Download App

Chapter 2: Story 2 : Gadis Kotor.

Algar membuka pintu rumahnya, lelaki itu mendapatkan mamanya yang sedang menyiapkan makan malam. Algar membanting tubuhnya di sofa membuat Dita menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Pusing banget kayaknya, bang. Ada masalah di sekolah?" Algar melirik Dita sebentar.

"Gak ada kok, ma. Masalahnya kayak biasa aja." Dita terkekeh. Dita tahu maksud dari putranya itu.

"Ujian dadakan lagi?" Algar mengangguk seraya menghembuskan napasnya kasar.

"Papa mana?"

"Sama Lid---

"Lidya pulang!" Dita dan Algar sontak menoleh ke arah pintu dan mendapati Lidya bersama dengan Dion yang masih memakai kemeja kerjanya.

"Lho? Abang udah pulang?" Algar menaikkan satu alisnya.

"Lo udah liat gue di sini, kan? Berarti udah, lah!" Lidya memanyunkan bibirnya.

"Santai kali. Btw gue bawa mochi kesukaan lo nih. Mau, gak?" Algar menatap Lidya dengan antusias.

"Serius lo?" Lidya mengangguk bangga.

"Ya udah, sini!" baru saja Algar ingin merampas mochi-nya, namun Lidya lebih dulu menyembunyikannya. Gadis kecil itu tersenyum miring.

"Ada syaratnya." Algar menatap Lidya dengan malas. Algar tahu betul apa yang diinginkan adiknya itu.

"Iya. Besok gue beliin. Ya udah, sini!" Algar merampas mochi tersebut.

Dita dan Dion sudah bersiap di meja makan, keduanya memanggil Algar dan Lidya untuk melaksanakan makan malam bersama. Algar dan Lidya langsung menghampiri meja makan, keempatnya mulai melahap habis hidangan yang telah disuguhkan.

Keesokan harinya, Algar belum juga bangun dari tidurnya. Hal itu dikarenakan hari ini adalah hari Sabtu, sehingga sekolah diliburkan. Lidya menerobos memasuki kamar Algar dan memukul wajah lelaki itu dengan guling beberapa kali.

"Bang! Bangun!" Algar hanya mengubah posisi tidurnya membelakangi Lidya. Gadis kecil itu terlihat geram. Lidya memutuskan untuk menarik surai Algar, membuat lelaki itu seketika membelalakkan kedua matanya.

Algar langsung menjauhkan tangan Lidya dari surainya. Algar menatap Lidya dengan tatapan tidak sukanya.

"Apaan sih! Masih pagi udah rusuh aja lo!" tandasnya. Lidya berdecih.

"Pagi mata lo! Liat noh, udah jam berapa sekarang?" Algar menatap jam dindingnya dan terkejut karena jarum pendek mengarah ke angka 11. Algar teringat sesuatu, lelaki itu segera mengelus dadanya.

"Untung aja sekarang hari Sabtu. Aman." Lidya mendengus.

"Terus, lo ngapain bangunin gue?"

"Lo disuruh mama beli jahe," titahnya kemudian berlalu meninggalkan kamar Algar.

"Padahal adek gue cewek. Kenapa gue yang disuruh buat beli jahe sih," monolognya.

♡♡♡

Algar mengendarai motornya menuju minimarket terdekat. Lelaki itu melewati sebuah lapangan yang tampaknya sudah tidak lagi terpakai. Hal itu bisa dilihat dari penampilan lapangan tersebut yang sudah kumuh.

Algar melirik sejenak sebelum lelaki itu sadar akan sesuatu dan menghentikan laju motornya. Algar melihat sebuah kerumunan. Algar menyipitkan matanya, lelaki itu sangat yakin bahwa ia melihat sosok Andara di antara kerumunan itu.

Algar berlari menghampiri kerumunan itu. Saat seorang perempuan dengan surai sebahunya akan melayangkan tamparannya, Algar berhasil menahan itu. Algar berhasil mencegahnya.

Andara terkejut, perempuan itu membulatkan kedua matanya.

"Lo---

"Apa maksudnya ini?!" Algar membentak ke arah lima perempuan di hadapannya.

"Mau coba jadi pahlawan kesiangan, ya? Oh, atau cewek bodoh yang ada di belakang lo itu udah melet lo?" perempuan yang diketahui bernama Sera itu menarik satu sudut bibirnya. Algar mengepalkan tangannya.

"Jaga ya omongan lo! Gue punya bukti video waktu lo ngebully Andara, sekali lagi lo macem-macem sama dia, gue akan jeblosin lo ke penjara!" Sera terdiam.

"Lo yakin mau ngebela cewek busuk ini? Asal lo tau ya, dia ini cewek kotor!" Andara tertegun, perempuan itu menundukkan wajahnya.

"Kotor?" Sera tersenyum miring kemudian menatap Andara.

"Heh, cewek kotor! Jadi selama lo pindah ke sekolah baru lo itu, sama sekali gak ada yang tau kejadian itu?" Andara terdiam. Sera beralih menatap Algar.

"Asal lo tau ya, cewek ini udah gak suci!" Algar terdiam sejenak.

"Gue gak akan percaya tanpa adanya bukti," balasnya tenang.

"Bukti? Oke, kita lihat aja nanti." Sera tersenyum. ia mengisyaratkan kepada teman-temannya untuk segera meninggalkan lapangan.

Andara membuang napasnya lega, meskipun sebenarnya perempuan itu terlihat gelisah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Algar berbalik menatap Andara dengan satu alis yang dinaikkan. Andara membuang mukanya.

"Makasih," tuturnya. Algar masih menatap Andara meskipun perempuan itu membuang mukanya.

"Mereka siapa?" Andara menoleh, membalas tatapan Algar yang sedikit ... serius, mungkin.

"Mereka orang yang gak suka sama gue dari dulu," jelasnya. Algar tidak mengubah mimik wajahnya.

"Kenapa gak suka? Terus, apa maksudnya kotor?" Andara kembali tertegun.

"Gue gak bisa bilang semuanya sekarang, maaf." Algar berdecih lalu mengacak kasar surainya.

"Ya udah, gue pamit." Baru saja Algar akan melangkah, namun lelaki itu harus mengurungkan niatnya karena Andara menahan pergelangan tangannya. Sehingga Algar kembali menoleh dan menaikkan satu Alisnya.

"Gue ..." Algar masih terdiam menunggu kelanjutan perempuan itu.

"Gak jadi!" Andara menarik kembali tangannya dari tangan Algar, membuat Algar menatapnya dengan aneh.

"Hah? Lo sehat?" Andara geram.

"Gue sehat lahir batin!" kesalnya.

"Ya udah, gue dulu---

"Hati-hati," potongnya tanpa menatap Algar. Algar tersenyum kecil.

"Gue tau hati lo lembut. Sikap acuh lo itu ada pasti karena sebuah alasan. Gue harap sikap itu segera menghilang." Andara terdiam.

♡♡♡

Tibalah hari Senin. Algar menatap mading yang sudah dikerumuni oleh banyak siswa. Lelaki itu mencoba untuk menghampirinya.

Algar membulatkan kedua matanya dengan apa yang ia lihat. Siapa yang berani menyebar foto itu? Bahkan di mading sekolah sekali pun.

Itu adalah foto Andara bersama dengan seorang lelaki. Di foto itu, lelaki tersebut tampaknya sedang menjamah bagian-bagian tubuh Andara.

Algar memaksa menembus kerumunan itu dan segera mencabut fotonya. Banyak siswa yang terlihat bingung dengan kelakuan Algar. Algar segera berlari untuk mencari Andara.

Siswa dan siswi mulai berbicara buruk tentang Andra. Algar mengepalkan tangannya. Kotor? Apa ini yang dimaksud Sera kemarin?

Algar membuka pintu perpustakaan. Lelaki itu menghampiri Andara yang tengah santai membaca buku. Andara terlihat mengacuhkan Algar.

Algar memberikan foto itu kepada Andara. Andara tidak terkejut sama sekali.

"Di foto itu ... apa itu bener-bener lo?" Andara mengangguk kecil.

"Kenapa lo bisa sesantai ini di saat orang-orang mulai berbicara buruk tentang lo." Andara tersenyum kecil.

"Gue udah biasa dengan ini semua. Gue gak bisa ngelakuin apa-apa. Pada akhirnya, bayang-bayang ini selalu menghantui gue. Itu sebabnya gue bilang sama lo, jangan coba masuk ke dalam kehidupan gue." Algar terdiam.

"Lo yakin akan diem aja?"

"Gue udah bilang sama lo, gue gak bisa ngelakuin apa-apa. Sekarang, lo boleh tinggalin gue." Algar mengepalkan tangannya.

"Gue gak akan tinggalin lo. Gue gak akan diem aja. Ini semua harus dibayar mahal! Gue akan bantu lo dan gue gak akan ninggalin lo." Algar tersenyum, senyuman itu membuat Andara tertegun dan terdiam.


Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login