Download App
66.66% You'll Fall For Me / Chapter 4: 01: Manukku nang endi?

Chapter 4: 01: Manukku nang endi?

Bagas merasa dirinya melayang. Dia tak memiliki tenaga untuk mempertanyakan mana atas bawah atau mengapa tiada gravitasi di sini atau bahkan apa tujuan dia berada di sini. Entah bagaimana dia merasakan keletihan yang teramat sangat. Ingatannya samar, terputus-putus.

Bagai terganggu sejuta noise, apa yang ada di otaknya melompat-lompat.

Dia masih ingat, dia mendengar suara gesekan rendah. Seperti sesuatu yang melata mendekat. Sreeek, sreeek … Dia juga ingat dia mendengar desisan khas, Ssshhh sssshhh ...

Namun berikutnya gelap.

Sampai tiba-tiba ada tawa seorang wanita menggema, 'hihihihihi', tawa yang sangat mirip dengan bahak kuntilanak.

Hanya saja yang membuat Bagas langsung membuka matanya dan dia seketika membeku di posisi berbaringnya adalah … sosok wanita ayu berpakaian kebaya hijau dengan rajutan emas yang setengah badannya berbentuk ular. Wanita itu tiba-tiba muncul di atas dirinya yang melayang. Sambil tersenyum, di antara bibir wanita itu, lidah merah bercabang khas reptil yang licin terjulur.

Bagas memucat dan semua kembali gelap.

"Sssh, kita sudah tak punya banyak waktu, Bagas."

Angin dingin mengikuti suara sang wanita cantik bermahkota emas. Bersamaan dengan itu, suara desisan rendah terdengar. Sshhh sssshhh. Bagas menenggak liurnya sendiri. Bulu romanya berdiri sempurna melihat hal ini. Aura mencekam mengoar dari berbagai penjuru. Meski gelap Bagas bisa melihat calang mata kuning vertikal.

Ular. Dia yakin pasukan ular sedang mendekat.

Apa itu?! Kenapa?! Ada apa?!

Wanita setengah ular di sana tersenyum. Ia merentangkan tangan. Bak gerakannya adalah perintah, 'mendekatlah' pada sosok-sosok yang bersembunyi dalam gelap, Bagas bisa melihat lidah bercabang terjulur di samping kanan kiri Wanita itu.

Mata vertikal yang ia lihat tadi perlahan menunjukkan diri. Kepala ular raksasa kini muncul dari kegelapan. Satu, dua, lima, delapan. Mereka mengamati Bagas bengis. Fenomena ini seketika membuat Bagas terpasak. Ia membelalak dan lupa bernapas.

Sebelum tiba-tiba satu kepala ular dengan cepat meluncur ke arahnya.

Lalu semua kembali gelap.

Bagas menenggak liurnya sendiri melihat kepekatan di sekelilingnya. Bulu roma berdiri, entah kenapa firasatnya tak enak.

Tiba-tiba tempat kakinya berpijak bergetar. Bagas terhuyung tak karoan. Dia panik, dia berusaha menjejakkan kaki tapi tak kuasa dan berujung jatuh. Dia mencakari gelepan, entah mengapa dengan cepat permukaan tempatnya meringkuk berubah menjadi bidang miring.

Bagas ketakutan di sini. Dia berani bersumpah akan jatuh ke kegelapan tak bertepi beberapa saat lagi.

Hanya saja, menepiskan dugaan Bagas, bisikan berat menggaung di kegelapan. Suara familiar yang mengerikan membisikkan suatu informasi, "seseorang membunuhmu."

Bagas menegang. Dia mengerjap. Suara itu seolah terdengar dari sisi kanannya, tepat di daun telinga. Dia merinding. Kegelapan ini membuatnya tak mempercayai indra penglihatannya dan itu mengerikan.

Ketakutannya makin menjadi ketika dia merasakan sebuah tangan lentik berkuku hitam memegang dadanya. Jemari itu perlahan naik dari dada ke kepala. Dan Bagas bisa merasakannya, kuku entah siapa ini, menyobek permukaan pakaiannya digerakan demi gerakannya.

Sebelum akhirnya, kuat pemilik tangan itu menangkup wajah Bagas. Lalu ia membawa Bagas melayang. Bidang miring di bawah kaki Bagas mendadak hilang dan Bagqs tak merasakan apa pun di sana, selain udara.

Rasanya, dia tengah digantung di atas jurang.

Keringat dingin mengalir karenanya. Muka Bagas memucat. Dia takut ... takut jika tiba-tiba orang ini, si pemilik tangan, membiarkannya jatuh pada neraka kegelapan.

Hanya saja, di tengah kemelut hatinya, sebuah wajah tiba-tiba terbentuk tepat di depan muka Bagas. Paras ayu perlahan terbentuk. Namun sepelan guratan menawan terpampang di kegelapan, wajah itu ... riasan itu ... memudar.

Mata indah itu hilang, semua tinggal putih. Wajah cantik di sana terajah aksara jawa hitam dengan pendaran merah di sekelilingnya. Darah mengalir dari ujung matanya. Rambut hitam lurus wanita ayu itu pun berubah ... mereka menggendut dan berkepala. Setiap helainya kini menjadi ular.

Satu ular di kepala wanita itu tiba-tiba berdiri. Matanya calang menatap Bagas. Lidahnya menjulur keluar, seolah menghina.

Bagas memiliki firasat buruk melihat hewan ini. Namun sebelum Bagas bisa berpikir, ular yang muncul dari helaian sosok berselendanh emas itu berherak sangat cepat dan masuk ke mata Bagas. Kuat dia menancapkan giginya di kornea Bagas.

Seketika Bagas menjerit. Tubuhnya menegang, urat bahkan sampai muncul di tangannya. Jika dia sudah mati, seharusnya kini dia hanya sosok kesadaran—roh. Namun, rasa sakit yang ada luar biasa. Bagas merasa sesuatu tengah ditancapkan pada matanya atau pada jiwanya. Rasanya seperti dikorek dan dibakar bersamaan.

Di tengah rasa sakit yang tak terperi itu, Bagas mendengar bisikan lembut yang penuh kebencian, "Kuberi kau kekutanku, bocah." Seringai merekah di wajah mengerikan manusia setengah ular beraura emas itu.

Lalu wanita tertawa kencang. Sambil merentangkan tangan ia terbahak. Ular-ular mengerikan mulai mengelilinginya, memeluknya dari atas ke bawah. Ia memandang Bagas tajam. "Gunakan sebaik mungkin."

Sebelum tiba-tiba tubuhnya berubah menjadi asap, meninggalkan bagas sendiri.

Dia pergi sambil tertawa-tiwi mengerikan, "HIHIHIHIHI."

.

.

Dan tawa itu membuat Bagas tersentak. Ia seketika bangun dan membuka mata. Napasnya terengah, matanya membelalak. Dia bisa merasakan tubuhnya bergetar hebat, keringat dingin pun mengalir di punggungnya—dia ketakutan. Ini ketakutan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

'A-apa itu tadi?' Bagas tercenung, pikirnya bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi sebelum tiba-tiba dia merasakan gadam besar menghantam pelipisnya. Bagas mengerang. Ia spontan memegangi kepalanya yang cenat-cenut tak karuan. Dia merasakan dunianya berputar.

Lalu tiba-tiba saja, ingatan yang bukan miliknya berlompatan. Entah mengapa Bagas merasa menjadi seseorang dalam ingatannya. Wanita ayu berambut kuning kecoklatan yang selalu merekahkan senyum palsu. Ia terus memandang ke depan, ke sosok yang ia panggil 'Ayah'.

Namun sosok itu penuh kekejaman sampaikan kalimat menyakitkan padanya, "Lihat bagaimana ada seorang manusia yang sihir nol tapi di otaknya hanya ada laki-laki, laki-laki dan laki-laki! Menjijikkan!" lalu seolah belum puas, pria itu kembali berkata sambil tertawa, "mau kemana? Tak akan ada yang mau menerimamu, kau tahu?"

Ingatan terakhir yang didapatkan oleh Bagas adalah … wanita itu lompat ke dalam jurang.

Dan saat tubuh rapuh itu menghantam air saat itulah Bagas terkesiap dan seruan tertahan meluncur dari bibirnya. Namun justru karena seruan ini, rasa ketakutan Bagas tiba-tiba menguap. Dia membeku sebelum menoleh ke kanan dan ke kiri penuh kewaspadaan.

Bagas berani bersumpah tadi dia mendengar suara wanita asing. Siapa wanita yang masuk ke dalam kamar—

Rentet pikir Bagas terhenti. Dia tercenung melihat kondisi sesuatu yang seharusnya adalah kamarnya. Berkali dia mengerjap, atau mengucek mata demi memastikan pandangannya benar atau tidak. Namun apa yang dia lihat tetap sama: ruangan super luas nan mewah dengan dekorasi yang bertahtakan emas. Fix, Bagas yakin ini bukan kamarnya.

Dan satu hal yang dia pikirkan adalah kemungkinan dia diculik.

TAPI PENCULIK MANA YANG NARUH TAWANANNYA DI TEMPAT PENUH EMAS BEGINI?!

Bagas menarik napas dalam-dalam. Ia bergegas turun dari kasur untuk memahami situasi lebih lanjut. Sayang, mungkin karena terlalu terburu, belum juga satu kaki keluar seutuhnya dari balik selimut, kaki lainnya sudah menjangkah. Alhasil … GEDUBRAK! dia jatuh terjengkang.

"Kampriet … sak—HAAAAAH????!!!" Bagas yang sudah mengumpat akibat jedotan keras keningnya dengan lantai seketika berseru kaget. Apa yang membuatnya kaget? Lantai yang ia pijaki ini begitu mewah dan mengkilap. Saking mengkilapnya, lantai itu sampai memantulkan bayangan benda atau apa pun yang ada di atasnya—termasuk memantulkan bayangan Bagas.

Hanya saja … Satu hal yang membuat Bagas mematung, membeku, sebelum dia bolak-balik mendongak lalu nunduk lagi—memandang lantai—dongak, tunduk, dongak, tunduk, bak orang ajeb-ajeb: BAYANGANNYA CEWEK! CEWEK OI CEWEK!!

Setelah sekian kali ia memandang dan sosok pantulannya tak kunjung berubah, Bagas panik. Dia menjulurkan tangannya, mencoba cek kekekaran yang ia miliki. Nihil, yang ia dapati lengan aneh super rapuh. Masih belum yakin, Bagas menunduk, mencari perut six pack yang ia bentuk di gym. Tak ada! Mereka hilang! Bahkan kini ada dua gunung boing-boing menyapa di dadanya. Lalu saat dia pegang … lembut eh! Bukan balon!

Karena takut halusinasinya yang kebangetan ini adalah kenyataan, Bagas langsung memegang selangkangan.

Seketika dunianya runtuh. Ia pucat pasi.

"S-sumpah koen?" (seriusan nih?) Bagas terbata, matanya berkaca-kaca. Yang dia cari tak ada. Bahkan sampai ia remas juga tak terasa apa-apa. Saking kalapnya, akhirnya Bagas berteriak histeris, "COOOOK, MANUKKU NANG ENDIIIII????!!!!!!" (Cok, dimana burungku???) menggoncang keheningan pagi yang membalut rumah megah bertiang mewah itu.

[]


CREATORS' THOUGHTS
Deelnefire Deelnefire

Arti dari judul chapter ini "manukku nang endi?" adalah 'burungku dimana?'

Ah. Burung di sini tentu bukan yang terbang-terbang ya, melainkan Mr. P di selangkangan pria. Ajajaja

next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login