semenjak hari itu, dia tak pernah terlepas dalam pikiran yang terus diselimuti oleh kegelisahan dan kecemasan. termenung dengan sepi dalam kesunyian. dia hanya menatap jendela kotak kamar. mulut yang terus membungkam dan hati yang terus berbicara.
pikiran terus berputar dan hati yang terus menimang. dialog-dialog yang terekam dalam otak terus berputar. helaan napas gusar terus menghembus.
"Bir ayo makan." tak menyahut tak menoleh. seolah perkataan Faresta tak didengar atau memang tak terdengar.
"Ada apa?" mata terus memandang lurus tanpa melirik sedikit pun. Menjawab dengan gelengan kepala cukup membuat cowok yang berperan sebagai Abang itu mengerti.
walau bukan satu aliran darah, tapi tinggal bersama selama bertahun-tahun,mampu membuat ikatan batin Antara mereka.
"Dari jawaban lo gue dah tau Lo lagi ada maslah." Semakin kelu. seolah ingin mengungkap namun tak bisa. Ingin berkata namun hati terus menibang-nimbang.
"Sok tau." Biru meninggalkan Faresta dengan wajah kebingungan. Tak biasa adik nya seperti ini. Tak biasa adiknya ketus seperti ini. Di tangkap dari wajahnya dia sedang ada masalah.
Tak ada percakapan dalam kegiatan santap siang hari ini. Orang yang selalu cerewet dan tak pernah diam itu sekarang tengah menyantap makanannya dengan tenang.
"lo lagi Hibernasi atau gimana si Bir?" Yang di ajak bicara hanya menoleh lalu menggelengkan kepalanya.
"Atau Lo lagi puasa ngomong?" candanya yang ingin mencairkan suasana. tak biasa dia berdiam dan sangat tenang seperti ini. biasanya jika tak berebut makanan mereka akan berebut tempat duduk yang dekat dengan ayah mereka. walau meja makan mereka besar.
"Atau lagi madmood? Mau jalan-jalan?" Bukannya menjawab Biru malah menghentikan aktivitas makan siang nya, lalu meninggalkan dua orang yang memasang wajah bingung.
"Biarkan saja." Tahan Surya saat Faresta hendak menyusul Biru. Anak sulungnya itu hanya mengangguk patuh. Mereka melanjutkan makan siang dengan hening.
----
*hang out online*
AIRYS:"Assalamualaikum,yeoleobun..."
KEVIN:"WAALAIKUMSALAM!!!"
NATHAN:"waalaikumsalam [Senyum ganteng]"
RAKA:"waalaikumsalam."
"Waalaikumsalam":
AIRYS:"kepin Natan kick aja meresahkan.👎"
NATHAN:"Airys bawel binti bacot ada apa?"
KEVIN:" keVin not Kepin."
AIRYS:"TUPED AJA..where are you gaes...Gue kerepotan ini di rumah. CEPET PULANG!."
RAKA:"iya."
NATHAN:"alhamdulilah. Monggo makan sendiri ya.."
KEVIN:"Monggo repot di tanggu Mbah Irys.."
AIRYS:"Raka lope lope jedor pokoknya
kepin Natan gue acak-acak kamar kalian"
AIRYS:"Biru.."
KEVIN:"Om Biru dimanakah gerangan?."
NATHAN:"si kepin minta di santet tuh Bir."
RAKA:"😶."
"??":
RAKA:"Tumben diem."
AIRYS:"DUAIN KA."
KEVIN:"Om, eh Teh Biru PMS yak?."
NATHAN:"Gue sama kepin pulang sekarang."
AIRYS:"BAGUS!."
KEVIN:"KE"V"IN not Kepin!."
Begitu obrolan tak berfaedah dalam grup chat yang berisikan lima remaja itu. Ada yang selalu tenang bagai air rawa, Ada yang selalu ribut bagai ombak laut. Namum dari perbedaan sifat itu terkadang kita selalu merasa terhibur.
----
Tak terasa, waktu berjalan begitu cepat. Kini lima Remaja tengah bersibuk mempersiapkan diri untuk menjalani Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah atau sering disebut dengan MPLS.
Siswa siswi calon penghuni Sekolah Nusa Bangsa diarahkan untuk berbaris menuju lapang. Mereka di cek satu persatu kelengkapan seperti name tag, dan atribut sekolah lainnya.
Biru dan keempat sahabatnya terdiam saat melihat segelintir siswa yang terkena hukuman. Mereka saling cek satu sama lain.
Raka yang pertama di cek lalu di susul oleh Nathan Kevin Airys dan yang terakhir Biru.
"Eh kak Alfa.." Ujar Airys membuat Biru yang sedang membenarkan dasinya mendongakkan kepala.
"Eh irys ya?Semangat irys.." Airys tersenyum manis kepada Alfa sebelum meninggalkan barisan.
"Hai Bir.." sapa Alfa, Biru hanya tersenyum menanggapi nya.
"Gelangnya bisa di lepas dulu?" Biru melepas gelang hitam miliknya lalu menyimpan pada saku seragamnya.
"Sudah?saya boleh baris?" tanya Biru membuat raut wajah Alfa berubah menjadi bingung. Alfa hanya mengangguk menjawabnya.
"Baru tahu ane kalo ada nama Biru."Ujar Daven teman Alfa.
"Aneh.." gumam Alfa yang sedikit terdengar oleh telinga Daven.
"Nah betul tuh, aneh. Jarang kan yang namnya gitu." Timpal Daven sambil pandangan terus menatap kepergian Biru.
'Apa dia lupa lagi ma gua ya?Tapi masa iya sih. Formal bener lagi bahasanya. Berasa aneh. Waktu pertama kali ketemu malah dia ceria banget.' Batin Alfa.
Panas terik matahari membuat mata Biru menyipit saat memperhatikan, Ketua OSIS berbicara di depan.
sesuatu menetes pada baju Biru. Raka baris tepat di sampingnya. dia melihat ada darah yang keluar dari hidung Biru. Dia tak sadar dengan hal itu.
"Bir hidung lo.." ujar Raka sambil menunjuk hidung. Biru menyipitkan matanya. Lalu meraba hidungnya. saat melihat tangan, dia kaget ada darah disana.
Dia menutupi hidung dengan dasi. Namun darahnya terus keluar. Sampai akhirnya Raka memanggil petugas PMR untuk menangani Biru.
----
"kalo sakit gak usah maksain. jangan sok kuat." Omelan terus terlontar dari mulut Faresta. Yang menerima Omelan hanya diam.
Diam bukan berarti bisu. Diam bukan berarti beku. Dan marah bukan berarti benci. Dia hanya kelu dan bingung. Hatinya terbelenggu oleh kecemasan.
Mata menatap raga mungil itu. Bibir yang pucat ,mata lesu. Tangan itu menariknya pada dekapan hangat.
"Dengerin gue. Kalo ada masalah, atau apa pun. Lo cerita ke gue. jangan di Pendem sendiri." tuturnya lembut sambil mengusap puncak kepala gadis kecilnya.
"Maaf udah bikin khawatir."lirih Biru dan membalas pelukan Faresta.
"Kita ke dokter ya?." Perkataan yang berhasil membuat Biru kembali menjadi bungkam.
Pelukannya semakin melonggar. sampai akhirnya dia melepaskan pelukannya.
"Gue harus ke Aula." ujar Biru lalu menyambar tasnya dan meninggalkan Faresta dalam keadaan diam.
kaki jenjang yang terus menapak pada lantai dingin. irama rambut mengikuti langkah kaki.
"Eh Lo." ujar seseorang dari belakang, membuat langkahnya terhenti.
"Mau kemana?Kabur?." Biru membalikan badannya. Tatapannya sinis.
"Sok tau." ujarnya lalu kembali berjalan menyusuri lorong kelas.
"Aula ada di bawah." Biru kembali menghentikan langkahnya. Lalu berbalik arah, dan melewati cowok dengan dasi di ikat di kepala itu dengan wajah datar.
"Sama-sama." Biru menoleh. Lalu memundurkan tubuhnya.
"Thanks Degar.Bryan.Pramudya." ujarnya sambil membaca nama yang menempel pada baju Degar.
Biru melangkahkan kakinya menuju aula di bawah. Suasana yang cukup ramai tepat dekat Aula. Pantas saja ini sudah waktunya istirahat. Sekarang dia tengah celingukan bak anak ayam kehilangan induknya. matanya mencari cari keempat sahabatnya.
"BIRU.." Tersentak kaget Biru. Napas terengah. Tatapan sinis dia pancarkan pada keempat sahabatnya.
"Jantung gue mau copot tau!" Sambil memegangi dadanya.
"Yaelah bir Lebai amat si.." Kevin menepuk pundak Biru.
"Bodo amat. gak suka? jauh jauh dari gue."
"yaelah baperan amat. Canda kali bir."
"Kenapa? ga suka? ga usah jadi temen gue. gue emang baperan." Biru berlenggang meninggalkan keempat temannya dengan wajah kebingungan.
"kenapa si dia?"
"PMS kali.."
"Ayok susul...gimana sih." mereka menyusul Biru yang entah mau pergi kemana.
continued....