Download App
71.42% LoveStory / Chapter 5: Candu Cinta

Chapter 5: Candu Cinta

( Edisi Spesial )

.

.

.

.

{ Dak! }

Kepalan tinju tangan kanan Naruto menekan dinding dekat pintu keluar apartemen miliknya. "Kenapa Sakura berpikir seperti itu?" Naruto tak mengerti jalan pikiran seorang wanita bahkan wanita itu Sakura sekalipun. "Padahal aku sangat mencintaimu."

{ Dak! }

Apa yang harus Naruto lakukan jika Sakura ingin menyembunyikan hubungan mereka berdua? Tak ada yang tahu selain mereka berdua? Naruto mengacak-acak rambutnya sendiri seperti orang frustasi, ia frustasi masalah cinta yang begitu rumit. "Aaak!" Kepalanya terasa pusing tak bisa berpikir jernih hanya dengan satu masalah saja. "Sabar, tenang Naruto, kau pasti punya ide untuk masalahmu ini."

"Oh'iya, kalau aku melamar Sakura, membelikan cincin?"

Naruto bergegas keluar apartemen dan mengunci pintu. Naruto memiliki ide yang cemerlang, ia yakin pasti dengan cara ini, Sakura akan berubah pikiran. "Tunggu saja nanti pasti Sakura akan jadi Milik ku!" Berlari penuh semangat tanpa peduli akan cuaca sedang terik, senyum menghiasi wajah yang ceria. Remaja bersurai pirang ini sangat percaya diri oleh pikirannya sendiri. Debaran dalan dada begitu kencang sekencang ketika berlari melewati penduduk berlalu lalang. Gadis remaja dari klan Hyuga tertegun melihat Naruto yang penuh semangat.

"Naruto ..."

Hinata diam-diam mengikutinya sampai di toko perhiasan. Naruto tak sabar lagi, ia langsung menerobos giliran untuk membeli cincin.

"Yang ini!"

"Nak, ini harganya lumayan mahal apa kau sanggup membelinya?"

"Berapa?" tanya Naruto dengan polosnya. Penjaga toko tersenyum jahil dan menunjukkan harga cincin yang paling mahal.

"900.000 Ryo, 1 gram."

"Hah!"

"Hahaha, sudah aku duga kau tidak mampu beli."

"Apa tidak ada diskon sedikit saja, Paman?"

"Diskon, ya? Khusus untukmu aku beri diskon jadi 850 saja bagaimana?"

"Baiklah, tunggu sebentar aku pulang dulu ambil uangku."

"Hehe, iya cepat pulang cepat kembali."

"Jangan di jual ke orang lain, aku cuma sebentar!"

"Iya, cepatlah ..."

Naruto kembali ke apartemen miliknya dan memecahkan tabungan yang ia kumpulkan. "700, 800, 50. Huwaaa! Pas sekali!" Naruto buru-buru kembali ke toko sampai hampir lupa mengunci pintu. Di tengah perjalanan, Naruto melihat Hinata yang sedang menuju ke arahnya.

"Naruto ..."

"Ada apa Hinata? Aku buru-buru ..."

"Buru-buru? Na-Naruto mau kemana?"

"Aku mau beli cincin untuk Sakura, aku berniat melamar Sakura, hehe.."

"... Begitu ya ... Naruto, apa aku boleh ikut?"

"Ikut? Kau mau ikut aku beli cincin?"

"I-iya."

"Baiklah, ayo pergi nanti cincinnya dibeli orang!"

Naruto sebenarnya ingin berlari agar cepat sampai namun karena Hinata ikut, mereka jadi ber.jalan santai menuju toko. "Naruto ..." Hinata memanggil dengan malu-malu namun Naruto tak begitu mendengar karena hampir semua konsentrasinya mengenai cincin dan rencana memberikan ke Sakura.

"Naruto, pasti senang, ya?"

"Eh, senang apanya?"

"I-itu, Naruto akan melamar Sakura, aku jadi ingin memberikan selamat."

"Hehe, jangan terlalu dipikirkan ... Hadiah juga jangan yang mewah-mewah, hahaha..."

Naruto tertawa karena berkhayal bagaimana nanti banyak tumpukan hadiah pernikahan. Naruto dan Hinata sampai di toko perhiasan, Hinata senang dengan pilihan Naruto. Naruto meminta Hinata untuk menilainya. Sakura yang tak sengaja lewat melihat dari kejauhan, Sakura mulai mendekat agar melihat lebih jelas.

'Bagus, Naruto ... Kau berani sekali, ya?' kata batin Sakura, ia pun pergi tak berniat memarahi Naruto. Memang Sakura bilang merahasiakan hubungan tapi Sakura tak bilang kalau Naruto bisa dekat dengan wanita lain apalagi di toko perhiasan. Naruto melambai dan pamit pergi meninggalkan Hinata, Hinata tertunduk lesu karena yakin pasti tak lama lagi Naruto dan Sakura akan menikah.

"Naruto ..."

Sesampai Naruto di apartemennya. Sakura telah berada di dekat pintu masuk apartemen Naruto.

"Sakura, kebetulan, aku ingi-."

"Naruto, kenapa tadi kau bersama Hinata?!" Sakura besendekap dan melangkah ke arah Naruto.

"I-itu, aku tadi minta bant-ini, anu, cincin, be." Naruto sampai bingung menjelaskan karena terlalu senang.

"Bicara sampai begitu pasti kau selingkuh kan?"

"Se-selingkuh? Bukan, ehem! Aku tadi ketemu Hinata di jalan, kami ke toko perhiasan untuk membeli cincin," kata Naruto, ia merogoh saku celana menunjukkan kotak kecil berwarna merah. "Sakura, aku sebenarnya ingin memberikan ini nanti malam, yah, tapi apa boleh buat aku beri dengan cara seperti ini."

"Cincin itu untukku?"

"Iya, Sakura. Aku ingin melamarmu tapi rencananya lebih bagus waktu aku ke rumahmu." Naruto tersenyum terpaksa karena rencananya yang ia pikirkan tak sesuai.

"Naruto, aku kan sudah bilang untuk sementara, kita sembunyikan dulu."

"... Jadi tetap harus disembunyikan ..."

"Coba lihat cincinnya, nanti aku pakai liontin ... Masalah lamaran kita tunda dulu, ya?"

"Dia melamarku," kata batin Sakura senang.

"Tidak usah."

"Naruto? Kenapa tidak usah!"

"Percuma kalau jadi liontin, kasihan cincinnya."

"Mana berikan padaku," Sakura menjulurkan tangannya. Naruto memasukkan kotak cincin ke dalam saku celananya lagi.

"Cincin di pakai di jari kan Sakura? Aneh kalau jadi liontin ..."

Sakura hanya terdiam mendengar kata-kata Naruto yang menyesakkan dada.

"Hehe, mungkin Sakura terlalu tidak menyukai hubungan ini, ya?"

"Bu-bukan begitu!" Sakura mendekat sampai mereka berhadapan sangat dekat. Naruto hanya tersenyum menutupi rasa kecewanya.

"Naruto, aku boleh meminta cincinnya ..."

"Percuma ... Sakura 'kan tidak mau memakainya, sayang kalau cuma jadi hiasan di kalung."

{ Plak! }

"Bodoh!" kata Sakura sekaligus menampar pipi kiri Naruto.

"..."

Naruto tak mengerti dia yang bodoh atau Sakura yang bodoh, keinginannya saja susah sekali untuk diwujudkan.

"Sakura ..."

Sakura menatap intens mata Naruto, Sakura menahan air mata yang akan mengalir keluar.

"Sakura, jika posisi ku saat ini, Sasuke yang memberimu cincin apa Sakura mau memakainya di jari?"

"Itu mungkin saja, tapi Sasuke dan aku tidak ada hubungan apapun."

"Jadi ... Sakura, mau memakai di jari?"

"Entahlah, itu masih mungkin tidak pasti lagian aku sudah membencinya ... Jujur cuma Naruto yang aku pikirkan." Naruto melewati Sakura. Naruto memilih masuk ke dalam apartemen. Naruto tak habis pikir kalau Sasuke yang memberikan cincin walau cuma kemungkinan tapi akan dipakai. Naruto tahu kalau Sakura selalu mengejar Sasuke, dan Naruto mengejar Sakura. Semua tahu itu, semua yang mengenal Naruto tahu kisah rumit cinta di tim tujuh.

"Naruto, kenapa kau diam? Bagaimana cincinnya, kau kenapa tid-."

"Berisik! Katanya tadi tidak mau pakai!"

"Na-Naruto ..."

{ Blam! }

Naruto menutup pintu dengan kasar ketika Sakura sudah di dalam apartemen. Naruto menarik Sakura agar ikut ke kamar.

"Semua yang aku lakukan selalu salah di matamu, Sakura!"

"Maaf, bukan begitu maksudku! Jangan bentak aku!"

"Kenapa! Kau mau marah padaku lagi!"

Baru pertama kali Naruto membentak Sakura, Sakura sampai gemetar dengan cara Naruto membentaknya. Sakura hanya bisa menurut ketika Naruto mengajak Sakura masuk ke dalam kamar.

"Mhhh..."

Naruto melumat mulut Sakura dengan ciuman agresif. Naruto benar-benar marah untuk pertama kalinya terhadap Sakura. Sakura memalingkan wajah namun segera Naruto alihkan agar melanjutkan acara berciuman secara memaksa. "Ssh...mmm..." Rangkulan tangan kiri di pinggul begitu kuat menahan, rambut merah muda Sakura diremas kuat. Naruto tak memberikan Sakura untuk tak membalas ciuman dari mulut ke mulut. "Ssrrph ... Mmm ..." Naruto dan Sakura menghentikan acara berciuman mereka. Naruto menjilat pipi kiri Sakura, Sakura meringis ketika Naruto melakukan hal aneh seperti itu.

"Aah..."

{ Srrkk... }

Naruto menarik turun resleting pakaian yang Sakura kenakan. Bra berwarna oranye itu sampai bisa membuat Sakura malu setengah mati, warna kesukaan Naruto dipakai oleh Sakura.

"Ja-jangan lihat!"

"Hehe," tawa kecil Naruto karena senang.

Naruto membawa Sakura ke tempat tidur dan merebahkan tubuh Sakura di tempat tidur. Sakura hanya bisa menggeliat ketika Naruto mengecup kening, pipi kiri dan kanan, leher sampai bra Sakura.

"Sssh..Naruto.."

Naruto merogoh Saku celana miliknya sendiri dan mengambil kotak cincin. Meraih tangan kiri Sakura dan memakaikan cincin ke jari manis. Sakura hanya diam tak menolak ketika Naruto melakukannya. Sakura hanya diam pasrah setiap Naruto melucuti pakaian yang Sakura kenakan menyisakan bra dan celana dalam berwarna oranye.

"Na-Naruto, jangan tertawakan aku ..." Sakura malu seperti telah ketahuan ketika menyembunyikan sesuatu. Naruto melepas pakaiannya sendiri.

"Ternyata Sakura tipe susah jujur, ya?"

"A-apa maksudmu, aku ini tipe yang mudah ju-mmmpph..." Perkataan Sakura terjeda oleh bungkaman mulut Naruto. Naruto yang sudah tak sabar tanpa meminta persetujuan Sakura, Naruto mengangkat bra dan mulai menghisap puting susu kiri.

"Ssarppphhh..."

"Sshh....Naruto, ahh..." Sakura menggeliat tak nyaman ketika payudara miliknya benar-benar dipermainkan Naruto. Naruto menghisap dan meremas-remas semaunya.

"Naruto...shhh...uuhh..."

"Sakura," kata Naruto menggigit pelan puting susu Sakura.

"Aah..."

30 menit Naruto mempermainkan tubuh Sakura, Sakura merona malu dengan keadaan sendiri, leher banyak bekas merah sampai di payudaranya.

"Dasar cabul ..."

"Tapi, Sakura suka bukan?" bisik Naruto.

"I-iya...sedikit," jawab Sakura.

Sakura menutup mata dan memalingkan wajah ketika ia tahu kalau Naruto tidak mengenakan pakaiannya sama sekali tak ada sehelai benang pun menghalangi pandangan Sakura yang sesaat melihat tubuh atletis-nya Naruto.

Naruto dengan telaten melepas bra dan celana dalam Sakura.

"Sakura, buka matamu."

Sakura menggeleng menolak, selain malu perasaannya benar-benar sudah kacau. Sakura semakin menutup rapat matanya dan menggigit bibir bawahnya sendiri ketika penis Naruto menerobos masuk dalam lorong vagina Sakura.

"Aah...Naru...sshh..."

"Sshh...vagina..Sakura..hangat sekali...basahh..."

Sakura membuka mata ingin sekali menampar Naruto yang bicara mesum. Naruto tersenyum jahil dan meremas payudara Sakura dengan kedua tangan. Sakura meremas sprei dengan kedua tangan ketika Naruto mengguncang tubuh Sakura setiap hentakan yang Naruto mulai dari pelan sampai sangat cepat dan kasar.

"Shhh...Sakura...oohh...shhh.."

Naruto mengguncang-guncang tubuh Sakura dengan cepat. Sakura menutup mulutnya sendiri dengan tangan kanan, ia tak ingin mendesah seperti Naruto yang menyebut nama dengan desahan seperti orang tak sadar.

"Shhh..Sakura..."

Naruto menekan kasur dengan kedua tangan dan menatap Sakura dengan intens. Sakura mulai tak tahan dengan perlakuan Naruto semakin tak memberikan jeda untuk Sakura menahan hasratnya.

"Aaah....Naruto...ssshh..."

Sakura memeluk Naruto dan berbisik," ssshhhm....lebih cepat...sayang..."

Naruto yang mendapat panggilan sayang, ia langsung menurut untuk mempercepat tempo hentakan. Sakura sedikit membuka mulut langsung terbungkam oleh ciuman mulut Naruto. "Hhhmmm...mmm...."

{ Plak...plak...plak...plak... }

"Ahhh...ah...ahhh...ahhh..ohh...ahh...aku bisa...gilaaa..." Sakura dapat merasa yang di bawah benar-benar kacau dan basah karena ulah Naruto yang sengaja menyemburkan cairan putih miliknya dan memaksa Sakura klimaks sampai tiga kali.

"Aahh...."

"Sashhh...Sakura...ohh..."

"Aakhh...Naruto...jangan di dalam terusss.."

"Ssshh..."

Naruto merubah posisi tidur Sakura jadi menyamping, Sakura menggigit jarinya sendiri karena malu ketika Naruto dengan polosnya mencubit payudara Sakura.

"Sakit bodoh! Aahh!"

"Ssh....uhh, Sakura kau basah lagi sayang," kata Naruto menyindir Sakura yang klimaks kelima kalinya.

"Ssshhh...dasar pemerkosa...ahh..."

Sakura kesal sekaligus senang ia sampai bingung dengan apa yang ia rasakan sendiri. Naruto sudah mencoba banyak gaya yang ia lihat di buku yang Sai pinjamkan.

"Naruto, po-posisi ini kan!? Bodoh, aku tidak mau posisi seperti ini!"

{ Plak. }

Sakura tak tahu harus mau ditaruh mana lagi mukanya sekarang. Naruto dengan tega menampar pantatnya.

"Sakura, diam dan tenang sedikit."

"Ssh...iyaa..."

'Hehe, ternyata Sakura suka di kasarin,' kata batin Naruto puas.

'Aah, mau sampai kapan aku harus berposisi seperti anjing kawin, Naruto bodoh!" kata hati Sakura protes.

"Shhh...Naruto...posisi ini memalukan.."

"Ssh...Sakura, banyak bicara padahal dari tadi tubuhmu suka ..."

'Ke-ketahuan!?' gumam batin Sakura.

Sakura memang malu dengan posisinya tapi berbeda dengan kenikmatan yang ia dapatkan. Naruto semakin gencar membuat Sakura sampai mendesah terus-terusan dan sampai memanggil sayang berkali-kali.

"Sayang...sudaahh.."

'Ahh...bodoh aku panggil sayang biar berhenti dia malam makin cepat,' kata batin Sakura.

Tiga jam dan akhirnya Naruto menyelesaikan dengan hentakan yang kuat. Sakura sampai tengkurap menekan bantal dengan pipinya.

"Kau harus tanggung jawab Naruto..." Naruto membimbing Sakura agar terlentang.

"Sakura, aku belum puas," kata Naruto sembari memegang batang penisnya dan membimbing masuk dalam lorong vagina Sakura.

"Shhh..."

"Oohhh...sial...vaginamu menghisapnya, Sayang..."

"Ahh...ahh...Naruto...jangan panggil sayang...ahh...aku...jadi...shhh...tidak...tahhaannn...ahhh..."

Sakura tak tahu lagi harus bagaimana menyimpulkan perasaan sekarang, ia ingin Naruto lebih kasar dari sebelumnya. Naruto tersenyum puas ketika Sakura ikut mengikuti tempo gerakannya dan tanpa terasa mereka sudah melakukan hubungan seks sampai menjelang malam.

.

.

.

.

BERSAMBUNG

Note : Kalian berdua puas, aku yang mabuk ngetik, hadehhh dasar NaruSaku :v


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C5
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login