Download App

Chapter 39: Badai Dihari Yang Cerah

Hari-hari berlalu dengan baik Edwin yang kini benar-brnar telah berubah, ia tak lagi tergoda dengan krmolekan dan tingkah manja Vita, justru saat ini baginya Vita berubah menjadi seorang wanita yang tak tahu malu, ia adalah seorang yang telah mempunyai tunangan, tapi masih saja ia mengejar mantan kekasihnya yang jelas-jelas sudah menolaknya.

Edwin selalu menghindar jika Vita mendekatinya, akhirnya rasa begah yang Edwin rasakan tak bisa lagi dibendung, namun ia tak tega jika harus menyakiti Vita.

Ia ingat pada satu kontak yang dulu pernah ia minta dari papanya Vita, dengan penuh keberanian ia menghubungi pria itu, ia menelfon Dimas untuk membuat janji bertemu.

Selain menghubungi Dimas Edwinpun meminta bantuan papa Vita untuk menemaninya agar tak terjadi salah faham.

Pukul 18.30 Edwin sedang menunggu disebuah restoran, 15menit kemudian dua orang laki-laki berusia 50an dan 26 tahun tiba, mereka menghampiri meja dimana Edwin duduk.

Ayah Vita memperkenalkan dua laki-laki didepannya "nak Dimas ini nak Edwin teman SMK Vita dulu, dan ini Nak Dimas calon suami Vita"

Setelah berkenalan mereka duduk dan memesan makanan, kemudian berbincang-bincang ringan, dari situlah Edwin tahu bahwa Dimas adalah seorang dokter yang sedang melakukan intensiv disebuah pukesmas diwilayah kecamatan dekat dengan kotanya saat ini.

Tigapuluh menit telah berlalu, ditengah makan malah Edwin memberanikan diri untuk mengakui kesalahannya pada Dimas, dengan penuh kesungguhan ia menjelaskan pada Dimas.

"Mas Dimas maaf, sebenarnya saya meminta Om Joko kesini bersama kamu, karena ada sesuatu yang harus saya sampaikan"

"Oh ya silahka" Dimas menjawab lalu menghentikan makan.

"Mas maaf sebelumnya, saya tidak tahu kalau Vita telah bertunangan dan beberapa bulan belakangan ini kami memiliki hubungan kusus" Edwin menunduk dengan perasaan menyesal.

"Apa?" Dimas mengrenyitkan alisnya, emosinya seakan meledak, tapi dengan bantuan pak Joko akhirnya ia bisa menahannya "maksut kamu, kalian ber dua pacaran"

"Diantara kami memang tidak ada hubungan seperti itu, hanya saja kami pernah tenggelam dalam jiwa muda kami, dan sama-sama lupa kalau kami sudah memiliki seseorang yang mencintai kami"

"Apa yang sudah kamu dan Vita lakukan" Dimas berkata dengan penuh amarah yang tertahan, ia berfikir bahwa mereka sudah melakukan sesuatu yang tak bisa dimaafkan.

"Kami memang sudah tenggelam dalam kesalahan mas, tapi saya bersumpah kalau Vita masih suci, kami memang hampir melakukannya tapi" Edwin seakan tak sanggup mengatakan semua itu "tapi ketika itu hampir saja terjadi wajah kekasihku langsung membayangiku, sehingga aku bisa sadar dengan kesalahan kami, dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi".

"Lalu?" Dimas bertanya dengan dingin.

"Sayangnya Vita belum bisa menerima keputusanku ia belum menerima kalau aku sudah tidak mau lagi bermain api dengannya."

"Vita bukan gadis seperti itu, aku sudah lama mengenalnya" Dimas menepis kenyataan yang Edwin beberkan.

pak Joko juga melotot seolah tak terima dengan pernyataan Edwin "kamu jangan sembarangan bicara, Vita tidak mungkin melakukan hal memalukan itu".

"Maaf om, dan mas Dimas tapi itulah kenyataannya, saya juga tidak percaya kalau dia Vita, saya tahu Vita adalah gadis baik-baik, tapi... saya juga tidak mengerti Vita berubah, mungkin saya juga turut bersalah"

"Lalu apa yang mau kamu lakukan?" Dimas bertanya.

"Saya minta bantuan om dan mas, untuk memberi pengertian pada Vita, dan kalau perlu saya mohon mas Dimas mungkin sebaiknya mas Dimas segera menikahinya"

Dimas terdiam sesaat lalu ia menghela nafas panjang "baiklah... dan tolong kamu berjanji padaku untuk menjauhi Vita"

"Benar Win sebisa mungkin kamu menghindar dari Vita" pak Joko mengingatkan dengan nada mengancam.

"Baik om, tapi jika ada sesuatu yang saya tidak mampu saya mohon bantuan om dan mas Dimas".

"Baiklah" Dimas dan pak Joko menjawab.

Makan malam hari itu berjalan dengan baik.

Disisi lain Vita yang sering ditolak Edwin justru semakin penasaran, ia semakin bersemangat untuk menakhlukan Edwin.

Selain itu Caca juga tak luput menghasut dan memberikan semangat juang pada Vita, hubungan mereka semakin dekat hingga Caca semakin leluasa untuk menghadut Vita.

Suatu ketika Edwin tak sengaja mendengar perbincangan Vita dan Caca, Edwinpun tahu siapa sosok dibalik tingkah memaluksn Vita, ternyata Cacalah sumber dari itu.

Salsabila saat ini sudah menjadi seorang mahasiswi disebuah Universitas Islam di kotanya, ia mengambil jurusan Ekonomi, seminggu lagi ia akan memasuki masa perkuliahan.

Tak terasa sudah beberapa waktu ia tidak bertemu Edwin, ia merasakan kerinduan yang begitu mendalam, ia meraih ponselnya dan mengetik sebuah pesan yang berisi betapa rindunya ia pada Edwin, tinggal memencet tobol send, tapi segera ia urungkan "ih aku kan cewek masa aku harus ngirim pesan seperti ini, tapi kan dia pacarku, tapi aku malu" perasaan rindu dan gengsi menyelimuti hatinya, namun mengalahkan gengsinya karena kerinduan yang ia rasakan terasa begitu berat.

📨"I miss you"

Bila mengirim pesan itu dengan wajah bersemu merah.

Tak lama kemudian ponselnya berbunyi, wajahnya semakin berseri ketika pangeran hatinya yang membuat panggilan tersebut, ia segera mengangkat dan terdengar suara lembut dengan nada menggoda menyapanya.

📞"Tumben ngirim pesen dulu, bilang kangen lagi, kayaknya ada yang mulai genit nih"

📞"Kakak....nyesel aku , tahu bakal diledek ku batalin deh tadi" Bila menggerutu.

📞"Ih jangan dong, baru juga ngerasa seneg bidadarinya ngirim pesan cinta masak harus dibatalkan, kejam sekali kamu," protes Bila

📞"Kakak....jangan gitu dong, aku kan malu"

📞"Kok malu akakan pacar kamu, kamu bebas kok mo ngapain aja, jangankan bilang rindu atau sayang kamu menciumku sapai habis juga boleh" Edwin kembali menggoda.

📞"Kak Edwin ah..., aku matiin nih telfonnya"

📞"Ih kok marah, yang menggoda aku duluan siapa ya?.

📞"Aku matiin ya" Bila mengancam

📞" Ish... jangan dong, aku juga kangen sama kamu, Bila kamu kan sudah lulus kapan-kapan aku kenalin kamu ke papa ya, aku juga ingin orang tua kita bertemu, Bila aku mau melamar kamu" Edwin terdiam awalnya ia hanya ingin menggoda Bila tapi kalimat itu meluncur dengan begitu saja, ia terdiam bukan karena menyesal tapi karena tak ada jawaban apapun dari Bila "Bila kok ga jawab, aku minta maaf, maksutku bukan untuk menikah secepat ini, aku ingin melamar kamu hanya untuk mengikat kamu supaya tidak ada orang lain yang akan mengambil kamu dari aku" Edwin menjelaskan maksut sebenarnya pada Bila.

Bila masih terdiam, ia tak mampu berkata apapun, hanya suara isak tangis yang tertahan, ia terharu mendengar apa yang Edwin katakan, dan hanya bisa menangis bahagia, Bila terasa ini semua bagaikan mimpi.

📞"Bila kamu nangis, ada yang salah?" Edwin bertanya dengan cemas takut Bila akan marah.

📞"Ga kak....aku hanya ga menyangka kalau kakak akan berbicara seperti itu" Bila menjawab dengan lirih.

📞"Ok.... tapi ini semua benar, aku ingin kelak kamu jadi istriku, I love you Bila"

📞"I love you too"

Bila menutup telfonnya dengan menahan rasa bahagia yang menggelora, membayangkan kehidupan indah kelak bersama Edwin, pria yang ia cintai.


CREATORS' THOUGHTS
Bubu_Zaza11 Bubu_Zaza11

Happy reading

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C39
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login