=Ami POV=
Kami berhenti di dekat menara yang belum ku ketahui fungsinya.
"Disini. Kalian sudah sampai, rumah ini memiliki kunci di dalam. Semua perlatannya lengkap, jika kalian perlu bantuan, temui ayahku." Bocah itu berbicara tanpa memandang kami. Dia menatap sebuah rumah kayu yang nampak masih kokoh.
"Terimakasih," ujarku.
Bocah itu berbalik dan segera meninggalkan kami.
"Tunggu, Athan!" teriakku membuatnya berhenti dan berbalik.
Sungguh, aku dapat melihat sosok ketua timku saat ia menoleh dengan tatapan tanpa ekspresi itu. Manik matanya berkilau terpantulkan cahaya matahari siang.
"Aku senang bertemu denganmu," gumamku tak sengaja hampir membiarkan air mataku terjatuh.
"Hmm?" Bocah itu nampak bingung, dia menatapku lekat-lekat. Sungguh tatapan yang kurindukan.
"Menara, ini digunakan untuk apa?" tanyaku yang segera mengalihkan pandangan ke bangunan tinggi di dekat kami.