Download App
41.66% SKIP / Chapter 10: Kelicikan Rayhan

Chapter 10: Kelicikan Rayhan

Beberapa jam kemudian. Mentari telah kembali ke tempat persembunyiannya .Langit sudah berubah warna menjadi begitu gelap. Bintang-bintang telah menampakkan dirinya. Cuaca begitu dingin menemani malam yang mencekam. Azka masih sendirian meratapi nasibnya di bawah pohon yang telah berubah menjadi samsak tinju untuknya.

Dering Handphone pun menyadarkannya dari lamunan panjang . Ada sebuah pesan dari seseorang yang tengah memenuhi fikirannya 'Diza'. Apa yang membuat gadis ini tiba-tiba menghubunginya. Tidak ada cara lain untuk menghubunginya , hanya ada satu cara yaitu dengan memakai ponsel pemberiannya. Bukankah gadis itu menolak segala tentangnya. Baru beberapa saat yang lalu , ada yang memberitahunya bahwa gadis itu menolak segala hal yang berhubungan dengannya. Apa yang sesungguhnya sedang difikirkannya. Azka pun membuka pesan yang dikirim oleh gadis itu. Hanya ada satu pesan:

"Datanglah setidaknya untuk kata yang ingin kau dengar."

Azka tersentak. Apa sesungguhnya maksud gadis ini. Kata-katanya mengandung makna yang dalam. Apa ini artinya ia akan benar-benar meninggalkannya untuk selamanya dan memilih pergi. Apa ia sungguh mengingat segalanya? Tidak ada waktu untuk menerka , ia harus bergegas untuk menemukan jawaban dari sang gadis.

Ia pun bergegas memasuki mobilnya dan memacunya dengan kecepatan tinggi. Tidak butuh waktu lama untuknya mencapai rumah sakit. Ia bahkan memarkirkan mobilnya sembarangan hingga petugas keamanan menegurnya . Namun selaku putra pemilik , ia cukup berkuasa hingga tidak ada yang berani untuk menahannya cukup lama . Ia hanya melemparkan kunci mobilnya kepada salah seorang petugas , untuk kemudian memarkirkan mobilnya . Ia kemudian berlari dengan tergesa gesa menaiki tangga menuju lantai 3 di mana ruangan gadis itu berada. Saking terburu-buru hingga bahkan ia tidak memiliki waktu untuk menunggu lift dan memilih menaiki tangga darurat .

Nafasnya terengah begitu mencapai tempat yang ia tuju . Sesampainya di depan ruangan tersebut ia melihat semua orang berdiri di luar ruangan dengan wajah tegang .

"Apa yang terjadi?" ujarnya dengan nafas memburu.

"Pemuda itu kembali, dan mereka tengah berbincang berdua di dalam . " ujar Satya kepala pengawal yang ditugaskan menjaga Diza.

"Papa dan Mama baru saja datang . Kami mencoba menerobos masuk tetapi pintu ruangan itu terkunci dari dalam. Kami tidak bisa mendengar apapun karena ruangan ini kedap suara . " ujar sang ibu menambahkan .

"Mas Satya tolong hubungi Dokter Dimas atau petugas keamanan untuk menerobos masuk . Mereka pasti memiliki kunci cadangan bukan?" ujar Azka kepada Satya.

"Dokter Dimas sedang menuju Ruang Keamanan saat ini bersama anak buah saya. Mereka akan segera kemari membawakan kunci cadangannya . Tuan Muda, Anda tidak perlu khawatir, salah satu dari kami juga sedang memantau kamera pengawas dan tidak terjadi apa- apa di dalam . Mereka hanya berbincang ."

"Perbincangan apa yang membuat putri saya menangis hingga terisak? Saya akan membuat perhitungan dengan kamu jika terjadi sesuatu kepada anak saya, mengerti!" ancam Pak Andri geram.

"Apa saya harus mendobrak pintu ini?' Sudah berapa lama mereka di dalam? " tambah Azka.

"Semenjak satu jam yang lalu." jawab Satya.

"Mereka sudah di dalam selama satu jam , dan kamu tidak memberi tahu kami apapun! Bayangkan jika saya dan Nyonya tidak kemari , maka kami tidak akan tahu apapun mengenai Diza. Bagaimana kamu bisa seceroboh ini?" ujar Pak Andri sambil mencengkeram erat kerah baju Satya.

"Jika mereka sudah bersama selama satu jam, berarti Diza menelfon saya saat bersama Rayhan . Apa yang ia katakan , hingga Diza ingin berbicara serius kepadaku? " gumam Azka .

"Diza menelfonmu Azka? Apa yang ia katakan? " ujar Andri.

"Kata terakhir." ujarnya dengan tatapan kosong.

"Apa maksudnya? Apa yang ia fikirkan dengan kata terakhir?"desak Andri.

Azka termenung untuk sesaat. Ia berusaha keras mencerna perkataan Diza. Sesuatu terlintas di benaknya dan membuatnya kalut untuk sesaat . Ia kehilangan kesabaran, tangannya mengepal. Tetapi tim keamanan tak kunjung menemukan kunci cadangan. Rencana Rayhan sungguh matang, tak salah lagi selain menyamar ia juga memutuskan segala akses menuju ruangan Diza.

Ia menyembunyikan kunci cadangan dan juga mengunci semua jendela. Hanya akses CCTV yang masih dipertahankan . Strateginya begitu matang. Ia cukup pandai membuat suasana begitu tegang . Dengan hanya melihat rekaman tanpa suara, akan cukup membuat orang-orang berfikiran macam-macam. Terlebih lagi, mereka menyaksikan Diza menangis terisak - isak di dalam rekaman.

Azka sudah tak bisa lagi membendung emosinya. Tangannya mengepal. Ia menggertakkan giginya menahan amarah. Dan kemudian "BRAKKK!!!" . Emosinya tidak bisa lagi ditahan , ia akhirnya mendobrak pintu dan menerobos masuk.

Rayhan memandangnya dengan senyuman sinis. Ia pun beranjak dari duduknya dan berlalu ke luar pintu. Dengan memperlambat langkahnya di sekitar Azka, ia mencengkeram erat bahu pemuda itu dan membisikkan sesuatu di telinga Azka. " Ia milikmu kini hingga aku mampu dan mengambilnya kembali."

Tanpa sedikit pun merasa bersalah ia keluar dari ruangan itu setelah sebelumnya membungkuk hormat kepada kerumunan orang disana. Ia berusaha bersikap sesopan mungkin dan berlalu seakan tak bersalah. Sikap yang begitu tenang seperti biasanya.

Namun berbeda dari Azka, sikap tenang seorang Rayhan berisikan ancaman . Ancaman yang mematikan untuk lawannya. Karena ketenangannya sulit untuk lawan mengetahui rencana terselubungnya.

"Jaket abu-abu , celana jeans. Tinggi 176cm , kulit sawo matang , dengan topi dan sepatu kets. Arah jam 9 . Hadang dia, bongkar rencananya . " ujar Satya memberi instruksi kepada anak buahnya lewat telfon.

Namun buka Rayhan namanya jika tidak punya serangkaian rencana licik. Ia memasuki lift sendirian , dan keluar dengan pakaian berbeda. Ia keluar dengan mengenakan jubah dan selendang selayaknya wanita hamil. Lengkap dengan kaca mata hitam dan rambut yang panjang terurai.

Ia berhasil melewati keamanan rumah sakit yang diperketat tiga kali lipat dari biasanya . Bukan hanya itu, ia juga meninggalkan mobilnya disana dan pergi dengan menggunakan taksi. Ia menghilang dalam hitungan detik dari pengawasan keamanan yang begitu ketat .


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C10
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login