Download App
4.29% Lelaki cantik itu Amanda / Chapter 21: Dinar

Chapter 21: Dinar

Pagi ini di kediaman Adinata Dirga tengah menyantap sarapan bersama Ayahnya. Ibunya sudah meninggal Tiga tahun lalu karna penyakit kanker. Sedangkan Adik perempuan Dirga mengenyam pendidikan kuliah nya di Jepang karna mendapatkan beasiswa di sana. Dirga dan ayahnya memang dekat mereka selalu kompak dalam menjalankan bisnis perkebunan teh yang memang sudah turun temurun dari keluarga Adinata.

"Dirga bagaimana perkembangan Bisnis baru kamu..?"

"Lancar Ayah.. rencananya minggu depan akan mulai untuk pembangunan pabriknya."

"Wah cepat sekali membangun pabrik itu butuh persiapan yang banyak lo..?"

"Iya yah. Keluarga Arya bergerak di bidang properti karnanya pembangunan bisa di percepat karna mereka sudah profesional."

"Syukurlah segala sesuatunya di permudah."

"Ayah tau?? Adam memberikan syarat pada Arya kalau semua karyawan pabrik nanti diutamakan dari warga kampung ini dan penduduk sekitar pabrik."

"Benarkah..??Hebat sekali anak muda itu..Tekatnya yang kuat dia berhasil membuat Produk sendiri. Dan kini dia bahkah tak melupakan penduduk kampung padahal dia bukan berasal dari kampung ini. Ayah benar benar kagum padanya.."

"Dia memang pekerja keras." Dirga tersenyum karna Ayahnya punya pemikiran yang sama dengannya. Mereka melanjutkan menyantap sarapannya lalu dilanjut dengan menikmati kopi pagi.

.

.

.

"SELAMAT PAGII....ADAKAH YANG RINDU PADAKUUU..." Suara teriakan seorang perempuan menggema di seisi rumah bernuansa ukiran kayu tersebut.

Terlihat gadis berpostur tubuh mungil dengan rambut bergelombang panjang yang di cat dengan warna terang berjalan mendekati ruang makan.

Dua Lelaki yang sedang menikmati kopinya tersebut tampak terkejut terlebih Dirga yang tak tau kalau Adik cantiknya akan pulang hari ini.

"Dinarr.... kenapa gak beri tahu mas Dirga sih. Kan mas Dirga bisa jemput kamu di bandara.." gadis bertubuh mungil ini hanya tersenyum mendengar celotehan kakaknya.

"Yaa..Dinar tadi di jemput sama pak supir. kuliah Dinar lagi libur..trus Ayah bilang juga ada yang mau di bicarain."

"Emangnya apaan yah??"

"Jadi Ayah berencana ingin menjodohkan kamu sama nak Adam teman bisnis kakak kamu. kamu pasti sudah tau kan wajahnya sudah wira wiri di televisi."

"Uhuk uhuk uhuk..." Dirga tersedak kopinya. "Ayah yang benar saja masa mau jodohin Dinar sama Adam.. gak lucu ahh.." Dirga protes.

"Memangnya kenapa kan kamu tadi juga setuju kalau dia anak yang baik dan pekerja keras, dan Ayah lihat dia juga anak yang bertanggung jawab..."

"Gak gak .. Adam memang anak yang baik, tapi bukan untuk di jodohin sama Dinar juga... pokoknya Dirga gak setuju."

"Tapi Dinar suka kok.. Dinar udah lihat kak Adam di televisi cukup tampan wajahnya itu korea bangett.. dan Yang Dinar tahu dari Ayah kak Adam itu temen bisnisnya Mas Dirga kan??"

-Tampan apaan yang ada Adam tuh cantik.-

"Adam tuh masih muda kuliah aja belum selesai."

"Tapi dia punya masa depan yang menjajikan." Ayahnya tak mau kalah.

"Oh ayoolah Ayah... kita kan belum tahu asal usulnya yang sebenarnya.."

"Kamu kan temannya kamu cari tau dong.." Dirga yang greget hanya beranjak pergi meninggalkan Ayahnya yang sangat kolot.

Didalam kamar Dirga mengingat kata kata ayahnya.Tak rela Adam di jodohkan dengan adiknya karna mustahil mereka berdua kan sama sama perempuan. Dan lagi Dirga sendiri juga merasa tertarik dengan Adam yang notabene perempuan yang menyamar menjadi Lelaki.

"Ayah apa apaan sih main jodoh jodohin aja.."

"gak bisa di biarin nih. Tapi gak mungkin juga aku bongkar rahasianya Adam, aku udah janji pasa diriku sendiri."

"Tapi Ayah tuh orangnya kolot semua yang di inginkan harus di penuhi." Dirga mondar mandir di dalam kamarnya.

"Aku harus cari tau siapa Adam yang sebenarnya."

* * * *

Di rumah produksi Adam alias Amanda sedang sibuk mengatur barang dan membantu karyawan lain mengecek hasil produksi. Tiba tiba Dirga datang dengan seseorang gadis cantik. Karyawan lain yang memang sudah mengenal keluarga Adinata memberi salam dan tersenyum. Amanda mencoba melirik Dirga mencoba bertanya dengan gerakan matanya.

"Adam kenalin ini Adekku namanya Dinar dia baru datang dari jepang.."

"Haiii Aku Dinar.. ternyata kamu lebih tampan dari yang di televisi ya.." Dinar mengulurkan tangannya .Dirga hanya bisa mengumpat di dalam batin.

"Adam.." Amanda menjabat tangan Dinar dan tersenyum singkat.

"Mas Dirga kita jalan jalan yuk . .sama kak Adam juga.."

"Adamnya lagi sibuk kamu jalan jalan sama mas aja.. " Dirga berkata sinis.

"Tapi kan aku pengen lebih kenal sama kak Adam kan tadi disuruh sama Ayah.." Dirga hanya mendesah pasrah. Amanda yang mengerti lalu menuruti keiinginan Dinar. Gadis yang terlihat manja tersebut menyebut bahwa Ayahnya yang menyuruhnya.

"Baiklah.. kita bisa jalan jalan sebentar di kebun teh." Amanda mengajak mereka berjalan jalan di perkebunan.

Mereka bertiga menyusuri jalan setapak menikmati pemandangan hamparan hijau yang luas sambil membicarakan tentang bisnis DIA TEA. Ditengah jalan mereka bertemu dengan Lina dan juga teman temannya. Dinar yang juga teman Lina senang bisa bertemu lagi dengan teman temannya mereka pun ngobrol melupakan Dirga dan Adam.

Dirga pun menarik Adam menjauh.

"Dam gimana kalau kita jalan jalan sendiri."

"Tapi Dinar gimana..?"

"Udah biarin aja kalau cewek lagi ngobrol tu bisa lupa waktu."

"Trus kita mau kemana..?"

"Kamu maunya kemana..?"

"Hmmm gimana kalau ke bukit yang waktu itu..?" Amanda mengajak Dirga ke bukit yang memiliki pemandangan yang menakjubkan tersebut.

"Okee aku ambil motor dulu ya.. kamu tunggu disini dulu."

Tak lama Dirga kembali dengan motor trail berwarna hijau yang dulu pernah di pakai Amanda untuk belajar motor. Amanda yang melihat motor itu teringat pertemuan pertamanya dengan Arya.

"Yuk naik. ." Amanda pun naik ke sisi belakang Dirga.

Jalan yang berkelok kelok dan menanjak membuat Amanda perpengangan pada ujung bahu Dirga. Dirga yang menyadari bajunya di tarik oleh Adam hanya bisa tersenyum. Dirga sengaja memainkan rem motor agar tubuh Adam bisa lebih dekat dengannya.

Kini bereka sudah sampai di atas bukit . Amanda sangat mengagumi pemandangan yang tampak dari sana. Dia serasa ingin berbicara dengan angin yang berhembus.

"Kalau lagi disini segala kepenatan jadi plong gitu.."

"Ya disini emang nyaman." Dirga juga menghirup udara dalam dalam, menutup matanya dan merentangkan tangannya kesamping seperti yang biasa dilakukannya untuk menikmati suasana di atas bukit. Amanda pun juga melakukan hal yang sama.Tanpa terasa Amanda menitikkan airmata mengingat kejadian di hotel saat launching produk DIA TEA.

FLASHBACK

Setelah melarikan diri dari para fans dan reporter Amanda bersembunyi di balik pilar besar. Ada seseorang pria paruh baya yang mendekatinya.

"Nona Amanda..saya di minta tuan Bima untuk menjemput anda pulang."

Deg

"Kau kenapa bisa tau ini aku dan aku sedang disini?" Amanda tak menyangka orang suruhan Ayahnya akan menemukannya

di tempat ini.

"Tuan dan nyonya sudah tau semenjak melihat nona tampil di televisi. Kami hanya menjalankan tugas nona."

"Bilang sama Ayah aku belum siap pulang. Nanti kalau Aku sudah siap untuk pulang aku akan pulang sendiri."

"Tapi Nona.."

"Katakan saja kalau sekarang aku sedang membangun bisnisku. Ayah pasti akan paham, dan satu Lagi aku tak suka di paksa. Sekarang pergilah kau dari sini."

"Baiklah Nona. Permisi." Orang suruhan Ayahnya pergi

Amanda yang galau memutuskan untuk mencari udara segar di luar hotel dan menuju kolam renang.

FLASHBACK END.


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C21
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login