Download App
52.63% Re:START/if

Chapter 29: 20 - Einerseits Obst 2 of 4

Di bawah pepohonan yang tertutup salju putih yang jatuh dengan lembut, bercak darah segar berceceran bercampur dengan butiran putih dingin di atas permukaan tempatnya berpijak. Seorang anak laki-laki berbandan bongsor bersandar pada salah satu batang pohon, lalu sesaat menatap dingin hamparan mayat-mayat monster yang bergelimpangan di sekitar tempat itu. Monster-monster itu berkulit hijau, berbadan kerdil dan memiliki telinga runcing―Goblin yang masih belum bermutasi dan dalam bentuk normal mereka.

Melirik ke samping, anak berambut hitam itu melihat dua perempuan yang sibuk mengambil Kristal Sihir dari mayat monster, satu berpakaian pelayan dan satunya lagi mengenakan mantel jaket milik Odo, kedua orang itu adalah Julia dan Minda.

Dengan pedang di tangan kanannya, Minda mengoyak dada mayat monster dan melinggis lengan bajunya sebelum merogoh kristal yang tertanam di dalam dada makhluk hijau kerdil tersebut. Berbeda dengan rekannya, Julia mengambil belati yang diletakkan pada sabuk melingkar pada paha kanan. Memegang belati dengan tangan kanan, Demi-human itu melemparkan belati ke arah salah satu mayat Goblin, dan dalam sekejap dada makhluk tersebut hancur melepuh seakan terbakar dan hanya menyisakan Kristal Sihir yang siap diambil.

Sadar berjongkok dan mengambil kristal, Julia sadar akan tatapan anak berambut hitam yang berdiri tidak jauh darinya. Gadis berambut keperakan itu menghentikan pekerjaannya dan melihat ke tuannya tersebut. "Ada apa, Tuan Odo?" tanyanya dengan nada santai, meski stoking hitam dan wajahnya terdapat beberapa bercak darah monster.

"Tidak ada ...." Odo memalingkan pandangan, lalu sekilas menarik napas dengan resah. Mengingat kembali apa yang terjadi beberapa jam yang lalu, Ia masih tidak percaya kalau kekuatan asli para Shieal sangatlah hebat lebih dari yang dikira.

Dalam beberapa menit lalu setelah mereka masuk ke bagian dalam Hutan Pondo untuk memulai perburuan, rombongan mereka yang terdiri dari Julia, Minda, Imania, Xua Lin, Gariadin, dan Odo sendiri langsung berpapasan dengan sekelompok monster Goblin yang gagal berhibernasi. Berbeda dengan saat melawan para bandit, para Shieal sama sekali tidak menahan diri dan langsung membinasakan monster-monster itu dengan sangat cepat tanpa memberi kesempatan mereka melakukan perlawanan berarti.

Hasil dari itu adalah tempat Odo berdiri sekarang, penuh mayat Goblin yang jumlahnya mencapai belasan lebih, tergantung di atas pohon dengan perut terbuka dan terkapar di atas tumpukan salju dengan kepala terpenggal, atau dalam kondisi mengenaskan lainnya.

"Mereka benar-benar kuat kalau soal kerja sama kelompok," gumam anak berambut hitam itu sambil berhenti bersandar dan mulai melangkahkan kakinya ke depan, menuju ke arah Gariadin dan Xua Lin yang juga sedang memungut Kristal Sihir dari mayat-mayat Goblin. Sampai di dekat mereka, anak berambut hitam itu hanya memberikan tatapan ringan dan tidak membantu, benar-benar hanya mengamati apa yang sedang mereka lakukan.

"Ada apa, Tuan Muda? Kenapa malah berdiri di situ?" Gariadin menghentikan pekerjaannya, lalu menghadap ke arah Odo dengan tangan kanan berlapis gauntlet besi berlumuran darah mengenggan Kristal Sihir berukuran kelereng kecil.

Melirik ke arah Xua Lin yang juga sedang memungut kristal dari mayat Goblin, Odo baru sadar kalau perempuan Demi-human dengan unsur beruang itu lebih sadis cara bertarungnya saat melihat gautlet hitamnya lebih penuh darah dari milik Gariadin.

"Tuan muda duduk saja sama Imania sana, anda gak suka kayak gini, 'kan?" lanjut Gariadin sambil membersihkan Kristal Sihir dari darah, lalu memasukkannya ke dalam kotak kayu yang di letakkan di dekat mereka. Odo kembali melihat ke arah pria berambut hitam itu dengan tatapan datar.

"Tidak juga ...." Anak itu berbalik dan menuruti saran Gariadin, Ia berjalan ke pojok tempat penuh mayat itu dan berdiri di dekat gadis berambut abu-abu panjang yang berjongkok di bawah pohon yang tertutup salju. Melirik ke arah tuannya tersebut yang berdiri di dekatnya dan terlihat kurang puas akan sesuatu, Imania sedikit menyipitkan mata dan memasang wajah heran.

Gadis berambut abu-abu itu berdiri, lalu menarik kemeja Odo. Saat anak berambut hitam itu melirik datar, Imania menempelkan kedua ujung telunjuknya ke pipi dan melebarkan bibir, meminta tuannya itu untuk tersenyum.

"Oh ..., bukannya aku tidak puas dengan hasil ini, Mbak Imania. Hanya saja ..., kalau hanya Goblin ... aku sendiri saja sudah cukup untuk mengalahkan mereka semua meski jumlahnya mencapai ratusan kalau bertarung di tempat terbuka seperti ini .... Aaaaah, jujur padahal aku harap ada monster sekelas dengan Giftmelata atau semacamnya."

Anak berambut hitam itu berjongkok dan bersandar pada pohon di belakangnya, sorot matanya diisi kegelapan dengan cepat dan ekspresi begitu gelap tampak darinya. Imania tersentak melihat itu, Ia sampai melangkah satu kali ke belakang. Perempuan berambut abu-abu itu melihat ke kanan dan kiri dengan bingung karena tidak tahu harus berbuat apa saat melihat tuannya murung seperti itu.

Imania sekilas terpikir untuk meminta bantuan Julia. Tetapi saat hendak melangkahkan kaki, gadis yang tidak bisa berbicara itu dipegang gaunnya dan dihentikan olah anak berambut hitam yang berjongkok lemas tersebut. "Tidak perlu panik begitu, Mbak. Wajahku kalau sedang murung memang begitu ...," ucap Odo seraya melihat wajah heran Imania.

Perempuan berpakaian seragam pelayan yang terdiri dari warna hitam putih itu mengurungkan niat untuk memanggil Julia yang sedang memungut Kristal Sihir. Ia berbalik melihat tuannya tersebut, lalu berjongkok di sampingnya dengan rasa dalam benak yang bercampur aduk. Dengan bahasa isyarat dan gerak tangan, Imania bertanya kepada Odo mengapa dirinya bisa memasang ekspresi gelap dan menyeramkan seperti itu.

Memahami komunikasi tangan dan bahasa tubuh yang disampaikan Imania, Odo tersenyum kecil, lalu memalingkan wajah dan melihat ke arah Gariadin dan Xua Lin yang masih memungut Kristal Sihir.

"Itu karena aku sudah terlalu banyak tahu ..., bahkan sampai mengetahui sesuatu yang tidak seharusnya diriku ketahui .... Karena itu, hak untuk egois dan bermalas-malasan sudah tidak ada padaku. Kehidupanku sudah bukan milikku sendiri ...."

Imania kebingungan mendengar perkataan penuh makna tersirat tersebut. Ia memiringkan kepala ke kanan dan ekspresinya memperlihatkan kalau dirinya tidak bisa menangkap apa yang dikatakan tuannya tersebut. Tak memedulikan hal itu, Odo berdiri dan meregangkan kedua tangannya ke depan. Wajah dengan sorot mata gelapnya mulai bercampur dengan senyum gelap, tertuju ke langit dengan kepala sedikit mendongak.

"Bercanda kok, jangan anggap serius itu ya, Mbak Imania." Odo menoleh dan memberikan tatapan santai dengan wajah cerah, penuh dengan senyuman damai, seakan memang ekspresi yang ada padanya beberapa detik lalu benar-benar tidak ada. Imania menelan ludah dengan berat, sekilas Ia memalingkan pandangan dari tuannya dengan rasa cemas dalam benak.

Beberapa menit berlalu setelah itu, dan Kristal Sihir telah selesai dikumpulkan dari mayat-mayat Goblin. Membawa kota kayu berisi kristal-kristal, Minda dan Xua Lin menuangkan kristal yang telah terkumpul ke dalam satu tempat di salah satu kotak. Meski sudah ditaruh dalam satu wadah, tetapi memang kristal yang didapat masih sangat jauh dari kuota ekspedisi.

Gariadin mengambil papan luncur yang telah mereka bawa saat mulai masuk ke dalam hutan, papan itu berbentuk persegi panjang dengan bagian bawah dilengkapi alas luncur dengan dua balok kayu berbentuk sedikit tipis, memiliki panjang sekitar lima meter dan lebarnya kurang dari tiga meter. Setelah Gariadin dan Xua Lin menaikan dua kotak kayu yang salah satunya berisi kristal ke atas papan luncur bersama kotak-kotak lain, mereka kembali mengambil senjata masing-masing yang telah dibersihkan dari darah dengan kain. Pria berambut merah gelap itu membawa tombak yang digenggam dengan tangan kanan, sedangkan Xua Lin sepasang gauntlet berwarna hitam di kedua tangan.

Selesai menata semuanya, Gariadin dan Xua Lin berjalan seraya menyeret papan luncur dengan tali ke tempat tuan mereka dan yang lainnya telah berkumpul. Sesampainya mereka, Odo yang bersandar pada salah satu pohon mulai berdiri tegak dan berjalan menghampiri kedua orang itu. Sekilas melirik ke dalam kotak kayu yang bagian atasnya terbuka, anak berambut hitam itu menghela napas dengan rasa tidak puas saat tahu kotak tidak terisi penuh.

"Sepertinya hanya Goblin memang tidak memuaskan hasilnya, ya ...."

Mendengar ucapan itu, Gariadin dan Xua Lin hanya terdiam dan tidak mengutarakan pendapat dalam benak. Berbeda dengan mereka, Julia berjalan mendekati Odo dan menepuk pundaknya dari belakang. "Tenang saja, kita baru saja mulai, Tuan Odo!" ucapnya dengan nada ceria. Menoleh ke belakang dan memberikan tatapan datar kepada Julia, anak itu membalas dengan hela napas panjang.

"Mbak Julia ..., kalau seperti ini bisa-bisa seminggu juga belum selesai loh."

"Ya ..., saya juga gak bisa protes soal itu. Kalau dipikir lagi, memang mengumpulkan empat kotak penuh Kristal Sihir itu mustahil kalau hanya satu hari ...."

Julia memalingkan wajahnya, ekor dan telinganya bergerak-gerak gelisah meriah sendiri dan memperlihatkan dengan jelas apa yang dirasakan Demi-human tersebut. Odo menghela napas kembali, lalu menutup wajahnya sendiri dengan kedua telapak tangan.

"Pengaturan dimulai, proyektor data keberadaan dimuat, proses dimulai," gumam anak berambut hitam tersebut. Sekilas mendengar apa yang dikatakan Odo, Julia kembali melihatnya dengan tatapan heran.

"Tuan Odo?" Julia kembali menepuk pundak kanan majikannya tersebut.

Saat anak berambut hitam itu mengangkat kedua telapak tangan dari wajah, kornea matanya telah berubah warna merah dan aura yang ada pada diri anak itu berubah drastis. Julia tersentak kaget, begitu pula para Shieal lain yang sadar akan hawa mengerikan yang sangat jelas terpancar dari Odo.

"Kak Julia mundur!" teriak panik Gariadin. Ia dan Xua Lin langsung meloncat menjauh menjaga jarak secara refleks. Begitu pula Minda dan Imania, mereka langsung berbalik dan berlari menjauh.

Mereka berempat benar-benar gemetar ketakutan merasakan hawa mengerikan yang terpancar dari anak berambut hitam tersebut. Angin di sekitar tempat itu bertiup aneh, membawa hawa tidak enak dan terasa sangat menyesakkan saat dihirup. Julia yang sama sekali tidak bergerak dari tempatnya menatap terkejut tuannya tersebut. Ia tahu aura apa yang terpancar darinya itu, tetapi akal sehatnya tidak mau menerima fakta bahwa anak itu benar-benar memiliki kekuatan semacam itu di usia belia.

"Tuan Odo ..., aura mengerikan itu ... apa anda mendapatnya dari Naga Hitam?"

"Ya ...." Anak berambut hitam itu mengangkat wajahnya, lalu menatap Julia dengan sorot mata merah yang terlihat seperti reptil. Dalam hitungan detik setelah satu kata itu terucap, salju yang turun di sekitar tempat itu langsung menguap beserta tumpukan yang ada di permukaan tanah dan pepohonan. Hamparan putih dalam radius lebih dari seratus meter di sekitar Odo benar-benar menghilang dan berubah menjadi seperti pemandangan musim gugur di tengah kepungan musim dingin.

Julia dan yang lainnya menganga melihat apa yang terjadi dalam sekejap itu. Tubuh mereka gemetar seketika, napas terasa sesak dan kaki mulai kaku gemetar untuk melangkah. Di tengah hawa mengerikan yang menyelimuti tempat tersebut, Odo menghela napas ringan dengan ekspresi datar.

"Kejamnya .... Kalian tidak perlu menatapku seperti itu, aku tidak akan menyerang kalian, kok." Aura mengerikan yang terpancar dari Odo mulai melemah. Menggaruk bagian belakang kepalanya, anak itu memalingkan pandangan dari orang-orang yang menatapnya seperti sedang menatap seekor monster mengerikan.

"Ma-Maaf ..., aku tidak bermaksud bergitu, Tuan Muda." Gariadin berjalan ke arah tuannya itu, begitu juga yang lainnya. Meski masih ada rasa tidak enak dalam benak masing-masing, mereka tetap mendekat dan berusaha percaya kalau sosok dengan aura mengerikan tersebut masih Odo yang mereka kenal.

"Tuan Odo ..., kenapa tiba-tiba anda ...." Julai menatap dengan sorot mata yang mencerminkan rasa takutnya.

"Aku hanya ingin memancing para monster .... Kebanyakan monster kuat itu sangat sensitif dengan teritorial, kalau aku memancarkan aura seperti itu mungkin saja mereka datang."

Mereka teridam dengan tatapan heran masing-masing. Apa yang dikatakan Odo sangatlah masuk akal karena memang dengan begitu monster akan cepat mendekat dan kuota Kristal Sihir seakan cepat terpenuhi. Tetapi, dalam benak mereka mulai muncul pertanyaan mengapa anak yang bahkan usianya belum genap sepuluh tahun itu sudah bisa memiliki aura sihir sekuat itu.

Melihat Gariadin yang memperlihatkan raut wajah cemas lebih dari yang lain, Odo tersenyum kecil dan memberikan tatapan ramah dengan mata merahnya.

"Jangan cemas seperti itu, Kak Gariadin. Aku takkan menyerang siapa pun kok. Kekuatan Naga Hitam ini sudah benar-benar aku kuasai, jadi jangan khawatir akan hilang kendali seperti kekuatan Mbak Imania yang sering labil."

Pria berambut merah gelap itu terkejut, begitu pula yang lainnya karena anak itu bisa tahu kalau kekuatan Imania tergolong kekuatan yang masih belum sempurna dikendalikan. Seakan mengacuhkan reaksi terkejut semua orang, Odo berbalik dan melihat ke arah lain dengan sorot mata yang dengan cepat berubah tajam.

"Ah ..., mereka datang. Ternyata cara ini efektif juga .... "

"Hah! Hawa ini ...."

Julia langsung meningkatkan tekanan sihirnya, lalu langsung mengambil dua belati yang ada pada sabuk yang melingkar di kedua paha kakinya dan memegangnya di kedua tangan dengan posisi mata belati menghadap keluar. Diikuti Gariadin, para Shieal lain juga langsung bersiap bertarung setelah merasakan hawa keberadaan dengan tekanan hawa membunuh sangat kuat yang mendekat dengan sangat cepat.

"Tuan Muda! Apa sih yang anda lakukan! Para Goblin juga sudah menyusahkan! Kalau para monster datang bersamaan seperti ini ...." Minda gemetar ketakutan, traumanya dengan para monster mulai bangkit kembali saat merasakan hawa keberadaan para monster yang mendekat dalam jumlah dengan sangat banyak.

"Mbak Minda duduk saja di sini, yang lain kalau mau ikut silakan saja. Aku tidak melarang!"

Dengan santai anak berambut hitam itu melangkah ke arah hawa keberadaan para monster yang semakin mendekat. Dari balik pepohonan yang ada di dalam jarak penglihatannya, terlihat seekor monster berkaki empat setinggi empat meter lebih yang memiliki bentuk sangat aneh, tubuhnya seperti beruang berbulu cokelat tetapi pada punggungnya memiliki tempurung penuh tanduk panjang serta ekornya berbentuk ekor kalajengking berukuran raksasa yang dengan sangat jelas meneteskan racun dari ujungnya. Seakan tidak memedulikan pepohonan yang menghalangi, monster itu menerjang segala yang dilewatinya dan menumbangkan pohon-pohon yang menghalangi.

"Hmm, seekor Tarasque rupanya yang terpancing .... Apa ada sungai besar di sekitar sini, ya?" gumam Odo.

Anak berambut hitam itu mengulurkan tangan kanannya ke depan, lalu mulai meningkatkan tekanan sihirnya dalam tingkat minimal. Uap yang tercipta dari salju yang menguap sebelumnya mulai mengumpul, lalu dipusatkan menjadi bola udara padat di ujung telapak menggunakan sihir manipulasi suhu yang merupakan salah satu kemampuan Hariq Iliah.

Cemas monster yang meratakan segalanya itu semakin mendekat, Julia langsung mengalirkan Mana ke dalam belati di tangan kanannya dan berancang-ancang melempar. "Teknik Lempar: Mata Elang!" Belati mulai bercahaya hijau keputihan dan memancarkan atribut angin. Membidik sasarannya dengan matang, Julia langsung melemparkan belati itu ke arah Tarasque dengan salah satu teknik Battle Art keluarga Luke.

Melewati pepohonan dan menembus beberapa batang pohon seakan melubangi kertas, belati itu melesat kencang mengarah ke Tarasque. Tangk! Krak! Belati terpental dan menancap di salah satu batang pohon. Serangan itu tepat mengenai bagian dahi monster berkaki empat tersebut, tetapi serangan itu hanya membuat dahi monster itu berkulit keras itu retak dan sama sekali tidak memperlambatnya.

"Tidak tembus?!" Julia sesaat terkejut. Tanpa membuang waktu, Ia melempar belati di tangan kiri ke tangan kanan, lalu kembali berancang-ancang untuk melemparkannya lagi dengan teknik yang sama.

Saat Demi-human itu bersiap, Gariadin yang telah berancang-ancang langsung melemparkan tombaknya ke arah monster yang menerjang pepohonan itu. Mengendalikan tombak menggunakan Rune di gauntlet tangan kanan yang terhubung dengan mata tombak, senjatanya melesat dengan tanpa menabrak satu pun pohon dan tepat mengenai retakan di dahi Tarasque yang terbentuk dari serangan Julia sebelumnya. Meski tepat sasaran, tetapi tetap saja itu tidak menghentikan laju monster tersebut karena serangannya terlalu dangkal menancap.

"Serius ..., apa monster ini punya kulit lebih keras dari baja?" Gariadin melangkah mundur dengan gemetar.

"Singkirkan tombakmu!" teriak Julia, Ia telah siap melempar belatinya. Pada mata belati di tangan kanannya yang dipegang dengan dihimpit antara jempol dan telunjuk, bersinar aura merah membara yang memancarkan aura panas.

"YA!" Gariadin mengaktifkan Rune pada gauntlet, lalu memanipulasi tombak dan menarik kembali menuju tempatnya berdiri. Pada saat yang bersamaan, Julia langsung melemparkan belatinya ke arah titik yang sama. Bersilangan dengan tombak Schöningen yang kembali kepada pemiliknya, belati yang dilemparkan Julia langsung mengarah dan mendarat tepat di dahi monster itu dan menunjam dalam kepala Tarasque.

Monster berbadan besar itu mulai melambat dan tersungkur sampai membuat tumpukan salju bercampur dengan tanah yang terangkat. Tubuhnya tidak bergerak dan benar-benar berhenti berlari mendekat. Menarik napas dengan rasa lega, Julia dan Gariadin saling menatap dengan rasa puas. Xua Lin dan Imania yang melihat tindakan cepat kedua orang itu ikut menarik napas lega.

Tetapi dalam beberapa detik rasa lega itu sirna dengan cepat, Tarasque yang mereka kira binasa mulai bangun kembali. Kepalanya yang terselimuti kulit keras mulai pecah layaknya sebuah cangkang, lalu sosok asli dari monster tersebut mulai terlihat. Kepala berbulu yang terlihat seperti singa mulai nampak, pada keningnya terdapat belati kecil yang menancap dangkal. Terlihat sangat murka, monster itu meraung dan membuat salju yang turun di sekitarnya tersingkir oleh hempasan angin kencang.

"Tahap lanjutan dari mutasi monster!?" Julia langsung berbalik dan memeluk Odo untuk membawanya pergi. Semua orang di tempat itu sadar kalau tahapan dari perubahan monster seperti itu bukanlah lawan yang bisa dikalahkan secara langsung dari depan, mereka langsung berbalik dan hendak kabur dari tempat itu dengan segera.

"Kenapa malah kabur, padahal sudah susah payah dipancing." Odo menghindar saat akan dipanggul Julia. Anak berambut hitam itu meloncat, lalu menggunakan pundak kanan Julai sebagai pijakan untuk meloncat lagi ke atas pepohonan.

"Eh ...?" Julia terlihat bingung saat sadar anak itu bergerak dengan sangat cepat dan melewatinya. Berbalik melihat Odo yang berdiri di atas cabang pohon, Julia langsung gemetar cemas karena Tarasque benar-benar sudah sangat dekat.

"Tuan Odo!!"

"Unbolt Drei ...."

Dari telapak tangan Odo yang dibuka ke depan, bola udara padat yang telah terkumpul ditembakkan ke arah Tarasque. Bola transparan tersebut melesat cepat dan mengenai monster tersebut, lalu meledak ringan dan menyebarkan udara. Tidak tercipta dampak ledakan yang bersifat destruktif secara langsung, tetapi uap yang menyebar di sekitar monster berkulit keras tersebut langsung bergerak cepat masuk ke dalam tubuh Talasque melalui luka tepat pada belati milik Julia menancap.

"Load ..., Thunderbolt!"

Struktur sihir petir dalam ukuran mikro yang tertanam dalam uap yang masuk ke dalam tubuh besar monster tersebut aktif, dan dengan cepat langsung bereaksi dari dalam tubuhnya dan membakar organ-organ dalam monster tersebut. Monster besar itu ambruk kembali, asap keluar dari rongga tubuhnya pada bagian mulut dan lubang kotorannya di belakang.

Setelah meloncat turun dari atas pohon, Odo kembali mengulurkan tangan kanannya ke depan dan menumpulkan uap yang masih tersisa di sekitar tempatnya berdiri untuk membuat bola udara padat transparan. Saat monster jenis Khimaira itu hendak bangkit kembali, Odo menembakkan lagi bola udara yang di dalamnya tertanam ratusan struktur sihir berkukuran mikro.

Meledak dan uap yang tersebar masuk ke dalam tubuh Talasque, monster besar itu kembali tersengat petir dari dalam tubuh dan kali ini benar-benar menghabisinya. Kornea dari mata berukuran kecil monster tersebut berubah memutih, lalu tubuhnya ambruk tanpa bisa bangun lagi.

Melihat apa yang dilakukan Odo, para Shieal yang tadinya ingin kabur langsung terhenti dengan mulut menganga terkejut melihat anak berambut hitam itu bisa mengalahkan monster jenis Khimaira dengan mudahnya. Julia langsung berjalan mendekati Odo, lalu langsung menjewer telinga kanan anak itu.

"Eh! Sakit! Sakit! Kenapa!?"

Anak berambut hitam itu benar-benar kesakitan dan terkejut saat telinganya ditarik Julia dengan tiba-tiba. Melihat apa yang terjadi, para Shieal lain memasang tatapan datar dan rasa terkejut mereka berubah cepat dengan rasa aneh yang bercampur aduk tidak jelas.

Berhenti menjewer telinga anak itu, Julia langsung memutar tubuh kecil Odo dan langsung berlutut untuk memeluknya dengan erat. Odo terdiam terkejut mendapat pelukan tersebut. Pada saat itu anak berambut hitam tersebut sadar alasan apa yang ada di balik sifat protektif yang diberikan Julia. Sejenak memejamkan mata saat gadis Demi-human berambut keperakan tersebut masih memeluknya, Odo menarik napas ringan dan menghembuskannya.

"Begitu ya, sifat afeksi semacam itu ... yang ada pada Mbak Julia."

Saat Julia melepaskan pelukannya, raut wajah dengan mata berkaca-kaca dengan jelas terlihat oleh Odo. Anak berambut hitam tersebut lekas melangkah ke belakang setelah Julia kembali berdiri. Memalingkan wajah ke kanan, anak itu memasang wajah kesal akan sesuatu.

"Kenapa menarik telingaku seperti itu, sakit tahu!" Memegangi telinga kanan yang memerah, Odo menatap tajam Julia. Mendapat perkataan seperti itu, Julia tambah mendaratkan pukulan tepat di atas ubun-ubun kepalanya.

"Tadi itu berlebihan, Tuan Odo! Kalau monster tadi masih hidup dan tahap akhir proses Mutan monster bagaimana?" bentak Julia. Gadis berambut keperakan itu benar-benar marah, ekspresi wajah dan ekornya yang berdiri tegak dengan jelas memperlihatkan hal itu.

"Apa sih!? Monsternya sudah mati juga! Kenapa malah marah!" bentak balik Odo.

"Kalau monster tadi lebih bahaya bagaimana?!"

"Aku sudah menganalisisnya! Makanya aku biarkan Mbak Julia dan Kak Gariadin menyerang dulu! Akh ..., benjol kepalaku .... Meski aku punya sihir hebat, bukan berarti tubuhku sekeras batu!"

Odo berjongkok sambil meletakkan kedua tangan ke atas kepala. Saat menemukan benjolan yang muncul karena pukulan Julia tadi, anak berambut hitam itu mendongakkan kepala dengan tatapan kesal sampai bibirnya moncong.

"Jadi benj―"

"Anda memprediksinya," potong Julia dengan tatapan tidak percaya dengan apa yang tercap dari Odo tadi.

"Ah ..., tentu saja. Kemampuan terkuatku bukanlah kekuatan sihir atau jumlah Mana, tapi lebih cenderung kalkulasi cepat dan otomatisasi pengaturan struktur sihir."

Odo berdiri, lalu berjalan ke belakang Julia. Sesaat melihat ke arah rambut gadis itu, anak itu memasang wajah kecewa yang bercampur dengan rasa kesal. Lekas memalingkan pandangan, Ia berjalan ke arah Minda dan berdiri di belakangnya. Memegang rambut hitam panjang perempuan tersebut, Odo menggosok-gosokkannya ke ubun-ubun kepala yang benjol. Semua orang di tempat itu langsung memasang ekspresi sangat heran atas kelakuan aneh anak itu.

"Se-Sedang apa Tuan Muda ... menggunakan rambutku seperti itu?" tanya Minda yang rambutnya digunakan untuk menggosok-gosok kepala oleh Odo.

"Tunggu sebentar, jangan bergerak!" ucap kesal anak itu. Minda langsung memasukkan bibir bagian atas ke dalam mulut dan memasang wajah sangat bingung. Sekitar satu menit berselang, Odo melepaskan rambut Minda yang sekitar ujungnya mengusut setelah digunakan untuk hal aneh oleh anak tersebut.

Memeriksa benjolan di atas kepala, Odo yang sadar kalau benjolan itu masih ada langsung bertambah kesal karena pengetahuannya benar-benar hanya sekedar mitos. Menarik napas untuk menenangkan diri, anak itu melihat ke arah Minda. "Terima kasih, Mbak .... Maaf kalau jadi kusut rambutnya," ucap anak itu dengan tanpa sedikit pun rasa berdosa pada ekspresinya.

"Tidak apa ..., saya tidak keberatan .... Tapi ..., apa yang anda lakukan?" tanya Minda mewakili rasa penasaran semua orang yang melihat tingkah aneh Odo yang sangat tiba-tiba itu.

"Menghilangkan benjol."

"Benjol?"

"Tapi ternyata hanya mitos."

"Mitos?"

Rasa penasaran mereka tidak hilang tetapi malah bertambah. Mengacuhkan hal tersebut, Odo menghampiri Julia dan berdiri di hadapan Demi-human itu. "Kenapa Mbak Julia memukul kepalaku?!" tanyanya dengan nada kesal.

Mendapat pertanyaan seperti itu setelah suasana aneh, Julia menutup wajah dengan tangan kanan dan memalingkan kepala. "Akh, sudahlah. Aku yang salah karena marah, maaf. Tuan Odo memang sudah anehnya gak tertolong, sudah tingkat akut. Salah saya kalau menilai tingkah Tuan dengan standar normal yang ada," ucap Julia dengan nada pasrah.

"Eh?" Odo sedikit mengangkat dagunya, Ia bingung harus memasukan itu ke dalam kategori ejekan atau sanjungan.

Gariadin dan Xua Lin berjalan mendekati mereka berdua, lalu menepuk pundak Julia dan mengangguk seakan memahami sesuatu. Mengangkat tangan kanan yang menutup wajah, Julia memasang ekspresi seperti menemui seseorang yang senasib dengannya dalam hal memahami kelakuan anak berambut hitam itu.

"Oi, entah mengapa kalian ini menyebalkan sekali ya ...." Odo menatap datar mereka.

Di saat suasana yang bisa dikatakan mulai kendur tersebut, tiba-tiba hawa keberadaan monster yang sebelumnya ikut di belakang Talasque yang telah dihabisi mulai bergerak. Kali ini hawa monster tidaklah sekuat yang pertama menyerang, tetapi dalam segi jumlah mereka sangat banyak dan dapat dengan jelas terasa kerumunan yang mendekat dengan cepat.

Sadar akan hal itu, mereka semua paham kalau waktu gurau mereka sudah habis. Berisap dengan senjata masing-masing dan meningkatkan aura sihir, para Shieal langsung membentuk formasi melingkar dengan Odo dan Imania berada di tengah untuk dilindungi. Memasang wajah datar dan paham kalau formasi itu juga berarti tidak memperbolehkannya ikut menyerang, Odo langsung menendang bokong Julia yang berdiri di hadapannya sampai tersungkur ke atas salju.

"Bwah!" Julia menarik keluar wajahnya yang tertanam masuk di dalam salju. Menoleh dengan wajah memerah kedinginan, Ia berkata, "A-Apa yang anda lakukan sih!? Bukan waktunya bercanda tahu!"

"Aku tahu ...." Odo lekas mengambil belati milik Julia yang diletakkan pada sabuk yang melingkar pada pahanya, lalu dengan secepat kilat melemparkannya ke arah salah satu monster yang meloncat dari atas salah satu pohon dan hendak menunjam gadis berambut keperakan tersebut.

Belati yang dilemparkan tersebut tepat mengenai kepala Goblin yang memiliki tanda-tanda mutasi fisik di tubuh seperti tulang tajam yang mencuat ke depan dari kedua pergelengan atas monster tersebut. Sadar kalau Goblin itu merupakan monster yang telah masuk mutasi tahap awal, Odo lekas memegang kerah pakaian Julia dan menariknya ke belakang. Goblin yang kepalanya tertusuk belati itu belum mati, tanda mutasi juga memiliki arti kalau tubuh mereka lebih kuat dari sejenisnya sehingga senjata yang dilemparkan Odo tidak bisa menembus tengkorak monster kerdil hijau tersebut.

Goblin yang memiliki tulang tajam mencuat keluar seperti gading itu menyerang Odo dengan senjata yang menyatu dengan tubuhnya tersebut. Menggunakan refleks yang telah ditingkatkan, anak berambut hitam itu menangkap bagian tumpul kedua tulang runcing itu, lalu dalam hitungan kurang dari satu detik langsung menggunakan sihir penguatan untuk mempertahankan posisi kaki saat berpijak dan menahan daya hendak serangan Goblin.

Menggertakkan gigi, Odo memasang wajah marah sampai bibirnya melebar ke pipi, dan dengan cepat langsung meningkatkan aura sihir untuk menyelimuti tubuhnya dengan petir. "Blitz ...." Dalam jangkauan kedua tangannya, Odo menyebarkan petir ke depan dan menyetrum Goblin tersebut. Makhluk hijau itu langsung hangus dan terjatuh ke belakang.

Tindak selesai dengan serangan cepat itu, Odo langsung mendaratkan tendangan keras ke wajah Goblin yang tidak sadarkan diri itu seraya berteriak, "Kenapa Goblin melulu SIALAN!!!" tubuh monster kerdil itu melayang terpental dan menabrak empat ekor sejenisnya yang juga hendak menyerang. Sebelum kelima monster itu jatuh ke permukaan, Odo memusatkan Mana beratribut petir di atas telapak tangan kanan dan memanipulasi bentuknya menjadi sebuah busur berbentuk abstrak.

"HAA!" Menggunakan momentum elektromagnetik, busur petir itu melesat dan menancap pada salah satu tubuh Goblin yang melayang di atas udara dan meledak. Daging mereka yang hangus berceceran dan terpencar ke berbagai arah. Beberapa ada yang terciprat ke wajah anak itu dan jaket mantel yang dikenakan Julia.

Setiap orang di tempat itu tidak ada yang merisaukan tindakan Odo karena memang tidak ada waktu untuk protes, hal itu juga termasuk untuk Julia. Serangan Goblin itu hanya awal dari serbuan puluhan monster yang telah mengepung mereka dari berbagai arah. Layaknya sekawanan kera, para Goblin itu memiliki bentuk kaki yang bisa memaksimalkan loncatan, dan kedua tangan mereka bisa digunakan untuk bergelantungan serta memiliki bagian tubuh tulang mencuat seperti tanduk yang bisa digunakan sebagai senjata.

Para Goblin yang masuk ke dalam bentuk mutasi tahap awak itu tidaklah terlalu kuat jika dibandingkan dengan kemampuan para Shieal, tetapi dalam segi jumlah mereka kalah telak. Jumlah Goblin itu benar-benar lebih dari lima puluh ekor dan terus berdatangan semakin banyak. Mengintai di atas cabang dan ranting pohon, membuat salju yang tertumpuk di atasnya berjatuhan dengan tingkah gaduh dan biadab yang ada.

Menarik Julia dan membantunya berdiri, Odo lekas mendekat dan berbisik, "Mbak ..., jangan cemaskan aku dan bertarung saja sepuasnya. Aku akan baik-baik saja. Kalau seperti ini kita benar-benar terkepung habis. Aku akan mengarahkan setengah dari mereka."

"Tuan Odo, tunggu!"

Tidak mendengarkan perkataan Julia, Odo lekas memancarkan aura mengerikan yang persis digunakan untuk memancing para monster mendekat. Para Shieal tersentak, para monster gemetar terkejut, dan Julia berusaha meraih anak berambut hitam yang berlari menjauh dari formasi lingkaran. Tak bisa digapai oleh Julia, Odo lekas mengaktifkan Sihir Khusus miliknya yang didapat dari Inti Sihir Naga Hitam.

"Hariq Iliah, aktivikasi penuh!"

Hembusan angin panas membuat Julia terdorong ke belakang dan membuat salju dalam radius lebih luas langsung mencair. Dalam radius lebih dari satu kilometer, suhu yang ada terasa jelas menghangat sampai seperti musim panas. Secara otomatis perhatian sebagian besar para Goblin terarah pada anak kecil yang berlari keluar dari formasi pertahanan melingkar.

Salah satu Goblin menyerang pertama ke arah Odo. Menyeringai gelap karena telah memprediksi semua pergerakan di tempat itu menggunakan sihir sensor getaran, anak berambut hitam itu berhenti berlari setelah menjauh beberapa meter dari formasi. Ia merentangkan kedua tangannya ke samping dengan posisi telapak tangan terbuka. Dalam proses cepat, struktur sihir terbentuk dan kalkulasi yang dibantu Auto Senses selesai dilakukan dalam waktu kurang dari dua detik.

"Blitz ..., Decke."

Petir langsung menyambar keluar dari tubuhnya ke berbagai arah dan menjatuhkan beberapa Goblin yang meloncat ke arahnya dari atas cabang pohon. Tubuh hangus makhluk-makhluk hijau itu berjatuhan seperti daging gosong yang tidak bernilai. Melihat apa yang dilakukan Odo, Gariadin sempat terkejut dan konsentrasinya terganggu. Salah satu Goblin yang mengincarnya menyerang dan mengincar leher pria berambut merah gelap tersebut. Sebelum tulang runcing yang mencuat keluar dari lengan Goblin menembus lehernya, Xua Lin meninju Goblin tersebut menggunakan teknik Qi Gong, sebuah teknik bela diri yang mengombinasikan pernapasan dengan tinju tenaga dalam.

Bruak! Tengkorak Goblin tersebut remuk dan tubuhnya terpelanting jauh sampai membentur salah satu pohon di sekitar tempat tersebut. "Jangan lengah!" ujar Xua Lin seraya mengatur pernapasannya dan kembali menghajar monster yang menyerang menggunakan tinju berlapis gauntlet logam.

"Maaf!"

Gariadin mengangkat tombaknya dan ikut menyerang para Goblin yang berjatuhan dari atas pepohonan dan menyerang tak henti-henti. Dalam formasi lingkaran yang berfungsi melindungi titik buta masing-masing anggota dalam formasi, para Shieal bertahan dari serangan para monster.

Dalam formasi tersebut, Julia tidak bisa meninggalkan perannya meski dirinya merasa cemas karena tuannya berlari keluar dari salah satu teknik pertahanan bertarung kelompok yang digunakan. Gadis Demi-human itu sadar kalau dirinya keluar, dengan sangat cepat formasi yang ada akan hancur melihat jumlah Goblin yang menyerang.

Sadar para Shieal kewalahan menangani para Goblin yang seakan tidak ada hentinya berdatangan, Odo kembali meningkatkan aura mengerikan miliknya untuk memancing perhatian para monster kerdil tersebut. Tetapi itu berakibat sangat buruk dan melebihi perkiraan, semua monster di tempat itu perhatiannya langsung tertuju anak berambut hitam itu dan langsung mengincarnya. Lebih parah dari itu, kelompok Goblin tidak bermutasi yang baru saja datang langsung menetapkan Odo sebagai target mereka.

"Ah ..., ini ... kenapa ... HARUS GOBLIN MELULU!!"

Dengan gerakkan sangat lincah, Odo menghindari serangan para Goblin terus menerus dan mengandalkan refleks serta insting yang ditajamkan sampai batas maksimal yang dirinya bisa. Seraya menghindari serangan dari berbagai arah, anak berambut hitam itu menggunakan sihir petir yang menyelimuti tubuhnya untuk menyerang dan menghabisi kawanan monster kerdil yang menerjang ke arahnya.

Julia dan para Shieal yang juga disibukkan oleh para Goblin yang tidak ada habisnya melihat sesekali sambaran petir biru keluar dari arah Odo yang dikerumuni jumlah monster lebih banyak dari mereka. Berniat menolong anak berambut hitam itu, tetapi mereka sama sekali tidak bisa melepas formasi dan bergerak dari tempat karena serangan para Goblin yang tidak ada habisnya.

Odo meloncat dan menjadikan salah satu Goblin yang menyerang sebagai pijakan, lalu kembali meloncat menggunakan Goblin lain yang berada di udara sebagai pijakan sampai mendapat ketinggian yang cukup untuk menghindari kawanan monster yang terus berdatangan tersebut.

Saat berada di udara, anak berambut hitam itu berteriak sekencang dirinya bisa, "Mbak Julia!! Kita berpencar dulu!! Kumpul lagi kalau semuanya sudah beres di tempat Drake diparkir!!" Mendengar suara lantang dari anak berambut hitam yang melayang beberapa meter di udara itu, perhatian para Shieal dan monster langsung terarah kepadanya secara keseluruhan.

Kembali meningkatkan aura mengerikan untuk memancing para monster, Odo lekas membuat lingkaran sihir sebagai pijakkan dan mengubahnya menjadi lingkaran sihir pelontar untuk melesat menjauh dari tempat itu, memancing para Goblin yang jumlahnya sudah mencapai ratusan pergi dari para Shieal.

Saat sudah menjaga jarak cukup jauh dengan masuk lebih ke dalam hutam, Odo berhenti di atas salah satu cabang pohon setelah menggunakan sihir pelontar secara beruntun untuk bergerak di udara melewati pepohonan. Melihat ke bawah masih banyak Goblin yang mengejar dan di jarak pandang sejajarnya masih banyak Goblin bermutasi meloncat-loncat seperti kera ke arahnya, Odo menjatuhkan tubuh ke bawah dan langsung mengarah ke salah satu Goblin yang hendak memanjat pohon.

"Mati!" Anak berambut hitam itu menendang dengan lututnya dan merotokan mulut makhluk hijau tersebut. Tetapi dalam hitungan detik, sejenisnya langsung menerkam ke arah Odo dari berbagai arah seperti binatang buas yang kelaparan.

"Blitz!" Petir menyambar ke penjuru arah dari tubuh Odo dan membakar semua Goblin yang menyerangnya. Mendapat pijakan di permukaan salju, anak berambut hitam itu berputar dengan kaki kanan sebagai tumpuan dan langsung melesat menjauh menggunakan sihir pelontar untuk menghindari kepungan makhluk-makhluk hijau yang mengejarnya dengan gigih.

"Akh ..., rasanya turun peringkat .... Dari Dragon Slayer kok jadi Goblin Slayer .... Gak lucu! Kenapa juga banyak banget yang gagal hibernasi monsternya!!? Apa mereka bangun gara-gara ulahku tadi!!"

Dengan keluh kesah sendiri, Odo terus menggunakan sihir pelontar untuk menjauh dari mereka dan sesekali menyerang balik untuk mengurangi jumlah para makhluk hijau yang mengejarnya. Tetapi seperti tidak ada habisnya, Odo dibuat terus menjauh dari para Shieal lebih dari lima jam lamanya sampai jumlah para Goblin itu benar-benar berhenti berdatangan.

««»»

Di malam hari dimana langit musim dingin masih terlihat cerah dengan cahaya biru gelap berhiaskan butiran cahaya terang, Odo berdiri di tengah hamparan penuh tumpukan mayat di dekat sungai sekitar Inti Hutan Pando. Mayat para Goblin bertumpuk-tumpuk seakan membukit, darah merah mengalir bagaikan sebuah sungai yang salah musim di saat salju turun, dan di antara semua itu terlihat beberapa mayat Tarasque yang gosong seperti tersambar petir.

Melangkah dengan tubuh lemas, Odo bersandar pada salah satu batang pohon pando dan sejenak menarik napas untuk menenangkan diri setelah bertarung lebih dari tujuh jam. Ia perlahan jatuh terduduk lemas, kembali menyandarkan punggung ke pohon. Sekujur tubuh anak itu terdapat luka yang bahkan tidak bisa disembuhkan dengan sihir Instan Regen karena Mana miliknya sudah benar-benar habis dan sirkuit sihir dalam tubuhnya terlalu terbebani sebab terlalu sering menggunakan sihir dalam waktu singkat.

Anak dengan kemeja berlumur darah dan celana compang-camping tersebut melihat ke depan dengan pandangan buram, lalu menyeringai tipis saat melihat semua monster yang telah dirinya kalahkan, seakan puas dengan apa yang telah dilakukan. Menghembuskan napas dan membuat uap putih membumbung rendah di udara, anak itu mendongak ke atas dan melihat ke arah langit malam yang sangat cerah.

"Selesai juga ..... Aku kira mereka respawn gak ada habisnya. Sialan ..., akh .... Rasanya ini lebih para daripada saat lawan Naga Hitam. Apa karena saat itu aku dibantu Reyah? Ah ..., biarlah."

Sejenak ingin memejamkan mata, tiba-tiba hawa keberadaan yang terasa aneh muncul dan memaksa Odo kembali waspada. Ia membuka mata lebar-lebar, menatap ke depan dengan penglihatan sedikit buram. Tepat di luar hamparan penuh mayat monster dekat sungai beku tempat dirinya berada, terlihat sosok wanita berambut pirang panjang yang berdiri tegak melihat ke arahnya.

Odo sentak terkejut, tambah membuka mata lebar-lebar dan berusaha untuk duduk. Tetapi karena tubuhnya terlalu lemas, Ia kembali bersandar pada pohon dan menghela napas dengan resah. Sesaat di antara mereka terasa keheningan tanpa kata-kata dan suara, seakan dunia benar-benar membiarkan mereka sendiri tanpa gangguan sedikit pun, menatap satu sama lain antara sorot mata merah.

Satu kali Odo berkedip dan berpikir sejenak. Saat kembali membuka mata, wanita yang mengenakan jubah panjang berwarna gelap panjang sampai mata kaki itu telah berdiri di hadapannya. Odo ingin berteriak karena kaget, tetapi tubuhnya terlalu lemas untuk melakukan itu. Menarik napas dalam-dalam, anak itu dengan sedikit pasrah mulai memejamkan matanya.

"Siapa kau?" tanya anak itu seraya kembali membuka mata dengan lemas.

Tidak menjawab pertanyaan tersebut, wanita itu berjongkok di hadapan Odo dan meletakkan telapak tangan kanannya ke atas wajahnya. Merasakan hal aneh, perlahan kesadaran anak berambut hitam itu menghilang dan dengan sangat cepat penglihatannya yang buram menghitam.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C29
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login