Download App
39.39% Satu Lagi(Indonesia Novel) / Chapter 13: Bab. XIII.Misi Pertama Sabotage

Chapter 13: Bab. XIII.Misi Pertama Sabotage

Hari Ke-28 Bulan Ke IX Tahun 1207, Gilgurd

Dengan langkah pelan, ditutupi oleh mantel dari bulu, aku melangkah melewati susunan rumah penduduk di salah satu basis dari tentara pemberontak, Gilgurd.

Gilgurd adalah bagian paling tenggara wilayah Kerajaan Campestris, wilayah yang dikuasai oleh Count Fillio. Luasnya lebih dari 13 batu, dengan wilayah yang bisa ku katakan berbatasan laut langsung dengan negara tetangga, Kerajaan Bargobar.

Saat ini aku dalam misi penyamaran, dan penyusupan di salah satu basis tentara musuh sebagai pedagang. Aku, Virche, Donald, Regi , Marco dan Harley yang memang ku angkat dan ku bawa sebagai bawahan, turut serta dalam misi penyusupan ke dalam Kota Gilgurd.

Jika dilihat dari peta , wilayah Gilgurd hanya sekitar enam hari dari ibukota dengan kuda. Namun, mengingat saat ini perang sipil sedang terjadi, menggunakan jalan darat bukanlah hal yang bijak. Jadi, aku berdasarkan kewenangan penuh dari Kerajaan menggunakan sebuah kapal dagang sedang dari Kerajaan Bargobar, kemudian menyeberang ke wilayah Gilgurd. Kotanya benar-benar beraroma seperti kota pelabuhan lainnya. Terdapat banyak kapal layar yang memiliki ukuran yang beragam, dan jumlahnya mungkin hampir lima puluh.

Berbicara mengenai Kerajaan Campestris, setidaknya ada tiga pelabuhan penting. Pertama, Kota Wortport di selatan dibawah faksi Puteri Lilith, Kota Anexmus di Timur dibawah faksi Puteri Lilith ,dan terakhir Gilgurd dibawah faksi Pangeran Scrall.

Aku berpikir hal pertama yang ku lakukan, adalah melakukan penyamaran perdagangan sambil melakukan pengumpulan data-data atau informasi dan sabotase, sekaligus membentuk jaringan mata-mata di kota ini.

Setelah sampai di pelabuhan, aku dan kelima orang bawahanku bergerak mencari penginapan yang dapat menampung kami untuk beberapa hari kedepan. Pada akhirnya, kami memilih salah satu penginapan yang memiliki pemandangangan ke laut luas bernama [ Mundrill ]. Biaya sewanya sekitar 38 perunggu satu orang permalam. Itu cukup mahal jika dipikir, di ibukota biaya menginap hanya sekitar 15- 20 perunggu. Aku pikir ini berhubungan dengan perang dan pajak yang mahal.

"Aku tidak mengira bahwa kenaikan harga penginapan di sini sudah parah seperti ini.." keluh Harley.

Pria berkumis itu mengeluh dengan harga penginapan yang kami sewa.

"Jangan berpikir demikian."sahutku.

"Jangan lupa tujuan kita kemari." sambungku, sambil merebahkan badan di kasur begitu masuk ke dalam kamar penginapan.

Ngomong-ngomong soal kamar , kami menyewa 2 kamar. Aku, Donald, Regi, Marco dan Harley berada dalam satu kamar deluxe. Sedangkan, Virche berada dalam kamar berbeda yang ukurannya sedikit lebih kecil di lantai yang sama. Keempat bawahanku hanya mengangguk ringan.

"Ngomong-ngomong , Pak…" Donald bersuara sambil duduk pada bangku kamar.

Aku menatap tajam bahwa sebelumnya aku menyuruh bawahanku memanggilku Tuan dalam rombongan pedagang. Jadi, aku mengeluarkan ekpresi penuh peringatan.

"Maksudku , Tuan… bukankah kota ini benar-benar aneh…?" ujarnya.

Aku memang berpikiran sama. Pertama, ada banyak kapal yang berlabuh . Namun, hanya sedikit orang yang berkeliaran, entah itu hanya berjalan-jalan kecil. Meskipun, aku sama sekali tidak tahu pasti berapa populasi kota ini saat perang, tetapi ini adalah keanehan.

"Ya.. kau benar juga…" sahut Marco, Harley ikut mengangguk setuju.

"Kapal yang berlabuh juga memilki bendera yang berbeda. Jika dipikir, untuk apa kapal dari banyak bendera kemari, jika mereka tahu bahwa wilayah ini memberontak?" potong Harley.

Jika demikian, ku pikir ini perlu untuk diselidiki. Apakah memang ada semacam konspirator dibelakang perang sipil ini? Jadi, aku memutuskan untuk mengirim Regi, Donald dan Marco menyelidiki kapal-kapal ini. Sedangkan, aku, Virche dan Harley akan menyelidiki tentang penduduk kota.

Keesokan harinya aku mendatangi sebuah toko pemasok rempah yang banyak didapat dari Kerajaan Bargobar. Ku pikir menjadikan samaran sebagai rombongan pedagang rempah, bukanlah hal yang sulit. Aku sebelumnya sempat menjadi pedagang meski itu hanya gandum.

Toko itu terdiri dari tiga lantai dan memiliki ruang depan yang luas. Hanya ada sebuah meja kecil dan seorang pria paruh baya, yang kelihatan tidak memiliki aktivitas apa-apa kecuali meminum alkohol sambil membersihkan toko.

"Halo! Bisakah aku bertemu dengan pemilik toko?" sapaku ramah.

Pria itu langsung bergegas, menghampiriku yang berada di depan pintu masuk.

"Selamat datang. Aku adalah pemilik toko. Adakah yang dapat saya bantu, Tuan?" Pria itu memasang wajah senang dari balik wajahnya yang keriput.

"Perkenalkan namaku adalah William, saya adalah pedagang rempah dari Bargobar. Apakah Anda tertarik membeli rempah kami?"

Pria itu langsung memasang ekspresi yang jauh berbeda.

"Soal itu… sepertinya, saat ini adalah saat yang kurang tepat untuk membeli , Tuan." Pria itu mengeluh sambil menatap iba padaku.

"Apakah terjadi sesuatu ,Tuan…?"tanyaku.

Pria paruh baya itu diam sejenak.

"Itu… untuk saat ini, kami benar-benar sangat menyesal, untuk mengatakan bahwa kami hanya bisa menjual. Apalagi , saat ini daya beli rempah dan komoditi lain kecuali peralatan perang, benar-benar nihil." ujarnya ragu.

Aku hanya memiringkan kepala.

"Ya. Anda tahu sendiri bahwa Kerajaan Campestris saat ini perang sipil . Jadi, orang-orang dan penguasa hanya tertarik membeli peralatan perang. Sedangkan, banyak gandum dan kebutuhan utama kurang diperhatikan."jelasnya.

"Maksud Anda?"

"Saat ini Count Fillio memerintahkan penduduk lokal untuk membayar pajak dengan harga tiga kali lipat dari sebelumnya dan mengirim wajib militer pada perang."

Jadi, ini yang terjadi. Namun, untuk pajak sebesar tiga kali lipat, bukankah agak berlebihan?

"Aku memiliki tiga orang putera dan satu orang puteri berusia 15-30 tahun, sekarang mereka dikirim ke medan perang di barat. Aku sama sekali tidak mendengar kabarnya selama satu tahun ini…" Pria paruh baya itu berekspresi muram.

"Jadi, untuk saat ini toko kami hanya menjual.." Pria itu menolak dengan sopan.

Aku sejenak berpikir bahwa perang melibatkan hal yang begini. Tentu saja, penguasa akan memaksimalkan segala sesuatu untuk medan perang. Namun, mengabaikan kebutuhan rakyat dan hanya berfokus pada keperluan perang, terlihat mirip seperti kebijakan fuhrer.

Apakah Pangeran Scrall adalah seorang diktator? Pertanyaan itu muncul dalam kepalaku. Setelah mendengar perkataan orang itu, aku hanya pamit permisi dan mendatangi setidaknya lima toko yang berbeda, tetapi semua toko menolakku. Jadi, saat malam menjelang aku akan mengumpulkan informasi yang didapatkan bawahanku.

Malam itu kami berkumpul dalam kamar. Setelah aku meminta mereka memastikan bahwa kondisi aman, aku akhirnya meminta mereka mengumpulkan informasi yang mereka dapatkan.

"Jadi apa yang kalian dapatkan," kataku, membuka pembicaraan.

"Ini benar-benar aneh…Penduduk di kota ini seperti merelakan mereka diekspoitasi berlebihan oleh Count Fillio…" keluh Virche.

"Maksudmu, Virche..?" tanyaku.

"Maksud saya, mereka bahkan tak memiliki gandum untuk mereka olah sebagai makanan, dan hanya menerima 1 potong roti untuk satu orang selama sehari. Sementara, pajak hasil tangkapan mereka harus dibayar tiga kali lipat." tutur Virche sambil mendesah ringan.

"Ya… mereka bahkan harus memberikan segala peralatan dari logam pada Count Fillio sebagai bentuk kepedulian, meskipun mereka lebih terlihat dipaksa." sambung Harley.

Jika demikian penduduk lokal benar-benar dieksploitasi.

"Apakah ada semacam ketidakpuasan dari penduduk, Harley?" sahutku.

"Ya, meskipun ketidak puasan lebih tepatnya ... Mereka ingin segera melawan atas perlakuan dari Count Fillio…"

"Ya, aku juga sependapat. Namun, sepertinya mereka tidak bisa melawan. Semua peralatan yang berasal dari logam dan bukan peralatan melaut dan bertani, semua diserahkan pada penguasa lokal. Bukankah itu keterlaluan..?" potong Virche sambil dia mengangguk.

Aku menoleh pada Regi, Donald dan Marco. "Lalu soal kapal, apa yang kalian peroleh…?"

"Itu… sepertinya kapal ini dibuat pada pabrik yang sama dan negara berbeda dari asalnya." jawab Regi.

"Mengapa kamu berkesimpulan begitu?"tanyaku.

"Aku sebenarnya pernah bekerja pada perusahaan kapal meskipun hanya setahun. Tapi, aku tahu persis bahwa kapal ini dibuat pada pabrik yang sama yaitu Perusahaan Yullo di benua timur."

"Mengapa kamu bisa berpikiran demikian?"Aku sedikit kurang yakin.

" Itu jelas dari bahan yang mereka gunakan. Bahwa hanya perusahaan itu yang menggunakan satu jenis kayu unik seperti kapal-kapal ini."Sambungnya yakin.

Cukup dengan laporan Regi, aku beralih pada Donald.

"Soal kapal, sepertinya beberapa bulan lalu, sekitar sepuluh kapal memiliki banyak penumpang pria yang mereka angkut. Hanya saja … "kata Donald.

"Hanya saja apa? " tanyaku penasaran.

"Mereka tidak terlihat lagi setelah beberapa hari saat kapal akan menaikkan jangkar."

"Apakah kau memiliki ciri-ciri khusus para penumpang yang dominan?" tanyaku memastikan.

"Ya mereka adalah pria kebanyakan. Hanya saja, mereka tidak mengenakan baju, hanya celana. Mereka nampaknya memiliki kulit yang merah kecokelatan."tutup Donald.

"Lalu, Marco…"Aku berpaling ke arah Marco.

"Saya mendengar, bahwa kapal sepertinya tiba pada waktu yang berdekatan dan menaikkan jangkar pada waktu yang sama. Sepertinya, mereka tidak memuat barang yang berharga, kecuali peralatan perang seperti pedang, tombak dan perisai."kata Marco.

"Apakah ada yang lain…?"

Marco berpikir sejenak. "Oh ya, kupikir seorang pria dengan pakaian bangsawan tampak bergerak dengan kereta dari salah satu kapal menuju kediaman Count Fillio."

Hmm… jika kupikir ini pasti adalah kemungkinan yang masuk akal. Pangeran Scrall melalui Count Fillio sepertinya sudah membuat perjanjian rahasia dengan negara lain. Kemungkinan terbesar, kapal-kapal ini berasal dari wilayah yang sama. Jadi, untuk memastikan aku bertanya pada Regi.

"Regi, apakah kau tahu kebanyakan kapal dari tempatmu bekerja dulu dibeli oleh negara mana?"

Regi mencoba mengingat dalam kepalanya.

"Kalau tidak salah kebanyakan pelanggan adalah Negara Pulau Seberang, Kerajaan Laut Manhoot." katanya yakin.

"Apakah orang-orang lokal Manhoot adalah berkulit merah kecoklatan..?" tanyaku lagi, menyambungkan benang merah.

Mereka semua mengangguk. Ku simpulkan, Kerajaan Manhoot adalah negara yang ikut berkonspirator secara rahasia di sini. Padahal Kerajaan Campestris sudah berhubungan baik hampir lebih dari seratus tahun tanpa melakukan perang dengan Manhoot. Jadi, aku langsung menyusun taktik pengambilalihan Kota, tanpa menyerang langsung.

Lima hari setelah berpikir keras dalam mengambil alih kota ini. Akhirnya aku mendapatkan sebuah cara tanpa menyerang langsung. Itu adalah pemberontakan.

"Virche…kembalilah ke Ibukota, dan buat perkamen bertulisan ini sebanyak mungkin." Kataku sambil menyerahkan perkamen yang bertuliskan [ Raja akan mengampuni dan memberi makan setiap Pemberontak yang menyerahkan kepala pimpinannya] Kemudian aku meminta tandatangan jenderal Conrad dibubuhkan di bawahnya.

Virche tak percaya, tetapi ia tetap mematuhi perintahku. Sebelum akhirnya bersuara serak.

"Bukankah agak berbahaya untuk membawa perkamen bertuliskan itu dengan jumlah yang banyak?" Ia sedikit ragu.

Aku tahu bahwa ini akan sedikit berbahaya. Namun, aku punya solusinya.

"Itu gampang... minta Markas untuk mencari beberapa orang dengan ciri mirip orang Manhoot dari tentara kerajaan, kemudian memakaikan mereka pakaian bangsawan. Untuk perkamen, kalian membuatnya berada pada lapisan paling bawah dalam peralatan perang, seperti perisai dan pedang." jelasku singkat.

Aku memberikan rincian tertulis pada Virche dan dibubuhi tandatangan dan stempel unit Sabotage.

"Bawa Donald, Harley, dan Marco. Aku dan Regi akan tetap tinggal di sini sebagai penyambut kalian nanti. Dan jangan lupa, aku hanya memberikan waktu selama lima belas hari. Jika kalian tidak datang dalam waktu itu , kami mungkin akan pindah ke wilayah lain sebagai bentuk antisipasi kecurigaan. Kau mengerti?" jelasku.

Virche mengangguk. Esoknya mereka berempat menaikkan jangkar dan pulang ke Helen setelah singgah dari kota pelabuhan penyamaran kami.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C13
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login