"Aku susah kehilangan dia Bi'.. Aku sudah benar benar kehilangan putriku. Dia bukan lagi putri yang ku kenal. Dia.. Dia.." wulan tak kuasa untuk mengucapkan kelanjutan kalimatnya karna ia sebenarnya tak mau ada orang lain yang tau kejadian malam ini selain dirinya.
Fatima mengelus punggung wulan dengan lembut mencoba menenangkan. Seketika wulan langsung memeluk asisten yang selalu memenuhi keperluan dan juga melayaninya sejak lama. Kedua wanita paruh baya tersebut saling berpelukan dengan erat seakan mencoba saling menguatkan.
Tok tok tok.
Suara ketukan terdengar dari pintu paviliun Wulan. Perlahan Fatimah mengurai pelukannya dan beranjak membukakan pintu. Ia mengusap sisa Air mata yang masih membasahi wajahnya.
Kini tampak berdiri seorang pria tua yang juga baru datang. Tanpa permisi tentu saja ia langsung melenggang masuk karena ia adalah pemimpin serta pemilik semua yang ada di rumah mewah laksana istana tersebut. Ia mencari Wulan yang masih terduduk lemas di atas lantai.