Naruto meraih tangan Sakura, dan membimbing agar tak menutupi mata. Sakura memalingkan wajahnya. "Naruto, kau jahat sekali." Naruto menyentuh pipi kiri Sakura sembari berkata, "maaf Sakura, aku tidak tahan lagi." Naruto meraih kedua tangan Sakura, Sakura mendelik karena terkejut.
"Naruto, kau mau apa?!"
"Sakura, aku ..." Naruto menghentak keras sampai Sakura menggeliat tak nyaman. "Aah...Naruto...jangannn..sshh."
Hentakan demi hentakan Naruto lakukan seakan tak ingin berhenti untuk melakukan hubungan seks dengan Sakura.
"Sakura, apa merasa sakit?"
"Ssshh...jelas...sakit..."
'Naruto, kau gila!!' kata batin Sakura.
Naruto menggenggam erat kedua tangan Sakura dan tak ingin menghentikan perbuatannya untuk terus membuat Sakura mendesah tak karuan.
"Sakura, aku senang ternyata Sakura masih perawan. Aku kira Sasuke lebih dulu me-."
"Dasar bodoh!! Mana mungkin Sasuke melakukan seperti itu padaku! Kalau kau lain lagi ceritanya!"
Naruto membulatkan mata, terkejut dengan suara teriakan Sakura yang mencaci Naruto. Naruto mendekati dan melumat mulut Sakura, mereka berciuman namun Naruto lebih memaksa agar Sakura menerima ciuman egois Naruto yang penuh nafsu. "Mmh.." Naruto entah sengaja atau tidak ia seperti tak peduli dengan rintih Sakura setiap Naruto menekan sangat dalam. sprei berwarna putih menjadi basah karena peluh keringat dan cairan putih bercampur merah yang membasahi sprei. Sakura baru tahu ternyata Naruto memiliki watak yang egois juga setiap dilarang malah terus dilanjutkan.
"Hikss ... Naruto, kau benar-benar yang terburuk ..."
"Sakura ..." Naruto mengusap air mata yang membasahi kedua pipi Sakura.
"Sakura, aku benar-benar mencintaimu, dari dulu sampai sekarang perasaanku tetap sama."
"..."
Sakura memalingkan wajah dan tersenyum karena ucapan Naruto benar-benar sangat tulus.
"Kalau cinta harusnya jangan egois Naruto."
"Egois? Apa aku egois, Sakura."
"Kau egois karena kejam padaku!"
Naruto tersenyum dan melanjutkan apa yang ia mulai hingga akhir. Sakura sampai menutup mulutnya sendiri karena terus-terusan mendesah sambil menyebut nama Naruto dengan suara yang menggoda sampai Naruto berbuat lebih kasar agar Sakura terus mendesah seperti itu. Naruto tak menyangka membaca buku bergambar milik Sai, bisa sangat membantu Naruto memanjakan tubuh Sakura.
"Ooh...Naruto...aku...aku...sshh..."
"Ssh...Sakura jangan ditahan nanti debaran di dadamu semakin kencang."
Sakura merona malu ketika Naruto berkata seperti itu. Kesadarannya Sakura seakan mulai lenyap setiap kata-kata berganti desahan yang menyebut nama Naruto berkali-kali hingga yang disebut namanya sampai tak peduli lagi dengan keraguan.
"Aaakhh...Naruto..."
"Haa...haahh...Sakura, kelihatan bahagia sekali."
"Haa...haa...ha..."
Sakura tersenyum dan menutup mata, ia sangat kelelahan karena Naruto terus melakukan perbuatan mesumnya dengan egois tanpa sedikit bermain lebih lembut.
'Naruto, kau egois sekali ternyata...'
Sakura dan Naruto hampir kehabisan seluruh tenaga untuk bergerak lebih memilih untuk tertidur lelap. Beberapa jam kemudian Naruto membuka mata dan melihat sekitar kamar hanya ada dia sendiri. Naruto lekas memakai pakaian hendak untuk menemui Sakura menyusul ke rumahnya. "Sakura?" Naruto terkejut ternyata Sakura sedang duduk di sofa.
"Parah sekali, aku sampai susah berjalan ..."
"Sakura, aku terlalu kasar, aku minta maaf."
"Ssshh...iya tidak apa-apa, Naruto, aduhh ..." Sakura yang hendak bangun dibimbing untuk duduk lagi.
"Naruto, ini semua salahmu."
"Maaf, maafkan aku terbawa suasana karena Sakura benar-benar menggodaku."
"Aa, aku kapan menggodamu? Dasar bodoh," kata Sakura, memalingkan wajahnya. "Kau yang egois langsung melakukannya tanpa minta izin secara baik-baik. Kau juga kasar sekali melakukan itu padaku."
"Hehe, ya kasar karena gemas ..."
"Alasan!"
'Apa benar, dia gemas padaku?' kata batin Sakura.
Naruto merangkul pinggul Sakura ketika mereka duduk bersebelahan. Sakura menunjukkan tatapan mengancam agar Naruto berhenti merangkul pinggul.
"Lepas atau aku tamp-mmmhh.." Naruto menjeda perkataan Sakura dengan bungkaman mulut. "Mmmh!" Sakura mendorong Naruto agar menjauhkan jarak dan berhenti.
"Naruto, sudah cukup! Bukan karena baru dapat itu kau berani seenaknya!" Debaran dada Sakura benar-benar tak stabil karena ciuman yang tiba-tiba.
"Sakura, sekarang kan kita pacaran jadi aku boleh leluasa menciu-."
"Kita tidak pacaran."
"Hah?"
"Aku tidak ingin orang tau, aku selalu menolakmu ... Nanti semua akan melihat ku seperti orang yang munafik."
Naruto tersenyum dan berkata, "Sakura, semua pasti akan mengerti. Sakura, tak akan dianggap munafik."
"... Dasar tak peka ... Naruto mana tau malunya aku nanti."
"Hehe, biar aku yang tanggung malumu Sakura. Aku akan menjadi pelindungmu!"
"Mmm..."
Sakura tersenyum.
'Kau memang selalu menjadi pelindungku, bodoh,' kata batin Sakura.
Sakura menyuruh Naruto lekas mandi karena belum mandi. Naruto membujuk agar Sakura ikut mandi padahal Sakura sudah mandi sejak tadi. "Cepat mandi! Dasar mesum, otak udang!! Guru, murid sama-sama mesum!!"
"Aaakhh...iya aku mandi dulu!"
'Sakura kenapa suka sekali memarahiku? Padahal kami sudah melakukan itu, harusnya Sakura lebih lembut dan perhatian padaku?' kata batin Naruto tak terima.
"Dia itu benar-benar, ahhh...bodoh!!"
Naruto sampai terkejut di kamar mandi akibat kata, 'bodoh' dari Sakura. "Hahh...marah lagi..." Sakura sangat geram ingin menghajar Naruto setiap ingat apa saja yang Naruto lakukan kepadanya di atas ranjang. Naruto buru-buru menyelesaikan mandinya dan keluar kamar mandi hanya mengenakan handuk membalut pinggang.
"Sakura, apa kau masih kesal padaku."
"Iya, aku kesal sekali. Cepat pakai bajumu sana."
"Iya, Sakura ..."
'Benar-benar, dia itu kenapa harus datang telanjang dada begitu? Apa tidak punya malu, Naruto bodoh...tapi badannya..."
Sakura menepuk kedua pipinya sendiri karena pikirannya mulai kemana-mana sampai membayangkan Naruto melakukan hal senonoh lagi. 'Kenapa aku memikirkan itu!'
Naruto memakai kaos berwarna oranye tua dan celana pendek selutut berwarna senada dengan kaos nya. "Kenapa tidak sama dengan cerita di buku? Seharusnya Sakura akan minta tanggung jawabku." Naruto mengelus rambut pirangnya sendiri. "Padahal aku siap kalau harus tanggung jawab. Tabunganku juga banyak, hehe..." Naruto bicara dan cengengesan sendiri. "Sprei-nya ada noda darah ..." Naruto baru sadar kalau ia terus memaksa dan tak peduli dengan keadaan Sakura. Dalam pikiran Naruto mengingat cerita tentang tanggung jawab.
"Naruto, antar aku pulang, ya!" teriak Sakura dari luar pintu kamar.
"I-iya Sakura. Sakura, nanti aku gendong sampai rumahmu!"
"Tidak perlu digendong, cepat keluar kalau sudah selesai."
Naruto buru-buru keluar kamar dan ketika membuka pintu, Sakura berdiri di depan pintu sambil memalingkan wajah.
"Aku, aku tidak perlu di gendong."
"Hehe, iya aku mengerti ..."
Ketika Naruto mengunci pintu apartemen, Naruto bertanya, "Sakura ketika kita melakukan itu, Sakura bilang mencintaku ya, kan?"
"Ehm! Aku pura-pura."
"PURA-PURA!"
"Ehem, cinta ku ini mahal."
"Sa-Sakura, apa tidak ada pengecualian sedikit kalau mahal bagaimana aku bisa beli."
"Ppffftt ... Kau itu ngomongnya aneh. Mana ada orang beli cinta, itu cuma peribahasa."
"Syukurlah cuma peribahasa ..."
Sakura tiba-tiba memeluk Naruto, yang terkejut hampir tak percaya dan bingung dengan situasinya sendiri. "Aku jujur soal yang tadi...aku malu jujur." Naruto tidak mengerti kenapa Sakura harus malu jika memang mencintainya.
"Sakura, tidak perlu malu ..."
Sakura bersandar di dada Naruto sembari mendengar degupan jantung Naruto. "Maaf, aku selalu marah dan membencimu dulu..."
"..."
Naruto membimbing Sakura untuk saling memandang. Sakura melirik arah lain untuk menyembunyikan perasaan jujurnya. "Sakura, cantik sekali." Entah sejak kapan Naruto jadi bermulut manis sampai yang dipuji merona dan merasa hangat di kedua pipinya.
"Kau tidak perlu bilang semua juga tau kalau aku ini cantik dasar, bodoh."
"Hehe, iya ya, Sakura 'kan paling cantik di Konoha."
'Sejak kapan dia pintar bicara manis seperti itu...'
.
.
.
.
BERSAMBUNG
Hehe, sifat Sakura plinplan ya, hehe....