Aku menatap keluar jendela mengingat seseorang yang hingga sekarang masih aku cintai, Carlson Dalex. Aku masih ingat, dua tahun lalu ia masih duduk di sampingku, di maskapai yang sama, dan nomor kursi yang sama. Ia adalah tunanganku, cinta pertamaku. Terpatri di lubuk hatiku yang paling dalam. Namun takdir memisahkan kami dengan begitu menyedihkan. Kami terpisah untuk selamanya. Dan hari ini sangat kebetulan aku duduk di kursi ini, kursi yang pernah kami duduki bersama. Hingga saat ini aku masih merasakan, ia sedang duduk di sampingku. Terlalu banyak kenangan indahku bersama Carlson Dalex terlintas di pikiranku yang membuatku sangat sulit untuk bertahan disini. Pria yang pernah mengisi hari-hariku dan membuatku merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia. Hingga suatu hari terjadi hal yang paling aku takutkan dalam hidupku. Aku berpisah dengannya untuk selamanya. Dan kehilangannya membuat aku berpikir untuk tidak jatuh cinta lagi. **** Tapi cinta akan tetap hadir dalam siklus kehidupan ini. Saat kamu kehilangan cinta pertamamu, akan ada cinta lain yang datang menghampiri.
Pernah merasakan cinta? Tidak. Pernah menjalin sebuah hubungan? Tidak. Dan semua hal itu benar-benar tidak pernah terjadi pada Pita. Perempuan yang sudah berumur dua puluh empat tahun ini merasa suatu hubungan percintaan itu tidak berguna, hidupnya hanya tentang kesendirian, menikmati waktu tanpa membebankan perasaan. Puluhan orang yang mendekatinya tetap saja tak sesuai dengan keinginannya. Bagaimana kriterianya? Tentu saja yang sempurna. Sampai akhirnya ia bertemu dengan seseorang yang mengatasnamakan cinta adalah nilai tambah dari sebuah hubungan. Dan keduanya menyepakati untuk bekerja sama. Tetapi, Pita selalu lupa bahwa tak ada yang sempurna di dunia ini. Termasuk dengan hubungan tersebut.