vanessa phineas and ferb

Apa yang aku dapat dengan balas dendam? Cinta!! Ya aku mendapatkan cinta. _Vanessa Summer Griffin_

Vanessa, a young actress struggling to make her mark in Los Angeles, has a one-night stand with a mysterious stranger while she was on a break from her abusive boyfriend. She soon discovers that the stranger is none other than Liam Carson, the married billionaire heir to Carson Enterprises and CEO of Carson Hotels—who also happens to be her boyfriend's childhood friend. As Vanessa attempts to rebuild her life and rekindle her relationship with her now-repentant boyfriend, she is hit with an earth-shattering revelation: she's pregnant with Liam's child. To make matters worse, she works as a waitress at the opulent Carson Hotel, bringing her into close, daily contact with the very man who now harbors an unexpected love for her. Caught in a web of secrets, forbidden love, and impossible choices, Vanessa must navigate a dangerous path where her heart, career, and future hang in the balance. Can she keep the truth hidden, or will the weight of her secret bring everything crashing down? Hello Readers This is my first novel, thank you for giving it a try. I promise to update daily, so that you won't miss out Vanessa and Liam's love story. Please support this novel by commenting, adding to your library collection, gifting and voting massively with power stones and golden tickets.

There's 104 days of summer vacation...

“Tidak peduli seburuk apa kita di mata mereka dan bagaimana mereka merendahkan kita, apapun yang terjadi di masa depan akan bergantung pada pilihan-pilihan kita. Bukan orang lain. Jadi biarkan saja. Jangan dengarkan mereka.” -Raihan- Raihan adalah penyelamat hidupku yang pertama. Ketika usiaku 15 tahun dan aku hampir mati rasa. Waktu itu, tidak ada kehangatan dalam duniaku. Semuanya membeku. Sejauh mata memandang, aku hanya melihat warna hitam dan abu-abu. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan di dunia yang seperti itu. Sampai suatu hari Raihan datang mengulurkan tangan padaku. "Apa kau keberatan jika aku menjadi temanmu?" tanyanya. Aku menggeleng samar dan kami pun menjadi teman. Sejak saat itu, dunia tempatku tinggal tidak lagi menyeramkan. Pelangi bermunculan setelah hujan. Kunang-kunang beterbangan, dan dunia yang gelap itu pun berubah menjadi tempat yang sangat nyaman. Terang, hangat, dan penuh warna. Sayang, kehancuran datang disaat yang paling tidak kuinginkan. Telalu cepat bahkan sebelum aku bisa bersenang-senang. Raihan menghilang dan semua lampu di duniaku padam. Lalu aku dipaksa untuk melanjutkan hidup dalam kegelapan. Sendirian. Waktu berlalu dan aku mulai terbiasa dengan keadaan –kegelapan, dan kesendirian. Sampai suatu ketika seseorang datang dan mengajakku untuk melihat dunia luar. Aku menolak. Aku memilih untuk tetap tinggal di dunia yang gelap berteman kesendirian. "Kenapa?" tanyanya. Tapi aku hanya diam. Bukan karena aku tidak mau melihat dunia yang dia ceritakan. Dunia luar yang indah dan banyak teman. Tapi aku takut melangkah ke luar. Jika nanti aku mengiyakan ajakannya dan menjadi nyaman berada di luar, aku takut kejadian sebelumnya akan terulang. Aku takut dia menghilang dan meninggalkanku sendirian. Seperti Raihan yang mengubah duniaku menjadi lebih menyeramkan. "Meskipun nanti ketika aku tidak ada, kau tidak akan sendirian. Kau akan menemukan banyak teman di sana." Bujuknya. Aku berpikir cukup lama untuk memutuskan. Tapi akhirnya aku menyetujui ajakannya. Aku melangkah ke luar, meninggalkan dunia yang gelap tanpa kehangatan. Dunia tempat aku mengjalani hidup sendirian. Seperti sebuah festival perayaan, dunia di luar sangat meriah. Ada banyak makanan dan minuman. Udaranya hangat dan wangi. Orang-orang pun menyanyi dan menari mengikuti alunan musik yang menggema di sana-sini. Aku suka tempat ini. “Kau tidak sendiri lagi sekarang.” Ujar seseorang yang mengajakku ke dunia luar. “Kau tidak harus menahan semua beban sendiri. Kau bisa berbagi dengan teman-temanmu di sini.” Aku tersenyum. Merasa sangat bersyukur karena memilih untuk pergi dari duniaku yang gelap dan beku. Di duniaku yang baru, hari-hari terasa begitu panjang dan nyaman. Aku sama sekali tidak merasa lelah meski harus melakukan banyak pekerjaan dalam satu waktu yang bersamaan. Aku memiliki banyak teman yang siap mendengarkan keluh kesahku. Mereka bahkan tidak keberatan jika aku meceritakan tentang masa laluku. Sayangnya, aku belum siap untuk itu. Aku tidak ingin mereka tahu bagaimana aku menjalni kehidupanku di masa lalu. Sendirian, dalam kegelapan. “Kau tidak perlu terburu-buru. Aku akan memberimu waktu sebanyak yang kau mau.” Kata seseorang itu. “Untuk apa?” “Untuk sembuh dari luka-luka lama.” Aku pun mengagguk setuju. Lambat laun aku mulai jatuh cinta dengan dunia baruku. Di sampingku, ada seseorang yang selau mengkhawatirkanku dan dia menjagaku dengan baik. Dia adalah seseorang yang mengajakku ke luar dari dunia lamaku yang gelap dan beku. Aku menyukai kehidupanku yang baru. Tentu saja, sebelum kematian merenggut semua kebahagiaan dariku. Saat aku mulai mempercayai teman-temanku dan hampir membuka diri pada duniaku yang baru.

[For Writing Prompt Contest #274 - Cultivation] 18 year old Phineas is a peaceful and pathetic man who grows up under the harsh conditions of poverty inside a religious village. Bullied most of his life, he reconciled in his mother who told him, "Don't blame them for their behavior, they only know what they are taught." On one fateful day his village is attacked and subsequently destroyed by a rich noble for not paying taxes. The sole survivor of the ordeal is Phineas, who doesn't blame the noble for the destruction of his village, but rather blames the gods for teaching humans how to commit travesties. He curses the god his village worshipped, and disrespected her. In retaliation, she appears before him. However upon laying eyes on her, his eyes melted. So helplessly he wondered helping anyone and everyone that he came across, all the while he marches with blind rage. With a single goal in mind, to commit the worst travesty to all the Gods.

At the auction, I picked out a diamond ring, planning to use it as the wedding ring with Adrian Hartley. However, no matter how much I bid, there was always someone outbid me, that was the little girl Adrian Hartley sponsored. Adrian Hartley had a helpless smile on his face: "Sweetheart, the little girl really likes these things. Why not let her have it, alright?" I directly lit up the sky lantern in that auction with an extremely high price. Felicia Myers fled the scene with tears. Adrian Hartley didn't blame me, he just left a kiss on my forehead, "Really stubborn like a chili." Until one day, when I unexpectedly received a private invitation. My 356 private photos were going to be auctioned. Adrian Hartley held Felicia Myers's slender waist, "Didn't you like to light sky lanterns? Then why not buy them back yourself."

A young infant is left abandoned alone in a dark cemetery. At the stroke of 3 AM, popularly known as the Devil's Hour or Witching Hour, the child is found by a monstrous being from an urban legend. However instead of eating the vulnerable baby the monster thought of raising the child as her own. Now the infamous Dutchwell family will face an unexpected challenge they never thought they will have... Raising a young offspring from the other side amidst the chaos and mysteries lingering in the Dark Realm... That might just involve the adopted child herself...

Ivanka Risanova adalah gadis berketurunan Rusia-Korea yang terlahir dengan sendok emas di mulutnya. Di anugerahi tubuh yang bagus, wajah yang cantik, dan kekayaan tak menjadikan dirinya bahagia. Justru, karena itu semua ia merasa risih dan kekurangan kasih sayang kedua orang tuanya. Dia melakukan hal-hal yang 'liar' demi mendapatkan perhatian kedua orang tuanya, kakak lelakinya yang disibukkan pekerjaan sampai akhirnya 'sesuatu' terjadi dan menjungkir-balikkan kehidupannya. Akankah ia berubah karena 'sesuatu' itu?

Hantu Belanda berambut pirang itu telah terlihat marah, gusar, dan mengusir siapa pun yang datang ke rumah. Dia benci orang-orang yang berwajah melayu, dia benci perempuan-perempuan cantik, dia benci keluarga manusia yang berbahagia. Namun yang paling parah, dia sangat benci aku. -risa saraswati-

Qin Yao opens her eyes and finds herself transmigrated from a post-apocalyptic world into the body of an ancient peasant woman. Her family consists of four stepchildren needing care. A good-for-nothing husband, who has nothing but looks, is causing a ruckus. They live in a thatched hut, without a grain of rice, the family is emaciated like refugees. If that wasn't enough, someone even comes to collect debts! Anger rises in Qin Yao's heart, and she kicks the wretched husband out, "Debt collector, feel free to just beat him to death!" The four stepchildren: !!! With the world quieted, Qin Yao rolls up her sleeves to revive the family. Hunting, carrying bags, fighting bandits, she's an expert in all. But facing the fields, with her back to the sky, and her face to the earth, even a top-tier fighter from the post-apocalyptic world waves her hand: Can't take it! Really can't take it! Qin Yao scratches her head: In the ancient times where agricultural taxes are extremely high, how can I avoid farming? At this moment, the lazy husband who was sent away to die (twisting and crawling) (struggling to stand up) (screaming and roaring): My dear! I think I can be saved!