Scarica l'App
14.28% Tentang Takdir / Chapter 2: part #2.

Capitolo 2: part #2.

Rasa lelah terasa hilang dalam sekejap jika sudah berkumpul.canda, tawa, ceria saling bersahutan. Rumah modern sederhana tepat mereka berkumpul yang sudah lama dihidupi oleh kekosongan dan keheningan kini kembali hidup dengan keramaian.

cemilan dan minuman seolah menjadi pelengkap dari cerita hari ini. inilah suasana yang dirindukan mereka. dan selama tiga tahun itu mereka harus menahan kerinduan itu.

"oh iya. kita harus rencanain buat lanjutin SMA kemana." ujar Nathan dan dibuahi oleh wajah wajah berpikir dari sahabatnya.

"nah iya, ya walau libur masih lama tapi tetep aja. waktu terus berjalan kan." ujar Airys setelah meneguk tandas minuman dingin miliknya.

"Em gimana kalo kita cari di internet, terus sambil tanya tanya sama Abang gue?" usul biru disetujui oleh semua sahabatnya.

"yaudah panggil Abang Lo sekarang bir." ujar Raka lalu Biru mengeluarkan benda pipih hitam dari saku celananya. Nada sambung terdengar dan tak butuh waktu lama untuk Biru menunggu, Biru langsung mendapat jawaban dari Abang nya Faresta.

----

Perjalanan dari Korea menuju Indonesia cukup melelahkan. Walau hanya satu Minggu Alfa tinggal disana, rasanya dia sudah sangat rindu dengan apartemen nya.

sudah terbiasa hidup sendiri, membuatnya sedikit risih dengan keramaian. Dihempaskan tubuhnya ke atas sofa empuknya. lalu dia memejamkan mata sejenak, tidak tidur semalaman membuatnya terasa ngantuk sekarang.

saat dirinya hendak memasuki alam mimpinya. tiba-tiba hp dalam saku celana bergetar. tanda ada panggilan masuk

"Ck." decaknya sedikit kesal lalu mengambil hpnya dan menggulir tombol answer tanpa melihat siapa yang menelepon.

"....."

"halo.." ujarnya dengan nada malas sedikit kesal.

" .... " terdengar Omelan dari sang oenelpon, Alfa melihat siapa yang menelponnya.

Bunda.

matanya membelaka,

"Maaf Bun Al pikir siapa." ujarnya sambil merubah posisi menjadi duduk.

lalu mereka larut dalam pembicaraan. setelah dua puluh menit lamanya berbicara akhirnya percakapan antara ibu dan putranya pun berakhir.

Alfa menyimpan hp nya di atas meja dan memutuskan untuk melanjutkan istirahat siangnya. Namun sepertinya takdir tak mengijinkannya untuk beristirahat siang ini.

lagi dan lagi hpnya bergetar.

"iya bun ada apa lagi?" ujarnya spontan tanpa melihat siapa penelpon.

"Bun-bun. gua bukan nyokap Lo!" ujar sang penelpon tak terima.

kembali dia membuat mata hazelnya, dan ternyata yang menelponnya adalah Faresta, Sahabatnya.

"Sorry-sorry gue kira nyokap."

"hmm"

"ada apa res?"

lalu Faresta menjelaskan maksudnya menelpon untuk apa.

setelah dia menutup telponnya. Dia berjalan gontai menuju kamar mandi. dia harus bersiap karena Faresta menyuruhnya untuk datang kerumahnya.

memang tidak butuh lama waktu lama untuk laki-laki bersiap. kini Alfa sudah siap dan dia berjalan menuju parkiran dibawah untuk membawa mobilnya.

Ramainya ibukota bagai teman perjalanan siang Alfa kali ini. Perjalanan yang lancar tanpa kendala membuatnya bebas mengendarai mobil sesuka hati, namun masih dengan mengutamakan keselamatan.

Kini dia sudah sampai di depan rumah dengan cat putih dan gold yang terpadu menambah kesan mewah rumah itu.

memang sahabatnya ini, sangat beruntung dia suka sedikit iri, namun dia ingat dia harus banyak bersyukur dengan kehidupannya.

sat suda masuk pekarangan rumah Faresta. ternyata temanya itu sudah menunggunya di luar dengan menenteng tas laptop.

"Gimana kabar Lo?" tanya Faresta sambil bertos ria.

"Gak baik bro." jawab Alfa sedikit lesu.

"Ada apa?" tanya Faresta sedikit seirus

"Pertama, gua belum makan res."jawab Alfa sambil mengelus perut ratanya. Faresta mengerutkan Alisnya.

"Kedua, gua belum tidur bro, liat mata indah hazel gua ada kantung hitam nya." Lanjut Alfa sambil berdrama memperlihatkan mata hazelnya.

"Yaudah, Balik Sono. Makan, Tidur. sekalian jangan bangun lagi." ujar Faresta lalu hendak melangkah ke rumah samping.

"Buset anjir. gile kali bro, mati gua." ujar Alfa lalu menoyor bahu Faresta.

'kruwuk...kruwuk...'

Faresta menahan tawanya lalu berkata

"Perasaan hari ini cerah cerah aje. Napa ada suara petir yak." ledeknya.

"Buku buset." seru Alfa lalu keduanya saling melempar tawa.

Tak tega melihat temannya kelaparan. Faresta membawa Alfa ke dapur untuk mengisi perutnya sebelum mengajaknya ke tempat tujuan.

----

"Abang Lo mana Bir? perasaan rumah Lo di samping Sono dah."Ujar Kevin sambil rebahan dan memainkan game online dalam hpnya.

"Sebentar lagi kayaknya. Katanya dia dia mau ajak temennya." tak lama dari Biru menjawab pertanyaan Kevin, terdengar suara bel dari luar. Dan tak lama Faresta masuk dibuntuti oleh temannya.

"Nah tuh dia." ujar Biru menunjuk abangnya menggunakan dagu lancipnya.

"sorry agak telat. tadi ada gangguan dikit." ujar Faresta lalu duduk di sofa tanpa disuruh. Allfa pun ikut duduk di samping Faresta.

"gangguan? perasaan rumah Lo Deket dah bang. cuma lima langkah dari sini." ujar Nathan dengan alis menaut.

"eh gue jadi inget lagu dah." ujar Nathan sambil senyum senyum sendiri.

semua pasang mata menatapnya heran. lagu? tiba-tiba saja Nathan bernyanyi dengan suara fals nya.

"Pacar ku memang dekat. lima langkah dari sini." raut muka yang bingung akan kelanjutan lirik lagu nya.

"Dari rumah dongo." ujar Kevin sambil menoyor kepala Nathan

"Lima langkah dari rumah dongo..."

"duh aduh memang asik punya pacar tetangga.. tiap hari berduaan.."

"Bego betul dah anak ayam satu ini." ujar Airys menggelengkan kepalanya.

Lalu tak lama kemudian semua pasang mata saling melempar tawa. Senang rasanya melihat keharmonisan antara sahabat seperti ini.

"Gue kira pulang dari Korea, otak Lo membaik. eh ternyata malah makin ambyar." ujar Faresta lalu dilempari tawaran dari setiap individu disana.

namun selama tertawa ada satu pasang mata yang terus mengamati Biru. seolah pernah melihat seolah tidak asing.

"oke katanya mau tanya tanya tentang sekolah.." ujar Faresta seolah menjadi pemutus tawa canda mereka.

"iya. Sekolah yang menurut Abang Rekomen banget." ujar Airys

"udah liat liat di internet sebelumnya?" tanya Faresta lalu dibuahi anggukan dari kelima anak remaja itu.

"kiat liat liat sekolah Abang. Dan lumayan tertarik juga. nah kita mau tau lebih banyak tentang sekolah Abang." jelas Biru

"em,,baru aja gue mau rekomendasiin sekolah kita ya Al." ujar Faresta sambil menepuk bahu Alfa.

"oh iya lupa gue. kenalin dia Alfa, temen gue. dia juga baru balik dari Korea." perkenalan singkat Alfa yang diwakili Faresta temannya ditanggapi angguka.

lalu Faresta dan Alfa memulai mengenalkan sekolah kepada kelima anak remaja itu. terlihat dari binar mata mereka. anak-anak remaja itu sangat excited dan tertarik akan melanjutkan jenjang Sekolah Menengah Atas nya di SMA Nusa Bangsa.

sesekali penjelasan dua remaja SMA itu diselingi oleh pertanyaan. jika sudah menyangkut masalah pendidikan lima sahabat itu selalu bersemangat.

cita-cita yang besar yang sudah direncanakan mereka sejak awal, akan mereka wujudkan bersama-sama.

continued....


next chapter
Load failed, please RETRY

Stato Settimanale dell'Energia

Rank -- Classifica Potenza
Stone -- Pietra del potere

Sblocco capitoli in blocco

Indice

Opzioni di visualizzazione

Sfondo

Carattere

Dimensione

Commenti del capitolo

Scrivi una recensione Stato di Lettura: C2
Impossibile pubblicare. Riprova per favore
  • Qualità di Scrittura
  • Stabilità degli Aggiornamenti
  • Sviluppo della Storia
  • Design del personaggio
  • Sfondo del mondo

Il punteggio totale 0.0

Recensione pubblicata con successo! Leggi più recensioni
Vota con la Pietra del Potere
Rank NO.-- Classifica di potenza
Stone -- Pietra del Potere
Segnala contenuto inappropriato
Suggerimento di errore

Segnala abuso

Commenti paragrafo

Accedi