Descargar la aplicación

Capítulo 3: III. Pure White

Walaupun dia agak bersemangat untuk bersekolah di negara Jepang di dunia anime (atau game) — yang premisnya akan banyak kejadian rom-com yang menyenangkan. Nyatanya, Elias bosan sekarang.

Bukannya dia sombong, tapi dia sudah memahami semua pengetahuan mengenai alam semesta dari pembelajarannya sebagai penyihir di dunia lain, jadi agak membosankan untuk mendapatkan pengulangan seperti sekarang, apalagi di mata pelajaran seperti fisika yang paling terakhir di daftar kefavoritan jika semua mata pelajaran disatukan.

Bahkan dengan keberadaan siswa lain, akrab dengan mereka merupakan bentuk kesopanan sederhana baginya. Dan ada Raiden Mei yang hanya diam dengan ragu padanya ketika dia mencoba menyapanya pagi ini.

Karena itu, Elias melakukan hal klise yang akan selalu dilakukan oleh para protagonis jenius generik! Menghabiskan waktu dengan tidur. Tapi kali ini bukan tidur yang benar-benar tidur, tapi masuk ke dalam alam bawah sadarnya—Mindscape-nya.

Sebuah wilayah kesadaran yang bisa berwujud apapun keinginan Elias selama Elias sudah pernah melihat dan merasakan sensasi tempat itu. Tidak hanya itu, Mindscape miliknya yang lebih dalam—mencapai ke "akar" eksistensinya.

Akar Eksistensi, hal ini bukan hanya sebuah teori dan konsep jika di dunia lain. Hukum umum yang diikuti oleh para penyihir dunia lain menjelaskan bahwa tubuh seorang penyihir terdiri dari tiga bagian, yaitu fisik, astral, dan ethereal.

Manusia biasa yang bukan penyihir, hanya dapat mengakses tubuh fisik (yang merupakan objek-objek dan benda fisik seperti organ, tulang, otak dan lainnya) dan tubuh astral dengan terbatas, sementara penyihir Pola —disebut juga tingkatan— Pertama sampai Ketiga dapat mengakses tubuh Astral (yang merupakan jiwa, kesadaran, dan energi) sepenuhnya. Sementara Pola Keempat sampai Ketujuh dapat mengakses bagian Ethereal (blueprint suatu makhluk hidup) untuk menjadi sosok penyihir sejati.

Namun, ada suatu bagian penting lain untuk mencapai lebih jauh di pengetahuan sihir. Yaitu, Akar Eksistensi—yang merupakan poin penting untuk menjadi eksistensi yang lebih tinggi. Menjadi seorang Dewa yang nyata.

Namun, jika menjadi eksistensi yang lebih tinggi, Elias akan mendapatkan batasan untuk mengakses dunia ini dan dia tidak ingin melakukan hal itu karena tujuannya mendapatkan otoritas adalah untuk pulang ke rumahnya.

Karena hasrat ingin pulang itu, dia menciptakan sebuah eksistensi baru yang juga merupakan cabang dari dirinya sendiri—seperti akun kedua yang terhubung dengan aku pertama. Akun kedua yaitu eksistensi baru ini adalah "Elias yang menjadi makhluk berealitas lebih tinggi", sementara Akun pertama yaitu Elias yang merupakan penyihir Pola Kesembilan dapat mengakses otoritas dan kekuatan dari Akun kedua karena terhubung dengannya, dan dia masih mampu berinteraksi dengan realitas mortal. Tapi karena itu juga, Elias Akun kedua mendapatkan kesadarannya sendiri dan menjadi makhluk cerdas yang mengadministrasi wilayah otoritasnya.

Jadi intinya, Elias adalah dewa yang mampu berjalan di dunia fana. Dan di dalam Akar Eksistensinya, bentuk kesadaran independen abstrak terlihat dengan jelas.

Ini adalah perwujudan dari "keberadaan yang lebih tinggi" di dalam Akar Eksistensinya. Karena Dewa tidak boleh menunjukkan dirinya sembarangan atau dunia akan hancur, maka Dewa ini memanfaatkan sesuatu yang lebih abstrak, yaitu Akar Eksistensi. Karena Elias adalah dewa, Akar Eksistensinya terpisah oleh apa yang disebut—"Pohon Imajiner" dari dunianya dan karena Otoritasnya, dia bisa pulang-pergi dari dunia satu ke dunia lain.

Ngomong-ngomong soal Otoritas Dewa milik Elias yang unik, setiap makhluk yang menuju ke jalan Higher Being memiliki beberapa otoritas yang dapat dipilih, seperti Elias. Karena keberadaannya yang unik, Elias mendapatkan sebuah Otoritas unik yang dapat menjadikannya super kuat bahkan di dunia yang memiliki hukum tidak sesuai dengan dunia asalnya.

Sebuah otoritas yang menjadikan dirinya perwujudan dari makhluk abstrak asing yang tidak seharusnya ada di dunia. Otoritas "Asing" sebuah otoritas yang memberikannya kemampuan untuk menggunakan setiap kekuatan Dewa dan kekuatan Manusianya di alam semesta yang berbeda.

Jadi intinya, Elias adalah seorang Outer God.

Raiden Mei ragu-ragu.

Sudah sore sekarang, dan hari ini adalah bagian piketnya di bagian kelas. Yang lainnya sudah pulang duluan, meninggalkannya untuk mengerjakan segalanya sendirian.

Setidaknya, dia tidak mendapatkan ejekan dan celaan apapun kali ini, yang cukup aneh. Tapi itu adalah nilai plusnya. Mei menghela nafas.

Tapi bukan itu yang membuatnya ragu-ragu. Siswa pertukaran yang datang hari ini, dia masih belum bangun sejak jam terakhir!

Pada akhirnya, Mei menguatkan tekadnya untuk membangunkannya. Itu hanyalah pikirannya! Ya, dia terlalu lelah sampai-sampai mengira dia akan dibunuh. Benar, itu cuma sugesti.

Tidak perlu melakukan apapun yang menariknya secara langsung, selama Mei kelihatan tidak tahu apa-apa, dia tidak akan kena masalah… itulah harapannya.

Jadi Mei mendekati pemuda itu, untuk membangunkannya.

Namun, sebelum dia bisa memanggil pemuda asing itu, kepala Elias mendongak melihatnya, yang hampir membuat jantungnya melompat. Mei mencoba terlihat tenang, dia melihat Elias dengan gugup.

Elias melirik sekelilingnya, melewati jam dinding dan papan tulis, lalu ke arah Raiden Mei yang berdiri di samping bangkunya.

"Selamat sore, apakah hari ini bagian piketmu, Mei?" Elias mencoba basa-basi, setidaknya untuk mencegah kecanggungan dan sepertinya bekerja dengan baik.

"Uh, ya. Jam terakhir sudah selesai, sekarang sudah waktunya pulang." Mei menjelaskan, dia hampir kehilangan ketenangannya.

Elias membuat tawaran, yang memberikan kejutan bagi Mei. "Hmm, bagaimana kalau aku membantu. Lagipula, sekarang sudah sore dan melakukan seluruh pekerjaan sendirian sangat tidak efektif dan kamu akan pulang malam nanti."

Mei menggelengkan kepalanya, "Itu tidak perlu. Aku bisa menyelesaikannya sendirian." Mei tidak berbohong soal itu, lagipula, dia sudah pernah pulang malam karena hal ini sekali dua kali.

"Tidak apa-apa, biarkan aku menawarkan bantuan sedikit saja." Elias tersenyum ramah.

Mei ingin menerimanya, dia juga lelah dengan kegiatan sekolah yang berawal dari pagi sampai sore, apalagi hari Senin punya jadwal yang cukup padat. Namun…

"... Kalau begitu, mohon bantuannya."

Dengan persetujuan gadis berambut ungu gelap itu, Elias dan Mei saling bekerja sama untuk membersihkan ruang kelas.

Elias merapikan, membersihkan meja kursi, dan mengelap jendela, sedangkan Mei menyapu dan mengepel lantai, dan membersihkan papan tulis.

Kegiatan itu dilalui dengan keheningan, tidak ada suara selain alat-alat dan pekerjaan yang mereka lakukan. Yang mengejutkan bagi mereka, Elias dan Mei punya koordinasi yang baik dalam bekerja sama.

Dan akhirnya, sebelum matahari benar-benar terbenam, mereka akhirnya menyelesaikan pekerjaan membersihkan ruang kelas.

Di bangku panjang dekat gerbang utama gedung sekolah.

"Fiuh," Mei duduk dengan lega di bangku panjang di samping Elias. "Terima kasih sudah membantu. Itu benar-benar selesai lebih cepat," ucap Mei mengulurkan sebotol minuman.

"Terima kasih…" Elias menerimanya, dia tersenyum, "Tentu saja. Kadang-kadang, dua lebih baik dari satu."

"Oh ya, jadi kapan dua lebih buruk dari satu?" Mei bertanya dengan tertarik.

"Tentu saja ketika melewati lorong sempit saat kabur dari pembunuh berantai seperti di film-film." Elias menjawab dengan nada bijak yang membuat Mei tertawa pelan.

"Bukankah melawan balik dengan senjata akan lebih baik? Lagi pula mereka berdua, 'kan."

"Memangnya apa lagi, logika film horror memang aneh…" gumam Elias masih dengan senyuman, "Bahkan mereka pun bisa berpindah tempat dengan cepat seperti menggunakan teknik ninja."

Mei tidak menyangka dia akan mudah akrab dengan siswa dari negara asing itu, bahkan bercanda bersama di sekolah. Dia menunduk mengerutkan bibirnya dengan masam… dia tidak pantas mendapatkan hal ini bukan? Dia bahkan kehilangan ketenangannya, ini berlebihan.

"—Ngomong-ngomong, sudah hampir malam loh. Apakah kamu tidak pulang, Mei-san?"

Suara Elias menyadarkannya kembali ke dunia nyata.

"Be-benar. Aku harus pulang, sekali lagi terima kasih bantuannya…" Mei segera memelankan suaranya, dia agak ragu membawa topik ini, dan sepertinya Elias melihat keraguannya.

"Ada apa, Mei?"

Sebelum dia tidak punya kesempatan. Mei menguatkan dirinya. "Sebenarnya aku ingin bertanya tentang sesuatu…"

"Silahkan saja, aku akan mencoba menjawab jika itu di dalam kemampuanku."

"Apakah kamu benar-benar mampu mengeluarkan benda dari udara kosong dan membuat tembok tak terlihat?"

Sepertinya hal itu benar-benar menguatkan keraguannya. Walaupun agak tidak sopan mengingat itu adalah rahasia dan privasi orang…

"..."

Elias terdiam sejenak, tidak menyangka gadis bermata indigo itu membahasnya sekarang. "Mau lihat sihirku?"

"Eh? Sihir?"

Mei bingung, dia tidak menduga perkembangannya akan kearah sana. Dia tidak berniat melakukannya, tapi dia penasaran karena Elias sama sekali tidak menyanggah keraguannya.

"..."

Mei membelalakkan matanya kehilangan ketenangannya sekali lagi —pemuda ini benar-benar berbakat membuat roller coaster dengan emosinya—, dia tidak yakin dengan ekspresi terkejut macam apa yang dia tunjukkan saat ini, tapi itu bukanlah yang menjadi keraguannya.

Sebuah es yang dibakar oleh api tercipta, tetapi es itu sama sekali tidak meleleh dan malah menjaga suhu masing-masing.

Mei agak ketakutan sekarang, apa yang akan terjadi setelah ini? Dia takut jika ada sesuatu menimpanya. Tapi melihat Elias yang memandangnya dan masih memiliki senyum menenangkan di wajahnya memberikannya sedikit keberanian.

Saat itu, dia hanya melihat secara sekilas objek yang diciptakan, tapi sekarang semuanya lebih jelas. Sebelum objek di tangannya tercipta, ada simbol-simbol asing yang dirangkai seperti kalimat dengan banyak huruf.

Dia penasaran dengan semua kekuatan Elias, sangat menarik bisa menciptakan api, air, dan mungkin emas dari kekosongan, tapi kata-katanya berikutnya membuat Mei mendapatkan penyesalan karena membahas topik sensitif ini…

"Ini adalah salah satu rahasia terbesarku, karena kau sudah tahu ini sejak kemarin, aku tidak mungkin melepaskanmu dengan mudah."

"... Itu…"

Mei ketakutan sekarang. Dia terlalu banyak ingin tahu sampai tidak sadar bahwa orang ini bukanlah esper… tapi penyihir!


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C3
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión