Download App

Chapter 9: Sekolah

"Kenapa Lo gak mau ke Apartemen gue?"

Natasha menatapnya sengit, beberapa menit yang lalu Arsen menemuinya ke kelas saat jam pelajaran berlangsung dan meminta izin untuk membawa Natasha, Guru yang sedang mengajar pun mau tidak mau mempersilahkan.

"Lo ini kenapa sih? Jadi posesif gini, terserah gue dong mau ke Apartemen Lo atau enggak."

Arsen kikuk langsung, ia juga tidak tahu kenapa jadi posesif begini. Apa yang salah dengan dirinya.

"Terserah gue, mau gue posesif, mau enggak," jawaban sangat konyol itu terluncur dari Arsen, jawaban aneh dan tak nyambung sepertinya.

Mata Natasha memicing, Lo suka sama gue? penuh selidik dan tatapan curiga. Arsen seperti membeku seketika, suka? Apa ia suka dengan Natasha? Tapi dia merasa tidak.

"Ngarep Lo?" tanya Arsen balik.

Natasha menghela napasnya, mana mungkin cowok angkuh seperti Arsen mengakui perasaannya.

"Udah ah, gue mau balik kekelas."

Arsen langsung menahan lengan Natasha, langkah Natasha terhenti seketika dan menatap Arsen kemudian. Kenapa dengan Cowok ini? Natasha heran dengan sikap Arsen akhir-akhir ini. Apa dia salah minum obat?

"Gue gak mau tahu, Lo harus jadi Asisten gue lagi!"

"Enggak mau! Gue udah pernah bilang kan sebelumnya. Lo ini kenapa sih? Banyak tuh cewek yang suka cari perhatian sama Lo. Lo jadiin mereka asisten Lo aja! Jangan gue!" kini Natasha melipat tangannya didepan dada.

"Cewek yang cari perhatian? Siapa? Bukannya disekolah ini pada takut sama gue, kecuali Lo?"

Natasha memutar bola matanya malas. Ucapan Arsen barusan memang benar, siswi di sini takut dengannya, muka datar Arsen itu membuat tegang seketika.

"Dita sepupu gue, Sheryl?"

"Lo diancam mereka?"

"Diancam?"

"Ya, Lo jauhin gue karena diancam mereka?"

"Enggak, gue cuman gak mau cari masalah dan gue mau hidup tenang. Dan sekarang tinggal Lo. Lo jauhin gue!" cukup jelas ucapan Natasha terdengar di telinga Arsen.

"Gue gak mau hidup Lo tenang. Gue akan gangguin Lo, karena Lo udah berurusan dengan Gue. Gue gak akan melepas Lo gitu aja."

Natasha membelalakan matanya. Setelah berbicara seperti itu Arsen melengos pergi menyisakan kesal pada Natasha. Natasha mengepalkan tangannya. Cukup sudah masalah yang menerpa hidupnya, ia ingin satu persatu malasah selesai. Tapi sepertinya masalah bersahabat dengannya, terus datang dan bertambah sepertinya.

***

"Lepasin!"

"Lo ikut gue!"

"Mobil gue?"

"Aryo yang bawa, udah jangan protes kenapa sih?"

Natasha mendengus dan ikut Arsen menaiki mobil Arsen. Ia pasrah saja, toh Arsen akan melakukan segala cara, dan dia tidak akan bisa menghindar untuk saat ini.

Apartemen Arsen. Natasha dibawa kembali ketempat ini, ia rindu juga tempat ini. Sebenarnya ia merasa aman ketika bersama Arsen dan berada di Apartemen ini. Tak ada yang menghardiknya, memarahinya. Marahnya Arsen tak begitu di anggap Natasha, karena ia bisa lebih marah kepada Arsen.

"Gue laper masakin!"

"Lo kangen masakan gue yah?"

"Enggak siapa bilang?"

"Halah... ngaku aja kali. Lo kangen gue kan? Sok-sokan jadiin gue asisten, padahal Lo pengen deket gue terus," goda Natasha pada Arsen, ia memang percaya diri saat ini. Kalau Arsen marah paling dia akan disuruh pergi, dan masalah beres.

"Terlalu percaya diri. Gue gak mungkin ngelepasin orang yang udah berurusan sama gue. Apalagi orang yang selalu ngebantah gue!"

Natasha ciut seketika, tatapan Arsen seperti ingin membunuhnya. Ia seketika merinding, bagaimana jika Arsen membunuhnya disini. Apa mungkin Arsen ini Psikopat? Pikiran negatif bermunculan di kepalanya. Ia berjalan mundur menjauhi Arsen , Arsen menatapnya dengan tatapan semakin tajam.

"Gu...gue minta maaf. Gue..." lidah Natasha tiba-tiba kelu. Tubuhnya rasanya lemas, jantungnya berdetak cepat.

DUK...

Kepala Natasha mengenai dada bidang Arsen. Tangan itu merangkum tubuh Natasha, ia membiarkan tubuhnya terkulai lemas di tahan Arsen. Pelukan hangat Arsen membuat seluruh tubuhnya lebih lemas. Namun tidak tegang seperti beberapa menit yang lalu, ia merasa lega, namun jantungnya berdetak tak normal saat ini. Dan ia mendengar suara detakan itu juga pada seseorang yang sedang memeluknya.

"Cepet masakin gue, jangan banyak omong!" bisik cowok itu di telinga Natasha.

Setelah melepaskan pelukannya, Natasha terduduk lemas disofa, "Gue kira akan mati hari ini."

***


CREATORS' THOUGHTS
romamanurung romamanurung

Support Cerita Ini Ya. Tambahkan ke perpustakaan kalian, PS nya juga yah... Selamat menunaikan ibadah puasa buat yang menjalankan.. hehe... ini author Rima.

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C9
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login