Download App
28.57% LoveStory / Chapter 2: Belajar Menjadi Egois

Chapter 2: Belajar Menjadi Egois

[ Edisi Spesial buat NaruSaku ]

.

.

.

.

"Sakura, aku sangat mencintaimu," bisik Naruto.

"Naruto, aku ingin pulang dulu. Cepat lepas pelukanmu."

"Tidak."

"Eh, kenapa tidak?"

"Dari dulu aku ingin seperti ini, Sakura jangan pulang."

"Dasar, kau jadi aneh tiba-tiba seperti anak manja."

Sakura menyudahi pelukan Naruto. Naruto hanya bisa tersenyum ketika Sakura membuka pintu untuk pulang. 

"Aku pulang dulu, ya!"

"Sakura, apa aku boleh belajar egois?"

"Egois?" Sakura tersenyum dan pamit.

Naruto melirik ke arah gelas Sakura, Naruto mengambil gelas itu dan melihat gelas miliknya masih terisi penuh. Naruto lupa dengan minumannya sendiri karena terlalu fokus dalam percakapannya dengan Sakura.

"Kalau aku bukan orang baik, aku harus bagaimana untuk memiliki Sakura selamanya?"

Meminum jus jeruk miliknya sampai habis dan membawa 2 sekaligus nampan miliknya, Naruto mencuci dan gelas lalu meletakkan di rak piring. 

"Aroma tubuh Sakura tadi wangi sekali."

Naruto memutuskan untuk keluar rumah ia ingin tahu bagaimana caranya memiliki seorang wanita yang disukai jika wanita itu sangat susah untuk dimiliki. 

Desa yang selalu Naruto lindungi walaupun para penduduknya dulu tak menerima kehadirannya Naruto. Dengan usahanya Naruto pada akhirnya diakui penduduk Konoha sebagai pahlawan.

"Aku harus mencari dimana, ya?"

Naruto berpapasan dengan seorang gadis remaja bernama Hyuga Hinata. Hinata memiliki perasaan khusus terhadap Naruto. Naruto tak melihat bahkan merasakan kehadiran Hinata, Naruto terlalu fokus bagaimana ia bisa memiliki Sakura dengan egois.

"Na, Naruto."

"Mmm?" Naruto menoleh ke kanan. 

"Oh, Hinata, ada apa?"

"Aa, aku tadi ingin ke rumahmu dan ingin mengatakan sesuatu."

"Ingin mengatakan apa? Hinata, perlu bantuanku?"

"Bu-bukan bantuan tapi ingin mengatakan sesuatu."

Naruto garuk kepala tak mengerti, ia memutuskan mengajak Hinata ke toko buku. Hinata baru tahu kalau Naruto suka membaca buku.

"Naruto suka baca?"

Naruto berpikir sejenak dan menjawab, "tidak..tapi ada sesuatu yang ingin aku tau."

Naruto dan Hinata memutuskan untuk ke toko buku. Di toko buku ada seseorang yang tak asing bagi Naruto. "Sai? Kenapa dia ada di toko buku?" Naruto buru-buru masuk ke dalam toko buku sampai lupa dengan Hinata yang hanya diam lalu ia pergi karena diacuhkan Naruto untuk kesekian kalinya.

"Naruto ..."

"Sai, kebetulan sekali, kau ada di toko buku!"

"Kebetulan?"

Naruto menanyakan buku apa yang bisa membuat seseorang memiliki seorang wanita namun susah untuk di dekati. Sai berpikir sejenak dan menyarankan buku yang paling ampuh untuk menaklukkan hati wanita.

"Bagaimana kalau kau baca buku baru ku."

"Buku barumu?"

Sai mengajak Naruto pergi dari toko buku, Naruto ikut tanpa menanyakan kemana Sai akan pergi. Tak lama kemudian mereka berdua sampai di toko bunga milik Yamanaka Ino.

"Hah! Kenapa kita ke sini?!" Naruto tak mengerti kenapa Sai mengajak Naruto ke tempatnya Ino.

"Buku pribadi di pinjam Ino, kita harus minta dulu bukunya."

"Nada bicara yang sopan ..."

Naruto sudah hafal sifat Sai kalau bicara seperti itu pasti memiliki rencana terselubung. Ino berekspresi senang ketika melihat Sai mengunjungi toko bunga miliknya namun kali ini mengajak Naruto untuk ikut. 

"Ino Sayang."

"Ino Sayang?!"

Ino yang dipanggil sayang oleh Sai, Ino merona merah di kedua pipinya. Naruto tak mengira kalau Sai suka dengan Ino yang memiliki sifat lebih buruk dari Sakura.

"Kalian apa mungkin pa-."

"Benar kami pacaran baru 2 hari."

"Yang, yang benar! Ino, apa Sai tidak bohong!" 

Ino berdeham dan menjawab semua yang dikatakan Sai itu benar. Sai mendekatkan wajahnya ke wajah Ino, dan mereka pun saling mengecup bibir. 

"Sayang apa aku boleh pinjam buku itu sebentar?"

Ino menggelengkan kepala untuk menolak permintaan Sai.

"Un-untuk apa Sai? Aku bilang hanya kita yang tau nanti Naruto jadi tau buku bergambar buatanmu."

"Buku bergambar?"

Naruto garuk kepala tak mengerti sampai pusing Naruto untuk mencerna percakapan itu. Sai berbisik, membisikan sesuatu ke Ino, yang langsung buru-buru pergi untuk mengambil buku milik Sai di kamar. 

"Sai, kau tadi bisik-bisik apa?"

"Aku hanya bisik jatahmu nanti malam."

"Jatah? Kau mau jatah gajih dari Ino, ya?"

"Pffftt...."

Sai berusaha agar tak menertawakan kebodohan Naruto yang sangat parah. Ino kembali dengan membawa buku bersampul hitam. Buku yang terlihat biasa saja tak menarik bagi Naruto.

"Sai, aku malu kalau Naruto nanti tau kalau aku menyimpan buku ini, dan yang buat buku ini kau Sai.

"Tenang saja, Naruto membutuhkan buku panduan yang bagus."

"Panduan?"

Ino melihat Naruto yang sedang senang karena di pijamin buku untuk menaklukkan seorang wanita. Ino mengerti maksud Sai pasti agar Naruto dan Sakura jadi seorang kekasih. 

"Ya sudahlah kalau Sai bilang begitu."

"Terima kasih mau mengerti, Sayang."

Ino memalingkan wajah karena malu, Sai mengecup pipi Ino. Naruto hanya begong seperti sapi ompong dan mimisan deras. Sai menyuruh Naruto lekas pergi untuk membaca buku itu khusus di dalam kamar dan tak boleh ada yang tahu. Naruto lekas pergi walaupun sempat iri karena Sai sudah punya pacar dan main kecup seenak jidatnya.

"Sai kenapa tidak memberi tahu ku kalau pacaran dengan Ino!" Naruto mengomel sendiri sambil melompat dan berpijak dari tiap atap rumah.

Sesampainya Naruto di apartemen miliknya, Naruto buru-buru masuk dan menuju kamar. Naruto melepas jaket oranye-hitam miliknya dan membaca buku yang baru ia pinjam. Buku bergambar yang bagus dengan awal kisah yang romantis sampai Naruto mencatat kata-kata luar biasa dari tokoh utama pria.

"Aku rela mati untukmu, Sayangku."

Naruto mengejah dialog.

Naruto mulai tegang di bagian adegan ciuman tokoh utama dalam cerita, Naruto baru tahu kalau wanita paling suka diperlakukan mesum.

"Kalau Sakura aku begitukan pasti, aku mati ditempat." Naruto frustasi karena membayangkan amarah Sakura ketika Naruto akan meniru adegan dalam buku Sai.

"Buku bergambar ini sampai buat aku iri."

Naruto benar-benar terbawa suasana alur sampai pada adegan yang harus nya tidak ia lihat, adegan ranjang sampai membuat kejantanan Naruto mengeras. "Gawat! Gara-gara baca buku ini sampai begini!" Naruto bingung harus bagaimana caranya ia harus menenangkan miliknya yang meronta-ronta ingin mengamuk. 

Tok...tok...

"Eh, ada tamu?" Naruto mengambil jaket miliknya, lengan jaket ia ikat melingkari pinggang dan memastikan miliknya tak terlihat tertutup jaket. Ketika Naruto membuka pintu, sosok Sakura kini menyambut Naruto dengan senyuman teramat manis berdampak semakin buruk bagi Naruto.

"Gawat!"

"Gawat?"

Sakura tak mengerti dengan perkataan Naruto ditambah lagi kenapa Naruto berpenampilan aneh di dalam rumah.

"Naruto, kenapa kau berkeringat?"

"Aa, itu aku kepanasan, ahha..ke panas...panasnya..."

Sakura menyentuh kening Naruto untuk memastikan kalau Naruto tidak terserang demam. Naruto hanya merona merah dan mata terfokus ke arah bibir Sakura. Naruto mempersilakan Sakura masuk dan menanyakan apa keperluan Sakura. Sakura datang hanya ingin berkunjung lagi karena tadi bersikap kurang ajar sampai berani menampar Naruto.

"Maaf ya Naruto, aku baru sadar kalau tadi kelewatan."

"Sa-santai saja, Sakura."

Naruto mencoba berpikir jernih sembari mengatur nafas, Naruto terbawa alur buku bergambar yang ia baca sampai bisa membayangkan Sakura tanpa sehelai benang pun. Sakura jadi makin khawatir karena gelagat Naruto semakin aneh sampai berdiri di pojok ruangan seakan takut dengan Sakura setiap kali Sakura menyentuh Naruto. 

Naruto, kau kenapa?"

"Aku sedang menahan."

"Menahan apa?"

"Itu, sakit perut."

"Ya ampun cepat ke kamar mandi sana."

"Iya, sebentar ya Sakura!" Naruto kabur ke kamar mandi dan cuci muka berkali-kali namun sia-sia karena ada yang masih tegang sampai membuat Naruto bingung sendiri. "Sssshh..." Naruto mengerucutkan bibir melihat sesuatu yang lama tak tegang separah itu terakhir kali tegang ketika Naruto mengintip Sakura mandi dan berakhir kena tinju sampai mental sejauh 50 meter.

Naruto begitu lama di kamar mandi sampai Sakura bosan menunggu, Sakura membuka pintu kamar Naruto untuk melihat apakah di kamar Naruto rapi juga. Sakura melihat buku yang tergeletak di tempat tidur, Sakura baru tahu kalau Naruto suka baca buku. Ketika Sakura membuka bagian yang langsung adegan ranjang, Sakura benar-benar tak percaya dengan kelakuan Naruto lebih mesum dari biasanya.

"NARUTO! KELUAR KAU DARI KAMAR MANDI! KENAPA KAU BACA BUKU CABUL BEGINI!"

"GAWAT! AMPUN SAKURA!"

Duaaakh!

Pintu kamar mandi di buka paksa hingga rusak. Naruto yang hanya berdiam di kamar mandi, Naruto sampai ketakutan setengah mati.

"Aku, aku belum mau mati Sakura."

"Heee ... Kau akan mati sebentar lagi Naruto!"

Takh.

Sakura menjitak kepala Naruto, Naruto yang tadinya memejamkan mata sampai tak percaya kalau tak akan kena tinju sampai mental lagi. Naruto meminta maaf karena membaca buku seperti itu, Naruto tak akan mengulanginya lagi. Sakura mendengar penjelasan Naruto yang ingin bisa Sakura sukai, Sakura menekan pelipis mata nya sendiri sembari menghela nafas.

"Bodoh."

Naruto menceritakan semua yang ia pikirkan tentang hubungan seks dalam buku bergambar itu. Sakura menahan emosinya agar tak meledak bagaimanapun Sakura mengerti tentang hal dewasa sudah ia pelajari dari penjelasan Senju Tsunade.

"Sakura, apa kita bisa melakukan itu!"

"Eh, mana mungkin bisa, aku tidak mau melakukan yang belum pernah aku lakukan dasar otak mesum bodoh!" Walaupun Sakura pernah berciuman dengan Naruto juga ketika dalam keadaan darurat dan itu lebih ke nafas buatan. Sakura tak ingin melakukan yang lebih dari itu.

"Naruto, jangan peluk aku!" 

"Sakura, aku ingat kau pernah menciumku, kita pernah ciuman kau ingatkan?"

"Aa, itu cuma ungkapkan terima kasih ku, lanjutnya ketika menolongmu."

Naruto mulai berpikir yang aneh-aneh karena Sakura pernah berciuman dengannya dan pandai ketika berciuman, terlintas pikiran Naruto menebak kalau Sakura pernah berciuman dengan orang lain dan pastinya itu Sasuke menurut pemikiran Naruto.

"Sakura, siapa yang menjadi ciuman pertamamu?" Naruto menatap tegas dan tanpa sadar memojokan Sakura di tembok.

"Hah? Tentu saja kau bodoh, aku hanya pernah membaca buku dan di sana tertulis caranya dan aku tanpa sadar melakukan itu padamu," kata Sakura diakhiri semburat merah di pipinya.

"Sungguh? Bukan dengan Sasuke dulu kan?"

"Dasar idiot mana mau Sasuke mencium ku! Pakai otakmu!" Sakura sampai emosi dengan kebodohan Naruto. Naruto tersenyum puas dan ingin mengetahui sesuatu yang tak seharusnya.

"Sakura, apa masih kau perawan?"

Plak!

"Brengsek! Kau sadar diri bicara seperti itu padaku!"

"Maaf hanya ingin tau saja." Naruto tersenyum lebar ciri khasnya. Dan tak sadar kalau dari sudut bibirnya mengeluarkan darah. Sakura terkejut karena ia pasti menampar sangat keras tadi. Sakura menyentuh pipi kiri Naruto, Sakura berhasil menyembuhkan sebelum Naruto sadar akan lukanya.

"Aku ini terlalu kasar sampai mulutmu mengeluarkan darah."

Naruto mengusap darah di mulutnya dengan punggung tangan. Naruto tak masalah dengan apa yang terjadi karena sikap kasar Sakura termasuk yang Naruto suka.

"Hehe, sudah hilang darahnya." Naruto terkejut ketika Sakura menghapus air matanya sendiri ketika membasahi pipi. 

"Naruto, Hinata lebih cocok untukmu, aku hanya bisa kasar dan selama di tim tujuh, aku hanya beban tim."

"Sakura, aku hanya mencintaimu ... Kau bukan beban tim tujuh. Kalau Sakura tidak ada maka akan banyak nyawa yang tak tertolong termasuk aku juga. Yang bilang Sakura adalah beban cuma sampah yang tak tau kalau Sakura sangat penting bagi tim!"

Sakura menyambut senyum perkataan Naruto, kedua tangan Sakura merangkul leher Naruto. Naruto tanpa basa-basi langsung membungkam mulut Sakura dengan mulutnya. Naruto sudah pernah beberapa kali berciuman dengan Sakura namun selalu Sakura yang melakukan terlebih dahulu dan terjadi hanya sesaat. Mereka berdua saling membalas ciuman bibir dan melumat bibir hingga terbawa suasana semakin dalam. Naruto merangkul membimbing Sakura anggar berjinjit.

"Mhhh..."

Berhenti dan melanjutkan saling melumat bibir, Naruto benar-benar tak ingin menyudahi acara berciuman mereka berdua. Sakura berpaling untuk menyudahi yang Naruto lakukan sangat memaksa.

"Sebentar...hahh...aku but-mmhh..."  Sebelum Sakura selesai bicara, Naruto melumat bibir Sakura dengan rakus seperti kecanduan sesuatu yang memabukan. Sakura baru tahu kalau Naruto bisa menjadi seorang yang egois dalam hal seperti ini, Sakura memaksa agar Naruto berhenti.

"Sakura, maaf aku terbawa suasana."

"Tidak apa-apa, kau sudah puas kan?"

"Hehe, belum."

Naruto meremas payudara kiri Sakura. Sakura tersentak dengan tindakannya Naruto yang tak seperti biasanya tak mungkin Naruto berani menyentuh Sakura lebih dari berciuman.

"Ternyata payudara Sakura lembut, ya."

"Bo-bodoh, jangan asal bicara!"

Srreeek...

Sakura mendorong Naruto ketika menarik resleting pakaian Sakura. Sakura lekas menutup, menarik naik resletingnya. Naruto cemberut dan kembali menarik turun.

"Naruto, cukup jangan bercanda!"

"Aku tidak bercanda," kata Naruto, ia pun menyibakan pakai Sakura dan melihat jelas bra berwarna pink yang Sakura pakai. "Warnanya cocok untukmu Sakura, sama-sama merah muda."

"Kau ini dalam keadaan begini masih bisa banyak bicara." Sakura benar-benar malu karena bra miliknya jadi tontonan Naruto. Sakura memegang kedua pundak Naruto ketika Naruto mendekatkan wajahnya ke arah payudara Sakura. 

"Naruto, jangan lebih dari ini." 

Naruto seakan tuli, ia menyentuh payudara Sakura dengan kedua tangan nya. Dan melihat ekspresi wajah Sakura dengan seksama. Sakura tak habis pikir karena Naruto sangat tenang dan menikmati yang ia lakukan padahal Sakura sudah sampai panas dingin tidak jelas penyebabnya. Naruto mengangkat bra milik Sakura ke atas dan terlihat sesuatu yang menggiurkan sampai Naruto meneguk ludahnya sendiri. Sakura menutup matanya rapat-rapat karena Naruto seperti mempermainkan Sakura.

"Sssrrrpphh.."

"Ssshh...kenapa...dihisap...bodoh..."

Sakura tak mengerti dengan perasaan yang ia miliki kenapa tak ingin memprotes yang Naruto lakukan sekarang, menyusu seperi bayi yang kehausan.

"Ssshh...mmmphh..." Kedua tangan Sakura meremas rambut pirang Naruto, Naruto melumat dan menghisap payudara Sakura bergantian dari kiri berganti kanan. 

"Mmmhh...Sakura...ssstrrpph.."

"Uhhh...sudaaah.."

Naruto menyudahi yang ia lakukan dan melepas pakaian, bra milik Sakura. Sakura hanya diam terpaku melihat Naruto. Tak mungkin bisa mundur karena tembok menghalangi Sakura. Naruto menyentuh bibir Sakura, Sakura hanya berekspresi malu ia benar-benar mudah luluh kepada Naruto jika berekspresi terlalu memuja seperti itu.

Naruto yang awalnya banyak bicara jadi pendiam dan mengikuti apa yang ia baca dari buku miliknya Sai. Sakura hanya pasrah ketika Naruto menggendongnya menuju arah kamar.

"Na-Naruto, turunkan aku! Kau jangan berpikir mau melakukan lebih dari yang tadi!"

"Sakura, diam saja dan menurut lah." Naruto benar-benar meniru hampir sama dengan dialog buku yang ia baca. Naruto merebahkan Sakura di tempat tidur, Sakura meraih bantal dan melempar ke arah Naruto, yang langsung menghindar dengan mudah. Bantal kedua masih bisa Naruto hindari lagi sampai Naruto memegang kedua tangan Sakura agar berhenti melempar.

"Naruto, jangan lakukan yang kau pikirkan! Yang tadi pengecualian karena aku mencint-." 

"Sakura, mencintaiku?" Naruto menahan kedua pergelangan tangan Sakura di kasur. Sakura memalingkan wajahnya dan tak mau menjawab ucapan Naruto. "Sakura, aku sangat ingin memiliki mu."

"Iya, aku mengerti tapi dengan cara ini aku kurang setuju Naruto."

"Kenapa?"

Naruto menatap Sakura dengan tegas, acara yang terhenti oleh pertanyaan yang malas Sakura jelaskan.

"Cara ini salah." Sakura melihat ke sisi kiri dan kanan karena tangannya benar-benar di pegang begitu erat.

"Lepas."

"Tidak."

Naruto tak ingin melepas Sakura jika Sakura tak mau dengan cara Naruto yang seperti ini. Sakura tak tahu apa yang membuat Naruto begitu ingin melakukan hubungan seks.

"Lepas dulu kau buka pakaianmu dan lanjutkan lagi. Aku malu setengah telanjang sendirian, bodoh."

"Aduh, aku lupa sebentar ya, Sakura." Naruto kembali dengan sifat bodohnya. Sakura cepat-cepat bangun untuk kabur ketika Naruto lengah namun Sakura dipaksa untuk kembali berbaring di tempat tidur.

"Naruto! Kau bodoh, ini percuma kau bukan orang mesum!"

"..." 

Sakura menggigit bibir bawahnya sendiri karena ia mengatakan yang ia pikiran kalau Naruto terlalu lambat untuk melakukan yang semesum ini. Naruto berekspresi sedih karena merasa gagal dengan yang ingin ia lakukan, Sakura merasa keterlaluan terlalu jujur dengan ucapannya kalau Naruto benar-benar tak cocok dengan semua ini.

"Kita akhiri saja ya, Naruto?"

Naruto kembali memegang kedua tangan Sakura, Sakura meringis karena Naruto mencengkram terlalu kuat. "Naruto, kau terlalu kasar." Sakura mencoba berontak karena sudah tak nyaman dengan apa yang Naruto lakukan benar-benar aneh.

"Aku ingin melakukannya tapi aku takut akan menyakitimu, Sakura."

Sakura hanya melamun, ternyata karena itulah Naruto seperti orang yang tak menentu. Sakura tersenyum dan merengkuh kepala Naruto. Naruto memejamkan mata ketika pipinya menyentuh payudara Sakura. 

"Hahahaha, Naruto payah."

"Hehe, maaf ya, Sakura ..."

Naruto melumat puting susu kiri Sakura, lumatan itu menyentak tubuh Sakura. Sakura membelai rambut pirang Naruto, hisapan demi hisapan yang begitu lembut sampai Sakura merasa terlalu larut dalam pikirannya sendiri. Naruto melepas pakaiannya sendiri sampai tak ada yang tersisa. Sakura tertuju pada suatu objek yang mengejutkan tak Sakura kira penis Naruto akan menegang seperti itu. 

Naruto mencoba melepas celana dan celana dalam merah muda Sakura, Sakura menolak mati-matian karena takut tak mungkin ia akan meneruskan permintaan bodoh Naruto lagi. Naruto membenamkan wajahnya di tengah kedua paha Sakura. Tiba-tiba remaja surai pirang itu menjadi agresif ketika melihat milik Sakura.

"Ssshhh...Naruto jangan di jilat, ahhh!"

Naruto terus menjilati bibir vagina Sakura, hingga Sakura tak kuat menahan sesuatu yang ingin keluar dengan paksa. "Ssshhh...Naruto, sudah...jangan lakukan lagi...mmmhhh..."

Sakura menarik Kata-katanya kalau Naruto payah ternyata Naruto berani melakukan sesuatu seperti sekarang. "Ohhh...ssshhh...Naruto itu menjijikkan jangan lakukan...kumohon...ahhh..."

"Srrrphhh...rasa Sakura nikmati sekali...mmmm..."

Sakura meremas rambut Naruto ketika Sakura benar-benar dipaksa untuk mencapai kenikmatan yang belum pernah ia rasakan. 

"Aahh...jahat kau Naruto...sshhh..."

Naruto membimbing penisnya menyentuh bibir vagina milik Sakura. Sakura melarang Naruto untuk melakukan itu namun Naruto malah  memaksa untuk menerobos masuk kedalam. Sakura meremas seprai putih dan membulat mata terkejut ketika rasa sakit dan perih terasa sangat menyiksa. Naruto meringis karena tak menyangka kalau lorong milik Sakura sangat sempit dan berdenyut menjepit batang milik Naruto.

"Aakhh! Sakit!"

"Maaf Sakura, tapi aku ingin egois dan jahat kali ini."

Naruto menekan lebih masuk hingga seluruh batang miliknya tertanam dalam lorong kenikmatan milik Sakura. Sakura membulat mata untuk kedua kalinya karena yang Sakura rasakan benar-benar menyakitkan dari sebelumnya. Naruto mulai menggerakkan pinggulnya, dan mengikuti nafsunya yang membimbing untuk menggerakkan pinggulnya sendiri. Sakura menggeliat tak nyaman dan harus dipaksa merasa rasa sakit hingga rasa nikmat menjadi pengganti rasa sakitnya.

"Sssh...sshhhh...ahhh...ssshh..."

Sakura menggigit bibir bawahnya sendiri sesekali mendesah merdu sampai Naruto tak ingin memperlambat tempo gerakan yang ia buat. Meremas kedua payudara dengan kedua tangan, Sakura menyentuh tangan kiri Naruto sembari melihat yang Naruto lakukan padanya. 

Sakura benar-benar kesal setiap Naruto sengaja menghentak begitu kuat sampai Sakura terkejut oleh kelakuan Naruto yang sengaja mempermainkan tubuhnya semaunya Naruto.

"Awas, kau....sshhhhm..."

"Ssshhh...awas apa Sakura...mmmhhh...Sakura benar-benar bocor.."

"Bo-bodoh, mulutmu jorok sekali, aakhhh!" Sakura menatap tegas Naruto yang sengaja lagi melakukan hal yang kasar.

Hampir sejam mereka melakukan hal yang sama. Sakura sudah tak tahan lagi harus klimaks berapa kali lagi dan harus berapa lama melakukan hubungan seks seperti ini. "Naruto...sshhh...mau sampai kapan kau menyiksaku, sssh..."

"Sshhh...sampai Sakura hamil, hehe.."

"Mesum, sialan bodoh, Naruto brengsek!"

Naruto menghimpit tubuh Sakura, Sakura memeluk tubuh Naruto. Melumat bibir saling berciuman, Naruto dan Sakura tak tahu kapan mereka harus berhenti.

"Ssshpph...mmmm...sphh..."

Naruto tetap menggerakkan pinggulnya tak ingin memperlambat sedikitpun malah semakin kasar dan cepat. Sakura hampir kehilangan ke sadarnya untuk mengimbangi Naruto. Naruto mempercepat tempo hingga suara hubungan intim mereka berdua menjadi sangat berisik.

Plak...plak...plak...plak...

"Ssshhh....seperti ada yang akan keluar.."

"Aahh...ahh..Naruto...ahhh...pelan..pelan..bodoh...kau...jahat..."

Suara yang semakin nyaring dan berisik, Sakura membulat mata ketika Naruto menyemburkan cairan putih dalam rahim Sakura.

"Aahh...ahh..."

"Haahh...hahh..Sakura, kau tak apakan?"

Sakura tak menjawab karena tenaganya terkuras habis harus menahan perlakuan Naruto yang begitu memaksa. Naruto merasa bersalah karena Sakura menutupi matanya sendiri dengan lengan. 

"Sakura, maaf..."

"Mmm.."

.

.

.

.

BERSAMBUNG

Hehe, sorry kalau kurang hot ya hehe... 


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login