Download App

Chapter 100: Deus Machina: Thy Fallen One part 2-3

Setelah itu mereka semua pun langsung pergi dan Evelyn menjadi penunjuk jalan untuk pergi ke danau Lumalucia.

Sharon dan Lilith yang belum pernah pergi kesana pun takjub karena jernihnya air yang ada di dalam danau itu.

"Uwah air ini bernar-benar terlihat sangat jernih."

"Air dari danau ini juga dikatakan berasal dari batang pohon raksasa yang kita para Wood Elf tinggali di atasnya jadi mungkin sudah tersaring berkat pohon raksasa."

Sharon melepas alas kakinya dan dia menyelupkan kakinya ke dalam air danau.

"Kya~ dingin!"

Akhirnya Lilith juga mengikuti Sharon dan mereka berdua bermain-main di sana, sebaliknya Evelyn melihat ke arah pohon raksasa yang ada di tengah danau Lumalucia dan melihat pohon itu benar-benar hidup lagi. Bahkan batangnya terlihat segar dan daunnya juga lebat.

Semua orang di La Ingrain tidak tahu pohon jenis apa itu sehingga mereka juga tidak bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi.

"Tetapi..."

Evelyn melihat ke Peta yang dia bawa.

Danau Lumalucia, sebuah danau yang tidak terlalu besar yang mungkin hanya berukuran berkisar 200 meter luas, tetapi danau itu sendiri dianggap sebagai danau yang sakral bagi para Wood Elf. Para Elf biasanya akan melakukan ritual berupa mandi di danau itu untuk menyucikan diri sebelum mereka melakukan berbagai macam hal seperti acara khusus.

Seperti Evelyn yang dulu sebelum dinobatkan untuk menggantikan ayahnya, dia lebih dulu melakukan mandi di danau ini.

Dari kejauhan dia pun melihat para Elf yang ditugaskan untuk menyelidiki peristiwa aneh itu sedang berkumpul di tempat pohon raksasa di tengah danau itu berada. Di sana dia juga menjumpai kakaknya, Keynaz yang juga ditugaskan disana.

"Shar, bisakah kamu membawaku ke pohon itu?" tanya Evelyn.

Sharon dan Lilith pun berhenti bermain-main.

"Aku tidak keberatan, tetapi bukannya kita perlu ke tempat di peta itu?"

Evelyn memiliki pandangan yang sangat tajam, dia bahkan bisa melihat dengan jarak yang sangat jauh dengan jelas. Dia bisa melihat wajah para Elf yang ada di sana termasuk Keynaz yang terlihat seperti gelisah.

"Ini mungkin hanya perasaanku tetapi aku merasa kalau ada sesuatu yang mereka telah ketahui."

Sharon pun setuju dan dia membawa Evelyn menuju ke para Elf.

Semakin dekat dengan pohon raksasa itu, Sharon semakin menyadari sesuatu yang tidak biasa, sesuatu seperti sebuah energi sihir yang sangat besar yang terpusat di pohon itu.

Ini sama sekali tidak biasa bagi Evelyn untuk sebuah pohon bisa memiliki energi sihir yang sangat besar seperti ini, bahkan energi sihir ini bahkan jauh melampaui energi sihir senjata nasional para Elf yang pernah diperlihatkan Aria.

Ya, ini adalah sesuatu yang sama sekali tidak biasa.

"Shar, apa kau merasakan energi sihir dari pohon itu?"

"Energi sihir?"

Sharon terlihat seperti tidak merasakan adanya energi sihir seperti yang dirasakan Evelyn begitupun dengan Lilith yang nampak biasa saja.

Mereka semua pun akhirnya sampai.

Dengan segera Sharon menurunkan Evelyn dan Keynaz menghampiri mereka.

"Evelyn, maaf tadi aku tidak pulang untuk menyambut kepulanganmu."

Evelyn menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tidak apa-apa, lagipula kakak mempunyai sesuatu yang lebih penting. Ngomong-ngomong Kak Keynaz, apa ada sesuatu yang sudah kakak tahu?"

"Sejauh ini hanya sedikit yang kami ketahui."

Keynaz berjalan ke arah pohon dan menempelkan telapak tangannya.

"Seperti pohon ini yang menyimpan banyak sekali energi sihir yang seolah-olah seperti sebuah gunung sudah siap untuk memuntahkan segala isinya."

Mendengar itu Evelyn setuju.

"Ya, pada saat kemari aku merasakan hal yang sama dengan kakak. Entah darimana asal energi sihir itu aku sendiri tidak tahu, tetapi aku harap ini bukan sebuah pertanda buruk."

"Aku sedikit ragu tentang itu."

Suara itu, sebuah suara dari orang berjubah yang secara tiba-tiba muncul lagi.

Dengan sekejap Sharon, Evelyn, dan Lilith berkumpul dan mempersiapkan sihir mereka masing-masing.

Orang berjubah yang melihat Evelyn dan yang lain sudah siap siaga untuk menyerangnya itu hanya tenang seolah-olah dia sama sekali merasa terancam.

"He~ begitu ya," ucap orang berjubah itu sambil memandang Evelyn tepat di depan wajahnya.

"Jangan mendekat!" gertak Lilith.

"Kau si Sagittarius...dari apa yang aku rasakan, kau masih belum terasa sepertinya."

"Sepertinya? Siapa?"

"Liela Xea."

Mereka semua terlihat terkejut saat mendengar orang bertudung itu mengucapkan nama itu.

Orang itu pun membuka tudung kepalanya dan terlihatlah rambut putih bersih seorang Myths. Orang itu adalah seorang wanita yang terlihat dia memakai penutup mata di kedua matanya.

Sharon, Evelyn, dan Lilith pun hanya terdiam tercengang melihat seorang Myths murni sedang berdiri di hadapan mereka.

Sharon pun segera maju untuk mengajukan pertanyaan yang sudah ia simpan di benaknya.

Sangat banyak yang ingin Sharon tanya tentang sejarah dari Lixe dan Myths dan juga Zodiak yang bahkan Aria sendiri sama sekali tidak tahu dan ini mungkin baginya adalah kesempatan satu-satunya.

"Lixe? Kalau kau tahu nama itu, apa kau salah satu teman, atau mungkin kenalannya? Siapa dirimu dan apa sebenarnya tujuanmu?" Sharon bertanya kepada wanita itu.

"Kenalannya ya..."

Wanita itu pun berbalik menghadap pohon.

"Ya, aku mengenal dan tahu tentang Lixe...semuanya. Ya...semuanya.... 'Mereka' adalah orang-orang yang sangat menarik," Ujar wanita itu sambil dia mendekatkan wajahnya ke wajah Sharon.

Walau wanita itu memakai penutup mata, Sharon bisa merasakan kalau wanita itu menatap matanya langsung. Pada saat itulah Insting Sharon merasakan kalau wanita itu adalah orang yang sangat-sangat berbahaya.

"Kau terlihat takut, kenapa?"

"Ti-tidak, aku tidak apa-apa."

Wanita itu semakin mendekatkan wajahnya.

"Benarkah...?"

Jantung Sharon pun semakin berdegup kencang, insting Sharon benar-benar mengatakan kalau dia harus menjauh dari wanita itu saat ini juga.

Lilith menarik wanita itu menjauh dari Sharon sambil berkata, "Cudah cukup basa-basinya, cepat jelaskan siapa dirimu dan apa tujuanmu!"

Wanita itu pun tersenyum lebar dan dia mulai menjelaskan siapa dirinya.

"Siapa diriku? Aku tidak peduli kalian mau memanggilku apa, tetapi 'Mereka' memanggilku Fourth."

"Fourth?"

"Ya...Fourth, aku hanya kesini karena disuruh oleh ketua kami, Sixth untuk memberitahukan sesuatu kepada kalian. Aku tahu kalian pasti bertanya-tanya kenapa pohon raksasa yang sudah mati ini tiba-tiba bisa hidup seperti ini?"

Wanita itu mendekatkan dirinya ke pohon itu dan dia mengepalkan tangannya.

"Lihatlah ini."

Wanita itu meninju pohon raksasa itu dengan kekuatan yang luar biasa, mereka yang ada disana merasakan tanah yang mereka injak bergetar layaknya gempa, bahkan hempasan angin dari tinjuannya itu mampu untuk membuat Keynaz dan para Elf disana terpental dan dampak dari itu juga menghasilkan gelombang air yang seperti ombak meskipun tidak besar yang menuju ke daratan.

"Apa-apaan ini!" ucap Lilith yang menahan tubuhnya agar tidak ikut terhempas.

Evelyn pun langsung mengeluarkan sihir angin untuk menangkap Keynaz dan para Elf disana dan membawa mereka kembali.

Beruntung Keynaz dan para Elf disana tidak terluka karena sihir Evelyn dan mereka pun berterima kasih kepada Evelyn.

Insting Sharon memang benar kalau wanita itu sangatlah berbahaya dan dia bisa merasakan kalau wanita itu masih belum mengeluarkan bahkan separuh dari kekuatan aslinya.

Setelah itu, Fourth pun menarik tangannya dan terlihatlah sesuatu yang aneh. Meskipun menerima tinjuan sekuat itu, pohon itu sama sekali tidak tumbang, bahkan pohon itu sama sekali tidak menerima bekas apapun.

"Lihat, sama sekali tidak ada luka!"

Mereka yang menyaksikan itu pun terkejut. Dengan tinjuan sedahsyat itu, bahkan pohon yang lebih besar dari itu pasti akan roboh tetapi faktanya pohon raksasa itu sama sekali tidak terluka.

Evelyn pun mendekat dan melihat dengan teliti di bagian pohon yang Fourth tinju.

Bahkan mata Evelyn yang sangat tajam itu tidak bisa melihat bekas apapun disana. Pohon itu benar-benar tidak terluka sama sekali.

"Benar, sama sekali tidak ada luka!"

Evelyn menoleh ke arah wanita itu.

"Apakah ini ada hubungannya dengan energi sihir yang tersimpan di dalam pohon ini?"

"He~ kau gadis yang cerdas. Ya ini semua memang ada hubungannya dengan energi sihir yang tiba-tiba ada di dalam pohon ini. Aku tidak yakin kalau kalian sudah tahu tentang ini, tentang 'Dunia yang akan selalu memihak Cahaya' dan tentang apa hubungannya dengan ini semua."

"Dunia yang selalu memihak cahaya..."

"Jika dunia ini mulai mempersiapkan dirinya, maka menurutmu apa yang akan terjadi?" Fourth bertanya kepada mereka bertiga.

Tidak ada satupun dari mereka bertiga yang bisa menjawab itu.

"Itu berarti akan ada sesuatu yang terjadi kepada reinkarnasi dari Lixe...sesuatu yang buruk yang akan benar-benar membunuhnya."

Sharon, Evelyn, dan Lilith sangat terkejut mendengar itu dan seketika mereka langsung merasa sangat khawatir dan khususnya untuk Sharon, pandangan matanya langsung kosong karena membayangkan itu.

"Sesuatu yang buruk...kepada Ed..."

Sharon menguatkan dirinya.

[Tidak, itu tidak akan terjadi!]

Di dalam hati Sharon, dia sangat percaya kalau Edward itu kuat dan memang itulah apa yang dia lihat. Walau itu raja iblis sekalipun kalau melawan Edward yang sekarang, Sharon yakin kalau Edward akan menang.

Meskipun Evelyn dan Lilith khawatir, mereka tidak langsung percaya dengan apa yang dikatakan Fouth begitu saja terutama Fourth adalah orang yang mereka sendiri tidak tahu asal-usulnya.

"Ta-tapi tidak ada yang terjadi setelah tuan Edward melawan Avvanyyon dulu!"

"Ya! Juga saat dia hampir mati melawan Draconis juga tidak ada yang terjadi!" Lilith menambahkan.

"Kalian berdua tidak paham ya? Aku bilang 'benar-benar membunuhnya' bukan 'mungkin membunuhnya'. Dengan kata lain dia akan mati tidak peduli jika disana ada Lilia dan para Zodiak yang lain atau tidak, selama mereka masih menjadi bagian dari dunia ini."

Menjadi bagian dari dunia ini, itu berarti mereka tidak bisa merubah takdir mereka sebagaimana mestinya. Bahkan Six sendiri tidak bisa mengubah apapun, untuk sekarang.

Evelyn pun terduduk lemas.

"Mustahil...tuan Edward."

"A-apa dia benar-benar akan meninggal?" tanya Lilith.

"Tidak!" jawab Sharon dengan lantang. Ia pun mengepalkan tangannya dan menambahkan, "Edward itu kuat! Aku sendiri yakin kalau dia yang sekarang tidak bisa dikalahkan atau bahkan dibunuh semudah itu walau musuhnya sekuat apapun!"

Sharon masih sangat percaya dengan kekuatan Edward. Sebagai orang yang sangat dekat dengannya dan juga sangat paham seberapa kuat Edward itu, dia masih sangat sangat percaya. Dia tidak mau menjadi dirinya dulu yang tidak percaya kepada Edward dan berputus asa sampai-sampai dia merepotkan Edward lagi.

"He~ kau terlihat sangat percaya sekali kepadanya ya?"

"Tentu saja! Aku adalah salah satu orang paling dekat dengannya! Karena itu aku percaya kalau semua itu hanyalah omong kosong!"

Wanita itu tersenyum lebar.

"Kau benar, dia tidak akan mati! Karena itulah dunia ini mempersiapkan dirinya."

Lilith berbalik mengarah ke Evelyn.

"Dengar itu, Eve!"

"Tetapi dari awal bagaimana sesuatu kalian anggap meninggal? Apakah di saat tubuhnya berhenti bergerak dan bernapas? Apakah di saat dia kehilangan dirinya sendiri? Apakah saat dia sudah tidak menjadi dirinya yang kalian kenal?"

Pertanyaan itu, sebuah pertanyaan yang tidak ada dari mereka bertiga yang bisa menjawab.

Wanita itu pun menambahkan, "Walau aku yakin kalau dia sedikit demi sedikit sudah berubah."

"Berubah...?"

"Karena aku masih mempunyai waktu luang, kuberitahu kalian sesuatu informasi yang menarik. Terserah juga apa kalian akan percaya ini apa tidak. Cahaya adalah kekuatan yang sangat amat besar, bahkan mempunyai satu persennya saja bisa membuatmu menjadi salah satu makhluk terkuat di dunia ini tetapi..."

Wanita itu berjalan mendekat.

"Menurut kalian apa bayaran untuk itu?"

"Ba-bayaran?"

Sharon dan yang lainnya sama sekali tidak tahu tentang ini, kekuatan Cahaya yang agung sebenarnya adalah sesuatu yang mengerikan.

Fourth tahu betul apa bayaran untuk kekuatan yang maha dahsyat itu, bayaran yang bisa dia bilang percuma untuk orang yang mendambakan kekuatan itu.

"Tidak ada orang yang akan bahagia menerima kekuatan cahaya karena bayaran dari itu adalah dirimu sendiri. Semakin kau mendekati kesempurnaan dari Cahaya, semakin jauh dirimu menjadi seorang makhluk hidup biasa yang memiliki hati. Ketika mereka pemilik Cahaya telah kehilangan hatinya. itulah bentuk kesempurnaan dari cahaya itu sendiri sebagai sesuatu yang tak tertandingi."

Betapa terkejutnya Sharon dan yang lainnya mendengar ini.

Wanita itu pun tersenyum lebar dan berkata, "Aneh kan?"

Mereka yang menginginkan kekuatan Cahaya di masa lalu rata-rata adalah untuk tujuan yang bersifat duniawi seperti kedudukan yang mulia, tetapi jika nafsu mereka yang bersifat duniawi mereka itu hilang maka apa yang akan tersisa dari itu?

Para orang-orang bodoh yang menginginkan kekuatan Cahaya tanpa mengerti apa konsekuensinya, akibat dari itu dunia yang lama mengalami kehancuran.

"Ta-tapi apakah ada sesuatu yang kita bisa lakukan untuk mencegahnya?" tanya Sharon.

Wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tidak ada, walau bagaimanapun kita tidak akan bisa mengubah apapun."

"Mu-mustahil...jadi apa aku harus kembali diam saat melihat dia menderita?"

Sharon teringat kembali akan ketidakberdayaannya, tentang Edward yang selalu datang menyelamatkannya dari apapun tetapi dirinya tidak bisa melakukan apapun untuk Edward.

"Itu semua tergantung diri dia sendiri, apakah dia memutuskan untuk membuang semuanya untuk memperoleh kekuatan, atau dia akan tetap bersama dengan kalian para Zodiak."

Sharon tersenyum mendengar itu, dia sangat yakin kalau Edward bukanlah orang yang gila akan kekuatan sampai-sampai dia membuang semuanya.

"Kalau begitu semua itu tidak akan terjadi karena aku yakin Ed akan menepati janjinya!"

Wanita itu pun menghela napasnya melihat Sharon yang begitu percaya kepada Edward.

Baginya walau sekuat apapun hati dan keyakinan seorang individu, dia masihlah tidak bisa menebak segala yang akan terjadi di dunia ini dan memastikan sesuatu akan menjadi seperti yang ia harapkan karena itulah dunia ini.

Apa yang dia katakan itu adalah kenyataan apa yang akan terjadi, fakta kalau dunia ini sudah mempersiapkan dirinya sudah menjadi bukti yang mutlak kalau akan terjadi sesuatu yang besar, juga kemunculan Avelix Rigel sang penjaga yang akan memperjelas semuanya.

"Baiklah jika itu keyakinanmu. Kesampingkan tentang itu, ada satu hal yang menjadi tujuanku kemari. Itu semua menyangkut tentangmu," ucap Wanita itu sambil menunjuk ke arah Lilith.

"A-aku?" ucap Lilith sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.

"Ya, kau...mantan raja iblis Leviathan. Ini semua menyangkut dengan seseorang yang sudah mengkudetamu!"

Evelyn dan Sharon pun terkejut saat mendengar nama "Raja Iblis Leviathan".

"Apa maksudnya? Leviathan?"

Tentu Aria masih menepati janjinya untuk tidak memberitahukan tentang identitas Lilith yang asli kepada Sharon dan yang lainnya karena Lilith sendiri tidak mau persahabatan yang dia jalin dengan mereka runtuh.

"A-apa yang kau maksud dengan raja Iblis Leviathan? Namaku Lilith, bukan Leviathan!"

"Menyangkallah sesukamu aku tidak peduli, tetapi 'dia' orang yang sudah membunuh ayahmu sudah melakukan sesuatu yang berbahaya dan aku kesini untuk memberitahukanmu itu."

Lilith masih menyangkal identitasnya sebagai Leviathan. Dia melihat ke arah Sharon dan Evelyn yang terlihat bingung dan dia pun berkata, "Aku benar-benar tidak tau apa yang kau maksud dengan memanggilku 'Leviathan'?"

Di dalam hati Lilith, dia sama sekali tidak ingin persahabatan yang sudah ia bangun runtuh hanya karena nama Leviathan.

"Sudah kubilang kalau aku tidak peduli, tujuanku kesini hanya untuk memberitahu kalian sesuatu. Masalah kalian mendengarkan apa tidak aku tidak peduli tetapi jangansalahkan aku jika 'mereka' yang bertindak."

"Mereka?"

Sosok yang Fourth maksud adalah sang Mahadewi dan semua bawahannya, mereka yang tidak segan menggunakan cara paling kejam untuk menuntaskan apa yang menjadi tujuannya.

Sekali sang Mahadewi menggerakkan bawahannya, atau yang lebih parah jika dia sendiri yang bergerak, maka tidak ada orang yang bisa menghentikan mereka bahkan jika itu para Zodiak.

Ini bukan seperti sang Mahadewi ingin menghancurkan sesuatu hanya untuk bersenang-senang atau apapun, tetapi karena mereka berusaha menjaga agar alur dunia ini tidak berubah dan oleh karena itu mereka pasti akan bergerak.

"Jika mereka benar-benar bergerak, maka kerajaanmu akan lenyap tanpa sisa."

Bagaimanapun Lilith tidak serta merta mempercayai itu dan dia masih menyangkal kalau dirinya adalah Leviathan. Itu semua karena dia sendiri tahu kekuatan 'dia' yang bahkan membuat dirinya sama sekali tidak berkutik dan terlebih dia tidak ingin membuat Sharon dan Evelyn merasakan apa yang dia rasakan.

"Itu tidak mungkin! Walau untuk seorang Myths sekalipun, tidak akan bisa dengan mudah menghancurkan raja Iblis Leviathan!"

"(sigh) Aku yakin kau tidak tahu kalau Kerajaan Fafnir sudah hancur...begitupun salah satu Archangel hebat, Gabriel hanya dalam satu malam."

Lilith terdiam syok mendengar itu.

"Fafnir...dan Gabriel? Ha-hanya satu malam?"

Fafnir dan Gabriel, mereka berdua adalah sosok yang dianggap salah satu yang terkuat dari Veden dan juga Lapha. Bukan hanya itu, mereka berdua juga sebenarnya adalah rival yang sudah saling bertarung satu sama lain yang bahkan pertarungan mereka bisa memakan waktu sampai berhari-hari.

Bagi sang Mahadewi dan bawahannya, menghancurkan satu atau dua negeri itu bukanlah hal yang sulit.

"Kalau kau tidak percaya, kau bisa cari tau sendiri. Dan juga satu hal..."

Wanita itu dengan sekejap berada tepat di depan Lilith dan dengan tiba-tiba dia menarik kerah Lilith dan mendekatkan wajahnya tanpa Lilith bisa bereaksi.

Sambil tersenyum, wanita itu pun mengatakan, "Kau terlalu meremehkan kami para Myths, bocah Zodiak! Kuberi kau peringatan sebelum terlambat kalau kekuatan para Myths itu jauh melebihi apa yang kau bayangkan! Apa aku harus membuktikannya dengan melenyapkan kerajaanmu tanpa sisa?!"

Kecepatan reaksi Lilith sangatlah bagus, tetapi wanita Myths itu berhasil jauh melampaui itu dengan mudah.

Senyuman wanita itu...senyuman yang mengerikan yang membuat Lilith bergetar ketakutan, dan juga aura wanita itu yang luar biasa kuat yang membuat Lilith sadar seberapa bahayanya wanita itu. Bahkan Sharon dan Evelyn juga berpikir hal yang sama dengan Lilith, kalau Fourth mungkin jauh lebih kuat dari yang bereka perkirakan sebelumnya.

"Bagaimana menurutmu, Shar?"

"Wanita itu mungkin setara, atau mungkin lebih kuat dari Lily..."

Saat itu, Lilith benar-benar merasakan tekanan yang amat luar biasa yang dikeluarkan oleh Fourth. Aura itu bahkan jauh lebih mengerikan dari milik Red Lily yang dulu pernah dia lihat.

"Aku tidak peduli apa kau mau mengakui dirimu sendiri apa tidak, tapi para orang-orang itu telah melakukan sesuatu yang tidak bisa dibiarkan! jika bukan kau yang bergerak, 'mereka' lah yang bergerak!"

Fourth sendiri tidak terlalu peduli kalau kerajaan Leviathan hancur atau bahkan lenyap tanpa sisa sekalipun beserta semua penghuninya secara itu juga bukan masalah dia, juga dia ingin menghindari perselisihan dengan sang Mahadewi, apalagi jika dia harus bertemu dengan Yuriel dan Persia.

Lilith hanya terdiam mendengarkan, dia pun lalu menoleh ke arah Sharon dan Evelyn.

Dia sama sekali tidak ingin kehilangan sahabatnya, tetapi jika yang dikatakan Fourth benar maka dia lebih tidak ingin melihat orang-orang tidak bersalah di dalam kerajaan yang dibangun oleh darah keturunan Leviatan selama banyak generasi itu hancur.

Walaupun berat, tetapi dia harus menerimanya.

"Maafkan aku Shar...Eve..."

Di puncak ketinggian terlihat White yang tengah sendirian.

Dengan diterangi cahaya rembulan, nampak wajah cantik nan anggunnya yang tak tertandingi yang seolah-olah darinya mengeluarkan aura yang akan menarik semua orang kepadanya.

Dia disana hanya berdiam diri melihat ke arah lautan luas yang membentang.

White adalah seorang wanita yang misterius. Masa lalunya, semua tentangnya sangat sedikit orang yang benar-benar tahu tentang itu.

Pada saat itu White melirik ke arah kuil dan dia melihat Edward yang keluar dari sana.

Pada saat itu ekspresinya yang datar pun berubah menjadi kesedihan melihat tuannya.

Dadanya pun serasa sesak melihat tuannya yang terlihat menahan rasa sakit seakan-akan dia sangat ingin menggantikan rasa sakit yang diderita tuannya sekarang.

"Jadi bagaimana menurutmu tentang sesuatu yang akan terjadi di masa depan?"

Itu adalah Luxia, sang ratu peri yang muncul di belakang White.

"Jawabanku akan sama seperti sebelumnya seberapapun kamu bertanya. Aku akan tetap mengutamakan tuanku dimanapun dan kapanpun. Aku adalah hamba dari tuanku dan aku tidak berniat untuk mengubah itu, tetapi ketidak berdayaanku ini membuatku merasa kalau diriku tidak berguna."

Luxia pun tersenyum sinis.

"Tidak berdaya...ya?"

Di mata Luxia, White sendiri sama sekali tidak terlihat seperti seorang budak, karena Luxia sendiri tahu siapa sebenarnya White dan apa sebenarnya dia.

"Kalau kamu menganggap dirimu sebagai seorang yang 'tidak berdaya', maka kamu anggap apa para Zodiak dan mereka yang lain?"

White pun kembali terdiam.

"Aku bertanya kepadamu, wahai sang Mahadewi..."

Pada saat itu mata White yang berwarna merah itu menyala.

Luxia pun langsung merasakan sesuatu perubahan besar di dalam diri White. Perasaan ini, dia benar-benar merasakannya...kehadirannya.

"Aura ini..." gumam Luxia.

Aura keemasan yang cantik nan megah, sama seperti orang yang memilikinya.

Melihat itu Luxia pun kembali tersenyum lebar karena dia bisa melihat 'ini' lagi, sebuah pemandangan yang sudah sangat lama tidak dia lihat.

Pada saat itu dia merasa kalau dirinya seakan-akan ditarik ke dalam sebuah dimensi lain dimana dia melihat sosok sang Mahadewi yang samar-samar.

Walau itu hanya terjadi secara singkat, ini mengingatkan Luxia lagi tentang siapa sebenarnya White itu.

"Kamu benar-benar mengingatkanku akan rasa itu, rasa yang sangat aku rindukan. Sosok indah nan anggun dari sang Mahadewi."

Luxia memang sudah mengira kalau sebenarnya White tidak pernah kehilangan ingatannya, tetapi ingatannya dibatasi oleh sang tubuh utamanya yang mengawasi semuanya dari atas langit di sebuah dunia yang tak terbatas.

Dengan suaranya yang lembut, White pun berkata kepada Luxia, "Layaknya sang rembulan tanpa matahari, berdiam tak terlihat di dalam kegelapan. diriku hanyalah sosok yang tak berdaya tanpa dia sang tuan."

Kalau Innocentia adalah orang yang mempunyai kekuatan paling mengerikan yang dapat membuat siapapun ketakutan, sebaliknya sang Mahadewi memiliki kekuatan yang membuat semua makhluk akan merasakan takjub.

Tetapi walau White yang memiliki kekuatan sebesar itu masihlah sangat bersih nan suci, sama sekali tidak ada kesombongan di dalam dirinya walau setitik pun.

Sebuah entitas yang mendekati kesempurnaan sebagai sebuah makhluk, itulah sang Mahadewi.

"Diriku tidak lain dan tidak bukan hanyalah seorang hamba yang akan setia kepadanya seorang dan akan tetap seperti itu selamanya."

"Sejujurnya aku takjub dengan dirimu yang sama sekali tidak berubah walau seluruh dunia menyanjungmu sebagai sang Mahadewi."

White yang mendengar itu pun tersenyum dan dia menjawab, "Aku tidak pernah menganggap diriku sebagai Mahadewi, juga tidak pernah menganggap diriku mempunyai kuasa untuk itu. Kuasaku adalah kuasa yang ditentukan tuanku dan apapun yang dikehendaki olehnya. Dialah yang telah menyelamatkan semuanya dari genggaman Cahaya termasuk kalian para dewa dan dewi yang telah dicemari olehnya."

Kesetiaan yang mutlak yang dimiliki White sangat membuat Luxia kagum kepadanya. Walau White sendiri punya kekuatan yang bisa dibilang sejajar dengan Innocentia tetapi kesetiannya tidak akan pernah berubah dan dia tetap akan menganggap Lixe tuannya yang agung.

"Tuanku yang agung bukanlah seorang yang ditakdirkan menjadi seorang pahlawan, dia sama sekali tidak mempunyai kewajiban untuk itu dan dia tidak perlu sampai mengorbankan dirinya yang akhirnya menghapus akar keberadaannya di dunia ini."

Luxia terdiam mendengar itu.

Memang apa yang terjadi di masa lalu adalah sesuatu yang sangat disayangkan dan Luxia sendiri sangat tahu apa artinya memiliki kekuatan Cahaya yang sebenarnya, terutama dia yang memiliki seluruh kekuatan cahaya yang ada di dunia ini, sang LiXe.

"Sejujurnya aku juga menyesalkan apa yang telah terjadi di masa lalu, semuanya terjadi begitu saja. Bahkan aku sendiri sama sekali tidak bisa merubah apa yang terjadi saat itu seakan-akan membuatku merasa seperti menjadi makhluk yang paling tidak berdaya."

Luxia mengerti bagaimana perasaan White, dia sendiri juga tahu kalau semuanya yang terjadi bukanlah salah dari mereka melainkan salah orang-orang yang telah menyalahgunakan kekuatan mereka.

White menatap rembulan yang bersinar terang sambil mengingat masa lalunya.

"Apa yang sudah terjadi di masa lalu tidak akan pernah bisa dirubah jadi biarkanlah semua itu menjadi bagian dari masa lalu. Yang diriku inginkan sekarang adalah mewujudkan harapan tuanku yang agung menjadi kenyataan dan diriku akan melakukan apapun demi untuk mewujudkannya."

Sebuah tekad yang membara dari sang Mahadewi, entitas yang jika dia mau dia bisa membuat dan mengatur sebuah dunia yang ideal untuknya. Tetapi kesetiaannya kepada tuannya yang mutlak membuatnya tetap ingin selalu berada di sisinya bahkan jika itu akhir dari dirinya. Di dalam dirinya benar-benar tidak ada perasaan lain selain perasaan ingin berada tetap di sisi tuannya hingga akhir, bahkan setelah akhir pun dia akan tetap berada di sisi tuannya selamanya.


CREATORS' THOUGHTS
OlphisLunalia OlphisLunalia

White saking OP-nya sampai2 satu bagian dari dia aja bisa menghentikan serangan Persia dan Yuriel yang masih ada di atas Lily yang sekarang

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C100
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login