Download App

Chapter 41: Telinga yang Terbakar

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Ibu Xiang Wan adalah anak kedua; beliau memiliki kakak dan adik perempuan.

Dimulai dari kakak tertuanya, nama mereka masing-masing adalah, Tan Xichun, Tan Yuchun, dan Tan Yuechun, nama-nama yang cukup puitis, karena nama itu mirip dengan karakter dalam sastra China klasik –'Mimpi Bilik Merah'.

Ketika Xiang Wan masih muda, dan pertama kali membaca 'Mimpi Bilik Merah', Xiang Wan selalu mengira kalau kakek dari keluarga ibunya adalah penggemar buku itu. Namun suatu saat, Xiang Wan tahui kalau kakek tidak terlalu mengenal karakter Cina. Paling-paling, kakek melihat seri TV dari 'Mimpi Bilik Merah'.

Di antara ketiga bersaudara itu, tidak bisa dipungkiri, kalau bibi termudanya adalah orang yang paling luar biasa.

Bibi termuda adalah lulusan universitas ternama di ibu kota, menikahi suami yang kaya, memiliki karir, dan tinggal di dunia yang berbeda dari kedua saudara perempuannya.

Secara finansial, biasanya Xiang Wan dan Fang Yuanyuan sering diurus oleh bibi termuda. Karena itulah, bibi termuda memiliki peran terpenting dalam keluarga, dan mereka biasanya tidak akan terlalu menolak permintaan bibi termuda.

Fondasi ekonomi akan menentukan superstruktur[1]1. Hal seperti itu tidak bisa dihindari.

...

Esok adalah akhir pekan.

Xiang Wan dan Fang Yuanyuan tidur bersama hingga lebih dari jam 10 ketika bibi tertua Xiang Wan membangunkan mereka.

Setelah mandi, makan, dan ganti baju, mereka berempat memasuki mobil untuk pergi ke tujuan mereka.

Bibi termuda mereka tinggal di bagian barat kota, dimana dia tinggal di villa mahal pada area perumahan kelas atas – dunia yang berbeda di bawah langit yang sama.

Sejak Xiang Wan mulai menulis novel, dia tinggal di rumah lebih dari sering, dan jarang keluar rumah, apalagi mengunjungi bibi termuda.

Mobil itu melaju ke halaman depan rumah dan mereka bisa mendengar tawa riang yang datang dari dalam rumah.

Xiang Wan mengerutkan alisnya.

Dia mendengar suara anak dari bibi termudanya, alias sepupunya yang lain – suara Xing Feifei.

Gadis itu berusia 19 tahun, seperti tunas bunga yang cantik. Xing Feifei dimanjakan oleh keluarganya seperti harta karun yang sangat berharga. Bahkan setelah dia memiliki adik bayi laki-laki, hal itu tidak menggoyahkannya dari posisi 'putri kecil' dalam keluarganya.

Namun, Xiang Wan dan Fang Yuanyuan tidak berhubungan baik dengan sepupu kecil itu.

Kecuali ada sesuatu yang diperlukan untuk berkumpul bersama, Xiang Wan dan Fang Yuanyuan jarang melakukan kontak dengan sepupu kecil itu.

Mereka bertiga tidak saling menentang. Tapi lebih kepada, saat mereka berkumpul, mereka tidak memiliki topik untuk dibicarakan.

Alasannya, karena mereka memiliki latar belakang sosial yang berbeda.

Ibu mereka bertiga adalah saudara kandung. Ketika mereka masih kecil, mereka makan dari panci yang sama, dan tidur di kasur yang sama. Walupun bibi termuda sudah sukses, dia tidak melupakan orang tua serta kedua saudara perempuannya dan dia juga tak lupa memberi kedua saudaranya semangkuk sup kapanpun dia sedang makan.

Namun, Xing Feifei berbeda.

Xing Feifei terlahir dengan sendok perak. Dia tumbuh di lingkungan yang berbeda dari dua sepupunya yang lain, dan Xing Feifei tak bisa membangun hubungan dengan mereka berdua.

"Ah, akhirnya sampai di sini! Kita semua menunggumu untuk mulai makan," ucap bibi termuda mereka, "Cepat masuk, jangan bermalas-malasan!"

Xiang Wan dan Fang Yuanyuan menyapa bibi termuda mereka. Bibi tertua dan paman tertawa sambil menjelaskan kalau mereka terjebak dalam kemacetan.

"Macet? Pasti gara-gara kedua anak ini, yang tidak ingin pergi dari kasur."

"Hahah, lagipula ini akhir pekan. Biarkan mereka tidur lebih banyak, mereka juga lelah bekerja."

"Kalian berdua sudah memanjakan mereka! Anak muda yang berpotensi mana yang tidur setiap hari?"

"Apa kalian berdua dengar kata-kata bibi termuda? Kalian berdua harus bekerja lebih keras..."

Kelompok itu berbicara dan tertawa sambil berjalan memasuki rumah. Xiang Wan mengerutkan bibirnya saat melihat ibunya di sana.

Pada sofa di dalam ruang tamu, paman termuda sedang mengobrol dengan seorang pria. Sepupunya, Xing Feifei, juga mengobrol riang dengan mereka. Ibu Xiang Wan menggunakan apron dan menyuapkan minuman pada anak laki-laki bibi termuda yang berumur tiga tahun, Tiantian.

Ya, ibu Xiang Wan membantu mengurus keponakannya yang berumur tiga tahun.

Lebih jelasnya, ibu Xiang Wan adalah pengasuh dari keluarga bibi termuda.

Xiang Wan sudah menasehati ibunya, tidak apa-apa untuk membantu bibi termuda, tapi kalau mereka ingin memasuki hubungan kerja, sifat alami hubungan saudara mereka akan berubah, dan mereka berdua akan menjadi lebih sensitif. Bagaimanapun, ibunya menolak mendengarkan Xiang Wan. Alasannya, karena bibi termuda menawarkan gaji yang bahkan tak bisa dibandingkan dengan harga pasar…

"Semuanya sudah di sini? Cepat, masuk dan duduklah!"

Paman termuda menyapa mereka, sambil masih duduk di sofa.

Saat itu juga, pria yang membelakangi mereka berputar.

Xiang Wan melihatnya, dan jantungnya berhenti berdetak.

Dia adalah Cheng Zheng.

...

Kedua telinga Xiang Wan terasa agak panas.

Sungguh hidup yang menyedihkan... Xiang Wan pada akhirnya bertemu pria itu lagi?

...

Xiang Wan berpikir kalau bibi termuda akan mengganti kandidat perjodohan yang lain. Dia tidak mengira kalau... kandidat itu masih Cheng Zheng.

Seberapa besar rasa suka bibi termuda pada Chen Zheng? Sampai-sampai berusaha keras memasangkan aku dengannya.

"Dasar anak ini, kenapa kamu malah melamun? Ayo bantu ibumu ini?" Ibu Xiang Wan memberi isyarat padanya, dan sibuk membersihkan air yang menetes dari celemek Tiantian. Beliau sedikit kesal karena Xiang Wan yang tidak tahu apa-apa. "Apa kamu tidak melihat paman termudamu, dan juga Kapten Cheng?!"

Kemudian, beliau merasa khawatir jika yang lain akan merasa tidak senang, jadi dia segera menjelaskan atas nama Xiang Wan dengan senyuman canggung.

"Putriku ini terlahir pemalu dan pendiam, dia juga sedikit penakut. Tolong jangan hiraukan hal itu, Kapten Cheng!"

Setelah ibu Xiang Wan mengatakan hal itu...

Kedua telinga Xiang Wan terbakar.

Sejak kapan Xiang Wan menjadi pendiam dan pemalu?

Kenapa semua ibu sama saja? Bahkan jika dalam hati mereka, mereka tahu kalau putri mereka baik-baik saja, mereka akan memberi kritikan pada putri mereka itu, dan jadi merendah saat ada kehadiran orang lain.

Tentu saja, ibu Xiang Wan tidak sedang merendah di sini, karena dia benar-benar tidak memikirkan hal baik tentang putrinya.

Xiang Wan merasa kulit kepalanya mati rasa, saat dia mencoba tersenyum.

"Selamat siang, paman termuda, Kapten Cheng."

"Guru Xiang, senang bertemu lagi denganmu." Chen Zheng mengangguk dengan sopan pada Xiang Wan.

Di bawah pencahayaan ruangan, Xiang Wan bisa melihat dengan jelas, rasa acuh tak acuh yang ada di dalam mata Cheng Zheng.

Sudah jelas kalau Cheng Zheng tidak cukup bersemangat untuk bertemu lagi dengan Xiang Wan.

Hal itu juga berarti, pada sesi perjodohan 'paksa' ini, Cheng Zheng juga bisa dibilang sebagai 'korban', dan juga merasa keberatan untuk datang ke sini.

Xiang Wan tersenyum canggung pada Cheng Zheng, dan segera membantu ibunya membersihkan kekacauan yang ditumpahkan keponakan balitanya di lantai, tanpa mengucapkan apapun.

Setelah mereka semua masuk rumah, ruang tamu itu menjadi lebih sibuk.

Ibu Xiang Wan meninggalkan balita itu pada Xiang Wan, dan pergi ke dapur untuk menyiapkan meja yang akan dipakai untuk makan siang.

Ketiga anggota keluarga Fang Yuanyuan duduk di sofa. Fang Yuanyuan menyapa paman termuda dan berbicara beberapa kata. Mereka sulit memiliki 'topik yang sama', karena itu, Fang Yuanyuan hanya duduk untuk meminum teh dan mendengarkan yang lain berbicara.

Suara Xing Feifei yang manis dan ceria mengisi ruangan, bertingkah sebagai tuan rumah utama.

Dia duduk di samping Cheng Zheng, wajah mungilnya yang polos terlihat bersinar karena kegembiraan. Sudah jelas, Xing Feifei sangat penasaran dengan pekerjaan dan kehidupan Cheng Zheng.

"Kak Cheng, Aku sudah pernah ke Baltimore, aku pernah mengunjungi universitas tempat kamu berkuliah. Oh iya, Universitas Johns Hopkins! Aku masuk ke sana dan berfoto-foto untuk kenangan. Aku juga ingin sekolah di luar negeri, tapi orang tuaku tidak membiarkanku! Apanya yang tidak aman dengan hal itu? Banyak pelajar yang tinggal dengan baik di negara asing..."

Cheng Zheng tersenyum.

"Walaupun aku sudah pernah mengunjungi banyak kota, aku hanya suka Maryland, apalagi Baltimore! Ketika aku melihat matahari terbenam di laut, dimana gelombang air berubah menjadi keemasan, sambil duduk di kursi pantai dan di bawah payung, melihat matahari terbenam di garis pantai, aku merasa kalau hidup ini dipenuhi dengan keajaiban..."

Puitis sekali!

Hal ini membuat Xiang Wan yang menulis novel untuk bertahan hidup menjadi malu.

"Yuanyuan, bantu aku menggendong Tiantian, aku akan membantu ibuku menyiapkan meja makan..."

Telinga Xiang Wan tak bisa menahannya lagi. Dia menitipkan keponakan balitanya ke Fang Yuanyuan, dan ingin pergi ke dapur.

Tetapi, Xiang Wan bermain dengan keponakan kecilnya dan sudah berjongkok cukup lama. Ketika dia berdiri, ujung bajunya mengenai cangkir teh yang ada di meja ruang tamu.

Clang! Cangkir itu terjatuh, dan tehnya terciprat kemana-mana. Suara yang keras itu juga mengganggu kenangan perjalanan Xing Feifei yang menyenangkan...

Xing Feifei menoleh, dengan tatapan yang tidak ramah.

Semua orang di ruang tamu melihat ke arah Xiang Wan, dan ruangan itu tiba-tiba menjadi sunyi.

Xiang Wan merasa ada kata 'orz[2]1' yang tertulis di dahinya.

"Maafkan aku!"

Ucapnya perlahan, sambil menundukkan kepala untuk mengambil satu pecahan kaca.

Kebetulan, ibu Xiang Wan datang untuk menyuruh semua orang makan. "Astaga!" Ketika dia melihat kejadian itu, dia segera datang membantu membersihkan kekacauan, dan memarahi Xiang Wan dengan suara pelan.

"Kamu sekarang sudah dewasa, tapi masih saja ceroboh dan terburu-buru. Bagaimana kamu bisa menikah kalau seperti ini terus?!"

Xiang Wan merasa malu, dia menundukkan kepala dan tidak mengatakan apapun.

Orang-orang yang ada di samping mereka berkata tidak apa-apa, dan mempersilahkan 'tamu kehormatan' untuk segera ke meja makan. Namun, Xing Feifei merasa jengkel karena Xing Wan telah memotong pembicaraannya. Ketika dia berjalan melewati Xiang Wan, dia sengaja menginjak tangan Xiang Wan yang sedang mengambil sepotong kaca...

"Tsk!"

Kaca itu menembus daging, membuat rasa sakit yang tajam dan kuat.

Xiang Wan berteriak. Dan Xing Feifei segera melompat, lau menjauhi Xiang Wan, terlihat terkejut.

"Ah! Maaf, maaf, sepupu! Aku tidak bermaksud..."

...

  1. superstruktur : sebuah bangunan konstruksi yang mencakup semua bagian-bagian yang terletak di atas pondasi dan komponen struktur, seperti rangka, kuda-kuda, pilar, dan lantai.
  2. orz : menunjukkan rasa kecewa yang mendalam, kata orz terlihat seperti orang yang sedang sujud.

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C41
    Fail to post. Please try again
    • Translation Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login