akan pernah terjadi. Bila saja kau jujur padaku, pasti cerita panjang tentang kita tak akan pernah ada.... Aku mencintaimu, tapi ada pembatas yang sangat besar diantara kita.. Andai kau Manusia.. NB: Dilarang keras menyalin tanpa seizin penulis! untuk sandi perak season 1 tamat di bab 69 ya :)

Di sebuah desa terpencil, mengalir sungai jernih yang menyimpan legenda misterius. Pada malam purnama, airnya berkilau seperti emas. Konon, siapa pun yang berhasil menangkap “Ikan Emas Penjaga” akan mendapatkan satu permintaan yang bisa mengubah takdir. Arka, seorang yatim piatu berhati tulus, memutuskan mencari ikan itu demi menyelamatkan desanya dari kekeringan panjang. Namun, perjalanan itu membawanya pada rahasia besar yang mengajarkannya bahwa harta terpenting tidak selalu berbentuk emas.

"Aku tidak mempelajari Dao. Akulah yang menulisnya." Sebelum langit dan bumi dipisahkan, aku sudah ada di sana. Sebelum para Dewa dilahirkan, akulah yang mengajari mereka cara bernapas. Aku adalah Gu Taixu, Leluhur Dao Asal Mula. Aku menempa pedang pertama yang membelah kekacauan. Aku meracik pil pertama yang memberikan keabadian. Aku menyusun bintang-bintang menjadi formasi pertama. Namun di atas segalanya, akulah yang menciptakan Jalan Besar Kultivasi itu sendiri. Sayangnya, demi sebuah "Kekuasaan Mutlak", murid kesayanganku, Permaisuri Lin Xian, mengkhianatiku. Dia menusuk jantungku, mencuri Tulang Asal Mulaku, menghapus namaku dari sejarah, dan mengklaim semua ciptaanku sebagai miliknya untuk menguasai Sembilan Langit. Jutaan tahun kemudian, aku kembali dari Sungai Waktu. Aku terbangun di tubuh seorang murid sekarat di sebuah sekte runtuh—sekte yang ironisnya didirikan oleh pelayan setiaku di masa lalu. Melihat era baru ini, aku hanya bisa tertawa kecewa. Apa yang kalian sembah sebagai "Kitab Suci Dewa" hanyalah coretan gagal yang dulu kubuang. Apa yang kalian perebutkan sebagai "Senjata Suci" hanyalah besi rongsokan di mataku. Jalan kultivasi di dunia ini telah dikotori oleh kebohongan dan teknik yang cacat. Kini, Sang Guru telah kembali untuk meluruskan dunia. Aku akan menempa ulang tubuhku menjadi Wadah Sempurna, dan menyeret murid durhaka itu turun dari takhtanya. Langit di atas sana palsu. Hanya aku yang Abadi.

Kang Jihoon, seorang detektif muda berbakat di kepolisian Seoul, harus menghadapi kasus pembunuhan berantai yang menebar teror di kota. Semua korban ditemukan di sekitar Sungai Han—ikon indah sekaligus simbol luka lama baginya. Jihoon dikenal dingin dan perfeksionis, namun tekanan semakin besar saat pola kasus menyinggung orang-orang terdekatnya. Dalam penyelidikan, Jihoon dipertemukan kembali dengan Yoo Minji, sahabat masa kecil sekaligus cinta pertamanya yang kini menjadi jurnalis investigasi. Hubungan mereka rumit—dihantui kenangan manis masa lalu sekaligus kesalahpahaman pahit yang pernah memisahkan. Kerja sama dalam kasus ini memaksa mereka menata ulang perasaan yang lama terkubur. Ketegangan kian memuncak dengan hadirnya Han Seojin, profiler kriminal cerdas yang ditugaskan membantu tim. Tenang, perhatian, dan penuh dedikasi, Seojin perlahan menaruh hati pada Minji. Dinamika segitiga emosional ini membuat Jihoon terombang-ambing antara profesionalitas, rasa cemburu, dan fokus menyelesaikan kasus. Sementara itu, Hyerim—rekan lain di kepolisian—juga menyimpan perasaan pada Jihoon, menambah lapisan kompleksitas pada hubungan mereka. Semakin jauh investigasi berjalan, pesan-pesan misterius yang ditinggalkan pelaku terasa semakin personal, seolah menantang Jihoon langsung. Kebenaran akhirnya terungkap: pelaku adalah sosok dengan dendam lama yang berakar pada tragedi keluarga Jihoon sendiri. Pertarungan dramatis di jembatan Sungai Han menjadi klimaks, ketika Minji diculik dan Jihoon harus mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan cinta sekaligus menutup lingkaran dendam. Setelah badai berakhir, bayangan masa lalu perlahan mereda. Jihoon dan Minji, meski terluka oleh masa lalu, akhirnya berani saling menggenggam kembali. Sungai Han, yang dulu menjadi saksi kehilangan, kini menjadi simbol awal baru mereka. Novel ini menyatukan misteri, thriller psikologis, dan romansa dalam kisah tentang cinta, luka, serta keberanian menghadapi bayangan demi menemukan cahaya.

Ardan, seorang mahasiswa seni, kembali ke desa leluhurnya setelah kematian sang kakek. Ia mengira hanya akan menemukan kenangan masa kecil dan kesunyian pedesaan, tetapi sungai di tepi desa membawanya ke sebuah perjumpaan yang mengubah segalanya. Di sana ia bertemu Lira — sosok perempuan misterius yang hanya muncul saat malam, dengan cahaya kunang-kunang mengiringinya. Ardan jatuh cinta, namun segera sadar bahwa Lira bukanlah manusia biasa: ia adalah penjaga sungai, terikat pada perjanjian kuno antara alam dan leluhur. Ketika Revan, sahabatnya dari kota, datang dengan ambisi modern dan pandangan skeptis, keseimbangan mulai terguncang. Sungai mengering, desa terancam, dan Ardan terjebak di persimpangan antara cinta yang mustahil dan tanggung jawab pada tradisi. Sementara Maya, sahabat masa kecilnya, diam-diam menyimpan cinta yang lebih sederhana dan nyata, menunggu dalam kesetiaan yang sunyi. Novel ini bukan hanya kisah cinta segitiga, melainkan juga perenungan tentang alienasi manusia modern, benturan tradisi dengan kapitalisme, dan arti cinta dalam makna terdalamnya: bukan untuk memiliki, melainkan untuk merawat. Di Antara Dua Dunia mengalir sebagai roman filsafat dan folklore Nusantara — sebuah kisah tentang cinta, takdir, dan keseimbangan alam yang tak boleh dilupakan.

Qin Yao opens her eyes and finds herself transmigrated from a post-apocalyptic world into the body of an ancient peasant woman. Her family consists of four stepchildren needing care. A good-for-nothing husband, who has nothing but looks, is causing a ruckus. They live in a thatched hut, without a grain of rice, the family is emaciated like refugees. If that wasn't enough, someone even comes to collect debts! Anger rises in Qin Yao's heart, and she kicks the wretched husband out, "Debt collector, feel free to just beat him to death!" The four stepchildren: !!! With the world quieted, Qin Yao rolls up her sleeves to revive the family. Hunting, carrying bags, fighting bandits, she's an expert in all. But facing the fields, with her back to the sky, and her face to the earth, even a top-tier fighter from the post-apocalyptic world waves her hand: Can't take it! Really can't take it! Qin Yao scratches her head: In the ancient times where agricultural taxes are extremely high, how can I avoid farming? At this moment, the lazy husband who was sent away to die (twisting and crawling) (struggling to stand up) (screaming and roaring): My dear! I think I can be saved!

Shocking! The rough husband is the hidden master in the time-travel novel. She is the sacrificial victim for the male lead's pursuit of true love, the pitiful person who transforms grief and indignation into motivation, the obsessive person who constantly wants to slap the male lead's face with money, the lemon essence contrasting the female lead’s gentleness and generosity. Xu Qinghuan: Emma, is this talking about me? Xu Qinghuan transmigrated into a book, into a time-travel novel written by her best friend, where her father died early, her mother remarried, and she was raised in her second uncle's home since childhood. Her cousin and fiancé are entangled? "Break off the engagement, whoever wants the central air conditioner can take it!" Her biological mother manipulates her with work? Isn't it just going to the countryside? The Great Northeast's black land is fertile, where every year you can lie on the heated kang and eat for half the year. Which corporate slave wouldn’t love it? Most importantly, there is a big shot she wants to cling to. Jiang Xingye is someone that even the male lead admires, the future global richest man, the hidden master in the book. After going to the countryside, Xu Qinghuan goes straight to Jiang Xingye. Her original plan was to be a little follower for the big shot and never thought of developing an inappropriate relationship with him. When the man gruffly raises his eyebrows and coaxingly tells her to hold on a little longer, she only wants to ask: What about being wealthy and detached? What about having a strong career ambition and no time for romance? What about being a 007 workaholic who doesn’t even return home?