Setelah keadaannya lebih tenang, Febi mendongakkan kepalanya dan mencoba untuk berdiri tegak. Melihat Febi yang sepertinya sudah bisa diajak berkomunikasi, Ian membuka percakapan. “Aku anterin pulang,” ucap pria itu datar tapi tegas dan tidak meninggalkan pilihan lain bagi Febi. Lalu mereka berjalan menuju mobil Ian yang ia hentikan di seberang jalan. Pria itu membukakan pintu mobilnya agar Febi masuk ke dalamnya dan mobil putih itu meluncur membelah kegelapan malam itu. Tidak ada sepatah katapun keluar dari mulut mereka berdua di dalam mobil itu. Masing-masing dalam keadaan canggung dan seakan tidak mendarat kenapa mereka saat ini bisa ada bersama-sama di dalam satu mobil. Bukankah bahkan sampai tadi siang mereka masih saling menjauhi bahkan tidak berkomunikasi satu sama lain? Kenapa Ian dengan sengaja mengikuti Febi? Kenapa Ian menolong gadis yang telah menuduhnya sebagai penguntit? Pandangan Febi menerawang ke depan menembus jalanan lurus yang ia lihat hadapannya. Tiba-tiba,