Download App

Chapter 2: Part 2

     Pelajaran sedang berlangsung dengan tenang. Itu dikarenakan para siswa nakal memilih tertidur, dan guru mereka terpaksa membiarkan siswa nakal yang tertidur itu, dari pada pelajaran terganggu oleh ulah mereka nantinya. Yoona mencatat semua yang menurutnya penting. Menyimak dengan cermat yang guru tampan itu jelaskan didepan. Walau sesekali harus sedikit terganggu dikarenakan banyaknya kertas yang melayang menuju kepalanya, tentu berakhir menghantam kepalanya.

"Wae.. wae?(kenapa)" tantang Yura ketika Yoona meliriknya. Segera Yoona mengalihkan pandangannya dan kembali fokus kepada guru tampan itu. ternyata sang guru sedang mengamatinya, tepatnya menyadari tindak Yura yang sedari tadi mengganggu Yoona. namun tetap saja, mengingat perkataan Yoona yang tidak membolehkan dirinya untuk membela Yoona. terpaksa ia berpura-pura tidak melihat perbuatan itu.

     Pelajaran pada hari itu berlangsung lama berkat adanya kelas tambahan. Hingga senja berlalu dan malam pun tiba. Pakaian olahraganya masih berada didalam ranselnya. Hari ini Yoona sukses melewati harinya tanpa gangguan. Ia berjalan menuju rumah dengan gembira. Ia bahkan tidak menyadari bahwa cacing perutnya tengah meronta meminta makan. Membuka pagar rumahnya pelan. Suara tawa membisik dari kejauhan. Suara itu berasal dari dalam rumahnya. Tapi, suara yang ia dengar adalah suara seorang pria. lantas langkah cepatnya langsung membawanya kedalam rumah itu.

"Bagaimana halmoni(nenek), mereka sangat menggemaskan bukan?" tanya Sehun yang sedang duduk berdampingan dengan halmoni di atas sofa. Memegang tabletnya guna menonton sebuah reality show.

"Mereka juga tinggal di negara kita?" kata halmoni polos dengan matanya yang fokus pada layar tablet.

"Tentu saja. Nama mereka sudah sangat memperjelas. Daehan Minguk Manse. Haha.. bukankah itu sangat lucu." kembali tertawa tanpa menyadari kehadiran Yoona dibelakangnya.

"Daehan Minguk? (Republik Korea) orang tuanya benar-benar memberikan nama itu pada anaknya?" masih dengan polosnya.

"Aigoo.. aku sudah menjelaskannya berkali-kali.." gumam Sehun becanda.

"Aku mau melihat yang tadi, siapa tadi namanya? Seo.. seo.." ucapnya dengan semangat.

"Seoeon Seojun? Baiklah." segera Sehun mengulang kembali video yang sedang mereka tonton. "Kau juga suka dengan mereka? Ayah mereka sangat terkenal di negara kita." jelasnya kepada halmoni yang sudah tersenyum gemas melihat tingkah anaknya Lee Hwi Jae.

"Aku ingin memiliki cicit seperti mereka." baru saja pria itu hendak berkata, namun ketika mendengar perkataan halmoni, mulutnya kembali terkatup rapat. Yoona menyadari perubahan itu, segera ia berjalan mendekat lalu menghempaskan tubuhnya di sofa, di samping halmoni.

"Omo!(astaga) Yak, tak bisa kau menyapa terlebih dahulu? Seperti hantu saja." celutuk Sehun yang kaget berkat kedatangan mendadaknya.

"Aigoo.. cucuku.." mengelus kepala Yoona dengan penuh kasih sayang. "kau pasti belum makan. Sebentar, aku panaskan supnya dulu." halmoni bergegas menuju dapur, tinggallah Yoona dan Sehun disana.

"Yak, kau bolos lagi?" tanya Yoona seakan sudah bisa menebak. Sehun tidak menjawab, malah asik mengotak atik tabletnya. Tidak perlu bertanya kembali, karena jawabannya sudah terjawab secara tidak langsung. Menunggu halmoni memanaskan sup, Yoona membuka kembali buku pelajarannya. Membaca kembali apa yang tadinya sudah ia tulis di buku catatannya.

"Bukankah kau menyukai Manse?" Sehun menggeser posisi duduknya untuk lebih dekat dengan Yoona, hingga lengan mereka saling bersentuhan. Seperti ada sesuatu yang menyetrum ditubuh mereka. Segera mereka membuang perasaan itu jauh-jauh. Memaksakan mata untuk fokus pada layar tablet. Sejenak Yoona menjadi menikmati tontonan itu.

     Dilihatnya sang ayah dengan asik bermain bersama anaknya. Mereka tertawa bersama. Kebahagiaan terlihat dengan jelas disana. Hal yang seharusnya terjalin antara ayah dan anak. Tapi sayangnya kebahagiaan seperti itu tidak pernah dirasakan oleh gadis itu. tidak menyadari itu, matanya mulai berkaca-kaca. Dengan terus fokus pada layar tablet. Membayangkan seperti apa rasanya tertawa canda bersama seorang ayah.

      Air mata memaksa hendak mengalir. Desakan itu semakin kuat ketika dilihatnya sang ayah mulai memeluk anaknya. Mengecup kening anaknya. Merasa sudah tidak bisa menahannya lagi, buru-buru Yoona bangkit dari duduknya, melangkah cepat menuju halaman rumahnya. Menyendiri dibawah pohon sambil terus merelakan airmatanya yang mulai mengalir.

"Oo? kemana Yoona pergi? Bukankah ia belum makan?" tanya halmoni yang tidak menemukan cucunya disana. Sehun meletakkan tabletnya keatas meja.

"Aku akan mencarinya." pergi dari sana dengan rasa bersalah. Telah melupakan itu, hal yang dapat membuat sahabatnya bersedih. Kini dilihatnya Yoona berdiri dibawah pohon di halaman rumahnya. Dari jauh airmata itu dapat terlihat oleh pria itu, semakin membuatnya merasa bersalah. Perlahan ia menghampiri Yoona yang tengah menyeka airmatannya karena menyadari kedatangan Sehun disana. "mian.(maaf)" ujar Sehun pelan menatapnya lekat. Yoona menghindari tatapan itu, tidak ingin Sehun melihat matanya yang memerah.

"Gwenchana..(aku baik-baik saja)" tangkasnya dengan suaranya yang parau.

"Kau menangis." kata Sehun tidak bermaksud bertanya.

"Ani(tidak)." terus mengindari kontak mata pria itu.

"Jangan begini.." tidak bisa melihat gadis itu menyimpan kesedihannya. Segera Sehun menarik Yoona kedalam pelukannya. Memeluk tubuh itu dengan hangat. Barulah terdengar isakan tangis Yoona, membisik di kesunyian malam. semakin membuat Sehun merasa harus melindunginya. Hal itu membuatnya kembali teringat pada masa itu. dimana pertama kalinya ia bertemu dengan gadis itu.

<<Flashback<<

     7 tahun yang lalu. Saat itu hujan deras tengah mengguyur kota Seoul, sangat deras. Sehun dan Jong Suk sedang menyantap ramen disebuah supermarket. Duduk berdampingan dihadapan dinding kaca supermarket yang memperlihatkan jalan raya. Menikmati ramen yang lezat itu dengan matanya yang sesekali mengamati kepadatan jalan raya yang ada didepan matanya. Disela itu, matanya tidak sengaja melihat seorang gadis dengan payungnya yang berwarna biru berdiri di tepi jalan, beberapa meter dihadapan Sehun. Gadis itu melambai-lambaikan tangannya kepada seorang wanita yang berada diseberang jalan.

     Dapat Sehun dengar teriakan gadis itu yang meneriakan 'eomma'. Berkali-kali yang sepertinya guna memanggil ibunya yang berada diseberang jalan. Masih menikmati ramennya. Dengan matanya yang tanpa sadar terus mengamati gadis itu. sesekali mengobrol dengan Jong Suk, namun tetap dengan matanya fokus pada gadis itu. malah berubah mengkhawatirkan gadis itu karena kini dilihatnya gadis itu hendak menyebrangi jalan, jalanan yang pada saat itu sangat padat dilintasi kendaraan.

     Melihatnya saja sudah dapat dipastikan bahwa akan sulit bagi siapapun untuk menyebrangi jalan itu. apalagi gadis itu yang terlihat ragu namun memaksa. Sehun masih terus menyantap ramennya dengan matanya yang kini tak luput dari langkah gadis itu. ia mengira bahwa gadis itu akan menyerah dan memilih menunggu, tapi ternyata gadis itu terus berusaha melangkah maju, melewati kendaraan yang sedang melaju kencang. Masih terus menyantap ramennya, penasaran apakah gadis itu akan berhasil.

"Cepat habiskan, aboji(ayah) sedang menunggu kita. Aku penasaran bagaimana keadaan rumah baru kita. " tegur Jong Suk sedikit menyikut lengannya, membuat Sehun reflek menoleh kepadanya.

"Aku tidak ingin pindah." celanya dan kembali menikmati ramennya, tak lagi mengingat keberadaan gadis itu disana. Namun ketika sebuah suara terdengar, suara yang berasal dari jalanan yang ada di hadapannya. Suara yang mampu membuat siapapun merasa mual dan merinding. Tentu matanya seperti kilat langsung mencari tahu asal suara itu. sumpit terjatuh dari tangannya. Kini ia benar-benar merasa mual. Menyadari Jong Suk sudah berlari keluar, perlahan, berusaha bangkit dengan kakinya yang gemetaran, Sehun melangkah pelan menjaga keseimbangan, menghampiri warga yang kini terlihat ramai berdiri di tepi jalan.

     Dilihatnya gadis itu tengah memeluk ibunya yang sudah berlumuran darah. Menangis histeris memohon agar ibunya segera membuka matanya. Walau yang terlihat mata itu tetap tertutup. Jelas sekali tidak ada lagi kehidupan disana. Mata Sehun tak luput dari wajah itu, yang terus menangis dengan penuh kesedihan. Baru ia sadari, hatinya ikut perih melihat air mata yang mengalir hebat di wajah gadis itu.

---

     Sudah seminggu sejak peristiwa mengerikan itu terjadi, kecelakaan yang telah menewaskan seorang wanita itu tidak juga menghilang dari memori Sehun. Terus menghantuinya hingga ia tidak memiliki kekuatan untuk melupakannya. Sepulangnya dari sekolah yang selalu membuatnya merasa bosan dan tertekan, Sehun memilih bermain di tempat pembuangan sampah. Yang memiliki pemandangan yang benar-benar indah jika menelusuri tempat itu lebih jauh. Ya, sebuah tebing dengan satu buah pohon yang berdiri di tepinya. Tempat dimana Sehun sering menenangkan pikirannya.

     Seseorang tengah berdiri disana. Tempat itu tidak pernah dikunjungi oleh siapapun selain Sehun. Selama ini seperti itulah yang ia ketahui. Namun jelas sudah, ia melihat seorang gadis tengah berdiri disana, melamun menatap jurang dengan pandangan kosong. Merasa penasaran Sehun mencoba mendekati gadis itu. ia merasa mengenalnya. Ia kembali melangkah mendekat. Anehnya, kini gadis itu malah melangkahkan kakinya mendekati tepi jurang. Membuat Sehun terdiam karena shock dengan apa yang sedang ia tebak.

     Kaki Sehun semakin terasa sulit digerakkan ketika gadis itu sudah berdiri tepat selangkah dibelakang jurang. Mulutnya juga sulit digerakkan. Yang terdengar hanya jantungnya yang berdetak kacau. Dilihatnya gadis itu yang mulai menutup matanya. Perasaan aneh menyelimuti dirinya dengan kuat. tidak bisa tinggal diam, tidak mungkin untuknya membiarkan hal seperti itu terjadi, dengan langkah kilatnya Sehun berlari menghampiri gadis itu, dengan tangan gemetarnya ia meraih pergelangan gadis itu lalu menarik gadis itu dengan hentakkan yang kuat, sehinggal berhasil membuat gadis itu menjauh dari posisi yang berbahaya itu.

     Sehun terjatuh dikarenakan kakinya tak kuat menompang berat tubuhnya, tubuhnya merasa lemas setelah memikirkan niat gadis itu. sedangkan gadis itu masih berdiri membelakanginya dengan wajahnya yang menunduk. Memaksakan diri untuk bangkit dari tanah dan berdiri dihadapan gadis itu yang terus menunduk. Ia semakin merasa mengenal wajah itu. lama mengamati wajah yang terus menunduk itu. Sehun memberanikan diri untuk menyadarkan gadis itu dengan cara menyentuh bahu gadis itu pelan. Ternyata berhasil, perlahan gadis itu mengangkat wajahnya dan membalas tatapan Sehun. Pipinya basah oleh air mata. Sehun terdiam. Dikarenakan wajah yang dipenuhi air mata itu. dan juga dikarenakan ia mengenal wajah itu. lucunya pria itu hanya diam tidak tahu harus berkata apa.

"Cantiknya.." tapi itulah yang terucap dalam hati Sehun.

"Nuguseyo?(siapa kau)" tanya gadis itu dengan polos, seakan baru menyadari keberadaan Sehun disana.

"Oo?" Sehun menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Mata bulat itu menatapnya tanpa malu, malah dirinya yang merasa malu karena jarak mereka terlalu dekat. Segera ia berdehem guna mencairkan suasana canggung disana. "ehem!" memutar pikirannya untuk segera mendapatkan jawaban. "naega.. naega..(aku)"

"Kau yang menarikku tadi?" tanya gadis itu lagi, masih dengan tatapan polosnya dan pertanyaannya yang menurut Sehun terlalu memalukan untuk dijawab.

"Oo.." mengangguk pelan sedikit cool.

"Khasahamnida.(terimakasih)" menunduk berterimakasih lalu berlalu pergi. Langkah bingung gadis itu menuntunnya keluar dari tempat itu. diam-diam Sehun mengikuti gadis itu dengan sedikit jarak. Penasaran dari mana asal gadis itu, yang tidak disangkanya bahwa ternyata langkah gadis itu terhenti di sebuah rumah yang letaknya tepat di hadapan rumah Sehun. Pintu pagar yang gadis itu banting menyadarkan Sehun dari lamunan tak percayanya.

>>Flashback End>>

     Berbaring di atas tempat tidurnya dengan tangannya yang memegang selembar foto. Foto yang memperlihatkan wajah seorang gadis. Setelah dirinya kembali kerumah, meninggalkan Yoona yang sudah tertidur dikamarnya, tidak juga tertidur, malah terus mengamati wajah yang ada pada foto itu. gadis itu tersenyum kepadanya. Senyuman yang selalu ia rindukan dari gadis itu. penasaran apakah Yoona benar-benar sudah tertidur, Sehun beralih menuju balkon kamarnya, guna melihat kamar Yoona yang balkonnya dapat terlihat dari balkon kamarnya.

     Lampu kamar itu terlihat remang, setidaknya menghilangkan perasaan gelisah yang sedari tadi pria itu rasakan. Sehun kembali melangkah menuju tempat tidurnya. Baru saja ia menarik selimut tebalnya, pintu kamarnya terbuka tanpa terdengar bunyi ketukan, seakan bisa menebak siapa itu, ia hanya berbaring santai seraya memainkan tabletnya. Tempat tidurnya terguncang pelan setelah seseorang menghempaskan tubuhnya disamping Sehun.

"Kau belum tidur? Besok kau tidak berniat bolos lagi kan?" tanya Jong Suk setelah merampas tablet adiknya. Ikut menarik selimut, memaksa Sehun untuk berbagi selimut tebal itu dengannya. Sehun terlihat pasrah dan membiarkan hyungnya melakukan itu sesuka hatinya.

"Kenapa kau tidur disini?" membenarkan letak selimutnya yang baru saja ditarik Jong Suk.

"Aku bosan." ucapnya tanpa mengalihkan pandangan dari layar tablet.

"Lakukan sesuka hatimu." meraih ponselnya yang terletak disamping bantal tidurnya. Menggunakan headset untuk segera mendengarkan musik. Tapi Jong Suk menarik ponselnya dengan cepat. "mwoya..!(apaan sih)"

"Aa, liburan musim panas nanti kau harus ikut." ujar hyungnya dengan cepat.

"Kenapa aku harus ikut? Shiro!(tidak mau)" menarik kembali ponselnya dari tangan Jong Suk. Kini giliran headsetnya yang direbut Jong Suk. "wae irae hyung!(kenapa kau begini)" bentaknya kesal.

"Kau harus ikut." ulangnya dengan penuh penekanan.

"Wae.. wae..? biasanya kau juga tidak menghiraukanku."

"Ikut saja.." kembali fokus pada layar tablet, pura-pura tidak mendengar kicauan kesal Sehun disampingnya.

---

     Pagi ini Sehun sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Berdiri di balkon kamarnya, mengamati kamar Yoona sejenak. Senyuman tersungging di wajahnya ketika dilihatnya Yoona mengintip dari sela gorden kamar. Gadis itu melotot kearahnya. Dengan rambutnya yang masih berantakkan. Tentu gadis itu terlihat lucu. tatapan gadis itu yang penuh pertanyaan tidak dihiraukan Sehun. Pria itu malah pergi dari sana, menghampiri Jong Suk yang sedang sarapan di dapur.

     Meraih roti yang sudah diolesi selai. Memeriksa terlebih dahulu selai apa yang ada pada roti tersebut. Mengingat dirinya alergi pada kacang, dan Jong Suk sangat menggilai kacang-kacangan. Tidak heran jika dirumahnya terdapat banyak selai kacang. Ternyata benar, roti yang berada di tangannya berselaikan kacang. Segera ia meletakkan kembali roti itu.

"Hyung, apa kau mau menyiksaku dengan selai ini?" protes Sehun dengan menggeser piring miliknya hingga membentur piring Jong Suk. Hyungnya terlihat santai seakan tidak ingin menghiraukan adiknya itu. "hyung.."

"Mian." jawab Jong Suk setengah hati. Pria itu tengah memberi pelajaran kepada adiknya itu. "aku pergi dulu." beranjak dari sana dengan roti yang memenuhi mulutnya. Melangkah santai menuju sekolah yang terletak tidak jauh dari rumahnya.

"Aish!" masih dengan kesal ia terpaksa keluar dari rumah dengan perut kosong. Mengikuti langkah hyungnya yang sedang melangkah berdampingan dengan Yoona. Sehun memilih berjalan dibelakang mereka, sembari mendengarkan obrolan mereka.

"Oppa, apa yang telah kau lakukan padanya?" bisik Yoona kepada Jong Suk berharap Sehun tidak mendengar pertanyaannya.

"Opseo (tidak ada)." menggeleng pelan kepada Yoona. gadis itu melirik Sehun sejenak, ternyata Sehun menangkap lirikannya, segera ia memutar bola matanya dan kembali mengobrol dengan Jong Suk. "Yoona-a, liburan musim panas tahun ini, aku memilih Busan. Ottae?(bagaimana)"

"Busan? Wah.. joha."

"Geurae.(baiklah)" kini Jong Suk yang melirik Sehun. "omo(astaga), dimana anak itu?" Sehun tidak terlihat disana. "aish, ijjasigia!(sialan)" pastilah adiknya itu sudah kabur.

"Kurasa kali ini dia juga bolos. Oppa, himnae! (semangat)" melangkah mendahului Jong Suk. Juga kehilangan semangat karena tidak bisa melihat Sehun dikelas nantinya.

---

     Jam olahraga berlangsung di lapangan bola kaki. Para siswa terlihat asik bermain disana, dan beberapa siswa lainnya hanya duduk di pinggir lapangan. Termasuk Yoona dan Krystal. Anehnya, Krystal tidak sedikitpun mengganggunya, bahkan disaat mereka duduk berdampingan. Yura yang juga duduk disana sampai heran melihat Krystal.

"Yak, kau kenapa?" bisik Yura sedikit menyikut lengan Krystal.

"Musun suriya? (apa maksudmu)" tanya Krystal balik, ia terlihat tidak bersemangat.

"Kau membiarkannya begitu saja?" Krystal tidak menjawab pertanyaan itu. "apa aku saja yang melakukannya?"

"Hajima.. (jangan lakukan itu)." suaranya terdengar lemah seraya mengamati lapangan dengan tatapan kosong. Sedari tadi Yoona mencoba terlihat tenang, ia mendengar semua percakapan mereka, ia juga merasa heran mengapa Krystal sampai seperti itu, tetapi ia juga bersyukur karena itu.

"Yak Im Yoona! kepala sekolah mencarimu." teriak salah seorang siswi dari kejauhan. Tidak hanya Yoona, Krystal juga menoleh ketika mendengar kata 'Kepala Sekolah'. Sedetik itu tatapan Krystal dengan cepat melayang kepada Yoona yang ternyata juga hendak menatapnya. tatapan mereka bertemu.

"Kara.. (pergi sana)" kata Krystal pelan kepada Yoona seakan telah memberikan izin. Yoona masih ragu. "karago.. (kubilang pergi)" terhentak pelan, kali ini Yoona benar-benar bangkit dari duduknya. Menepuk pelan celana olahraganya yang kotor berkat duduk di atas rumput, berlari kecil menuju ruangan kepala sekolah dengan perasaan canggung luar biasa.

---

     Suara pintu berdenyit terdengar nyaring. Membuatnya semakin gelisah memasuki ruangan itu. ia tidak mungkin menundanya kembali, ia sudah terlalu lama berdiri dihadapan pintu yang menjulang tinggi itu. langkah kakinya mulai menapak di lantai yang mengkilat itu. seakan tidak ada noda satupun disana. Ruangan itu benar-benar bersih. Dilihatnya seseorang tengah duduk disudut ruangan. Sibuk dengan berbagai lembar kertas yang ada di atas meja kerjanya. Tapi ketika orang tersebut menyadari kehadirannya, segera ia menepikan kertas-kertas itu dan menyambut Yoona dengan tatapan datarnya.

"Kudengar mereka mengganggumu lagi." kata pria tua itu, masih menatapnya tanpa ekspresi. Yoona tidak berani menjawab, takut-takut membalas tatapan itu, ia memilih menunduk. "kau, baik-baik saja?" nada suaranya terdengar melemah, terdengar seperti tengah mengkhawatirkannya. Cepat-cepat Yoona menatap pria tua itu. raut wajah itu juga memperlihatkan bahwa ia tengah mengkhawatirkan Yoona. membuat tubuh gadis itu menjadi kaku. "kau terluka?" dengan cepat air mata menggenangi mata gadis itu. menggenggam tangannya, berusaha kuat agar tidak meneteskan ait mata.

"Aniyo, gwenchanayo.(tidak, aku baik-baik saja)" jawabnya setelah berhasil mengumpulkan kekuatan.

"Geureyo? (begitu)." tentu ia tahu bahwa Yoona tengah berbohong. Membuatnya semakin merasa bersalah pada gadis itu. "kalau begitu kau bisa pergi." dengan perasaan campur aduk, Yoona melangkah mundur. "Yoona-a." panggilnya lagi, membuat langkah Yoona terhenti tepat dihadapan pintu. "mianhae, jongmal mianhae.(aku benar-benar minta maaf)" walau jarak mereka pada saat itu terhitung jauh, tapi Yoona dapat melihat itu, mata pria itu yang memerah. Dan bibirnya yang bergetar menahan tangis. Yoona menunduk hormat sejenak, tidak bisa berlama-lama lagi, segera ia membuka pintu dan keluar dari sana.

'Appa, apa kau sudah memaafkanku?' batin Yoona dibalik pintu. Barulah setetes air mata terlihat mengalir di wajahnya. Menelan kuat isakan tangis yang hendak keluar. Tubuhnya terguncang hebat. Sekilas wajah ibunya melayang di pikirannya. Mendadak dirinya menjadi sulit mengontrol emosinya. Buru-buru ia melangkah pergi guna menghindari tatapan orang. Tidak jauh darinya, Krystal tengah mengamatinya, penuh pertanyaan, dan penuh penyesalan yang dipaksa menghilang dari pikirannya.

Continued..

Suka kak?


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login