Tanpa menunggu Robi bangkit berdiri, Ian yang tadi mendaratkan pukulannya di wajah Robi, segera menarik baju kaos pria itu dan bersiap untuk memukulnya lagi. Sekali lagi, dengan cepat tinju Ian mendarat di tulang pipi Robi. Ian tidak terlihat puas. Seakan menghadapi sebuah kantung pasir yang dapat dihantam sesuka hatinya untuk memuaskan amarahnya, Ian masih mengangkat tinjunya bersiap mendaratkannya ke wajah Robi. Febi segera teringat peristiwa Ian menghantam pria mabuk yang mengganggunya di suatu malam. Gadis itu teringat bagaimana brutalnya Ian memukul pria mabuk itu. Dengan panik, gadis itu segera berteriak menghentikan perbuatan Ian sebelum terlanjur kelewatan. “STOP! STOP KAK IAN! HENTIKAN!” Teriakan itu membuat Ian sadar dan menghentikan niatnya untuk mendaratkan pukulan di wajah Robi. Ian melepaskan cengkeramannya dan tubuh jangkung Robi yang telah lunglai. Robi bahkan tidak mampu berdiri tegak dan langsung duduk terjatuh di tanah.