Download App

Chapter 2: Ratu Salvatra.

Salvatra memasuki kantin. Mereka kembali menjadi pusat perhatian. Salvatra memang selalu dan akan terus menjadi pusat perhatian. Terlebih Kibum, ketua geng yang begitu berkarisma. Salvatra melewati meja Bulan, Mawar, Azrana, Alynna dan Arindha. Yoga masih sempat-sempatnya mencubit lembut pipi Azrana dan Ferre hanya mengusap lembut kepala Arindha. Lain lagi dengan Alynna, ia menatap tajam Elang yang sedang menatapnya juga. Berbeda dengan ketiga temannya, Bulan dan Mawar nampak cuek dengan kedatangan mereka. Mereka asik makan somay yang begitu nikmat untuk dilewati.

Salvatra duduk dikursi yang sudah menjadi kursi tetap Salvatra. Tanpa mereka memesan makanan, sudah ada adik kelas yang akan memesan makanan mereka yang sudah mereka pesan sebelum jam istirahat.

Sedang asyiknya menikmati makanan, tiba-tiba datang Adira menghampiri meja mereka dan memaksa duduk didekat Arseno.

"Hanbin, gue mau cerita." Rengek Adira sambil makan makanan Arseno.

"Apa?" tanya Arseno terdengar acuh.

"Tadi ada yang gangguin gue."

"Gangguin gimana?"

"Godain gue."

"Yaudah biar."

"Hanbin! Ih marahin dia." Desak Adira.

"Gue lagi makan, Ra."

"Udahan makannya." Desak Adira sembari menjauhi piring somay Arseno.

"Gue abisin ya, Ra." Ijin Reno.

"Piringnya juga boleh, Ren."

"Sembarangan nih."

"Hanbin, marahin dia."

"Siapa sih yang gangguin lo?" tanya Kibum yang tak kuat berlama-lama mendengar suara cempreng Adira.

"Si Bobby." Adu Adira. "marahin dia, Bum."

"Ayo."

"Ayo kita serang diaaaaa!" Semangat Adira.

Mereka pergi meninggalkan kantin untuk menghampiri Bobby yang sudah mengganggu Adira. Dari banyaknya perempuan disekolah hanya Adira yang begitu dekat dengan mereka. Bukan tanpa alasan Salvatra dan Adira dekat, karena Adira merupakan saudara angkat Arseno. Saat usia 5tahun Arseno diangkat menjadi anak oleh orang tua Adira. Arseno selalu menjaga dan melindungi Adira, maka dari itu juga Salvatra harus menjaga Adira. Tak ada yang boleh menyakiti Adira. Hanya anggota inti Salvatra yang mengetahui kalau Arseno anak angkat. Semua orang hanya tahu kalau Arseno dan Adira teman sedari kecil.

Alasan Adira memanggil Arseno dengan sebutan Hanbin, karena saat kecil Adira masih cadel tak bisa menyebut huruf R untuk menghindari huruf R yang ada di nama Arseno, maka dari itu Adira mengambil jalan tengah dengan memanggil nama tengah Arseno yaitu Hanbin.

---SALVATRA---

"Lo enggak cemburu, Na. Si Agoy dekat gitu sama Adira?" tanya Alynna yang melihat Adira berjalan berdekatan dengan Adira.

"Adira itu kan teman kecilnya Aceng." Ucap Azrana. "kata Agoy, enggak boleh cemburu sama Adira."

"Iya Ferre juga bilang gitu sama gue." Timpal Arindha.

"Itu si Adira mau aja dekat-dekat sama mafia kayak Salvatra." Kesal Alynna.

"Tapi mereka ganteng deh, gagah banget." Ucapan Mawar membuat mereka menoleh dengan tatapan aneh.

"Mawar, lo jangan muji mereka." Kesal Alynna. "cukup Arindha sama Azrana yang jadi pacar salah dua Salvatra, lo jangan sampai terlena sama tampang mereka."

"Tapi gue cuma ngomong jujur aja, Lyn."

"Lo juga harus hati-hati sama Elang, Lyn." Ingatkan Bulan. "bisa aja lo jadi suka sama dia karena sering debat sama dia."

"Idih amit-amit." Ogah Alynna. "kalau nanti gue suka sama Elang, berarti gue lagi diguna-guna sama dia dan lo semua harus sadarin gue gimanapun caranya."

"Bocah bodoh." Desis Azrana. "mana ada jaman sekarang pake guna-guna."

"Eh siapa tahu lo juga kena guna-gunanya si Agoy. Dia kan playboy, tapi lo bisa pacaran sama dia."

"Eh iya, Na. Benar tuh kata Alynna."

"Mawar, mending lo diem deh daripada plinplan gitu." Sebal Bulan.

"Tapi gue cuma ngomong jujur aja, Lan."

"Tapi ungkapan jujur lo itu enggak konsisten."

"Tqpi mereka emang ganteng banget tahu." Ujar Mawar dengan nada bingung.

"Kalau lo dikasih pilihan buat dekat sama salah satu mereka, terkecuali Agoy dan Ferre. Lo bakal milih siapa?" tanya Azrana pada Mawar.

"Siapa ya? Kayaknya kalau enggak Kibum, berarti Reno, atau Aryan. Bisa jadi Aceng. Atau bisa juga Elang? Eh tapi Elang enggak deh. Dia serem." Labil Mawar.

"Ah susah ngomong sama tukang tawar." Kesal Arindha.

"Mereka tuh bukan pilihan."

---SALVATRA---

"Lo yang gangguin Adira?"

Bobby yang sedang ngobrol dengan teman-temannya dibuat kaget dengan kedatangan Salvatra kedalam kelasnya. Bobby menatap Adira kemudian beralih pada Salvatra.

"Gue cuma bercanda sama Adira, enggak bermaksud gangguin dia." Ucap Bobby membela diri.

"Tapi lo ambil pulpen gue tahu."

"Tapikan udah gue balikin, Ra." Takut Bobby. "gue enggak bermaksud gangguin lo. Sumpah."

"Beneran lo enggak ganggu, Adira?" tanya Arseno mencoba mencegah perkelahian dengan teman kelas Adira.

"Sumpah, gue berani sumpah pocong." Takut Bobby dengan wajah pucatnya.

"Kalau mau bercanda jangan sampai buat dia marah."

"Iya, Sen."

"Minta maaf." Titah Kibum.

"Gue..."

"Cium tangannya Adira." Tambah Reno.

Bobby meraih tangan Adira. "Adira, gue minta maaf, janji enggak akan ganggu lo lagi." Ucap Bobby terdengar gugup.

"Benar ya."

"Iya, Ra."

"Sekarang cium pipinya." Celetukan Yoga membuatnya ditatap tajam Arseno. "tapi bohong ha ha ha."

"Cabut." Titah Kibum.

Mereka meninggalkan kelas 12 IPA 4. Elang masih sempat-sempatnya menoyor kepala Bobby sampai Bobby meringis kesakitan.

"Tangan lo enteng banget." Omel Yoga.

"Cukup hidup gue yang berat, jangan tangan gue."

---SALVATRA---

Brugh...

Buku-buku berserakan diatas lantai. Bulan menatap iba buku tulis semua anak kelasnya berserakan tak beraturan. Tatapan Bulan naik mengarah pada pemilik tubuh tegap didepan matanya. Tanpa rasa takut ia menatap tajam seseorang yang sudah menabrak dirinya.

"Kumpulin semua buku-bukunya." Ucap Bulan tegas sambil menunjuk buku-buku tanpa dosa itu.

Kibum menaikkan alisnya dengan tatapan heran. "lo ngomong sama gue?"

"Sama lo lah, lo yang nabrak buku-bukunya sampai jatuh berantakan gitu."

"Siapa suruh jalan ngelamun."

"Makanya kalau jalan itu jangan bercanda. Lo pikir sekolah ini punya nenek moyang lo."

"Lan, udah Lan." Ucap Mawar sedikit takut. "maaf ya Kibum."

"Mawar, kok lo minta maaf. Dia yang salah, harusnya dia yang minta maaf bukan lo."

"Gue takut sama Kibum, Lan, udah ya." Bisik Mawar.

"Rapiin cepat!!" pekik Bulan dengan menatap sengit Kibum.

"Kalau gue enggak mau, lo mau apa?"

"Enggak punya otak!!"

Kibum, Yoga, Elang, Reno dan Aryan tercengang mendengar ucapan Bulan tanpa ada sedikit rasa takut pada mereka terlebih pada Kibum.

Mawar sendiri sudah menutup mata rapat-rapat. Ia benar-benar sangat tak menginginkan situasi harus berurusan dengan Salvatra.

Bulan jongkok untuk mengumpulkan kembali buku-buku tanpa dosa itu. Tak disangka Kibum mengangkat tubuh Bulan dengan meletakkannya diatas bahunya layaknya menggendong karung beras. Mereka semua terkejut dengan apa yang Kibum lakukan, tapi mereka hanya dapat diam tanpa berniat ikut campur dengan urusan Kibum.

Bulan terus berontak dengan perlakukan Kibum yang terkesan tak sopan tapi apa boleh buat Kibum tidak menghiraukannya. Kibum membawa Bulan kebelakang gedung lebih tepatnya Kibum membawa Bulan ke dalam gudang.

Didalam gudang begitu gelap tanpa adanya cahaya yang masuk kedalam. Bulan takut bukan main. Ia menatap sekelilingnya tapi semuanya sia-sia. Kini dihadapannya hanya ada Kibum yang sedang menatapnya tajam dengan kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celananya.

"Minggir lo!"

"Enggak mau."

"Mau apa lo?" tantang Bulan dengan menahan rasa takutnya. Semaksimal mungkin ia tak ingin menunjukkan rasa takutnya. Ia harus mampu menentang Kibum.

"Mau gue?" tanya ulang Kibum. Ia menatap Bulan dari ujung rambut sampai ujung kaki terus ia tatap. Tatapan Kibum sangat menakutkan.

Bulan memeluk dirinya, takut-takut Kibum berbuat yang tidak-tidak padanya.

"Kalau mau gue tubuh lo. Lo mau apa?"

Mata Bulan melotot sempurna. Nafasnya sudah tak beraturan. Ia benar-benar takut.

"Orang gilak!"

"Lo masih berani nantang gue, setelah nasib tubuh lo ada ditangan gue."

"Jangan macem-macem lo bodoh."

"Lo sebut gue apa?" tanya Kibum dengan mendekatkan wajahnya pada Bulan.

"Bodoh!"

Kibum menganggukkan kepalanya. Ia semakin mendekat pada Bulan. Otomatis Bulan terus mundur. Keberuntungan sedang tak berpihak padanya. Tubuhnya mentok pada tembok. Kibum mendekatkan wajahnya pada wajah Bulan sampai akhirnya hanya tersisa beberapa centi saja jarak antara wajah mereka. Bulan memilih memejamkan matanya dengan menahan nafasnya. Kibum menempelkan keningnya pada kening Bulan membuatnya semakin takut. Hembusan nafas Kibum begitu terasa hangat diwajah Bulan.

"Jangan sok cantik!"

Pertama Bulan membuka mata yang ia temukan sorot mata tegas milik Kibum.

Kibum menjauhkan diri dari Bulan. "kali ini lo gue bebasin sebagai peringatan pertama, lain kali enggak akan!"

Kibum pergi melenggangkan kaki meninggalkan Bulan yang masih dalam keadaan shock. Ia mendapat peringatan pertama dari ketua Salvatra itu artinya hidupnya sedang menuju kehancuran.

Bulan duduk dilantai yang terkesan kotor. Ia ingin menetralkan detak jantungnya yang baru saja diserang monster.

---SALVATRA---


CREATORS' THOUGHTS
ridhaanasution ridhaanasution

Selamat membaca :)

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login