Brenda keluar dari kantor Axton setelah pimpinan perusahaan itu menyuruhnya pergi keluar dari ruangannya. Begitu pintu tertutup raut wajah Brenda yang ketakutan menjadi tenang.
Salsa, temannya datang menghampiri Brenda tak puas dengan raut wajah Brenda. "Kau sudah dipermalukan di depan Wenda, tapi kau masih saja tenang?!" protesnya.
Brenda menyeringai, "Kau pikir aku suka ya dipermalukan di depannya?! tentu saja tidak!" balas Brenda.
"Tapi apa yang harus aku lakukan? Axton benar-benar marah besar, tapi tak apalah biarkan aku mengorbankan diriku sendiri dulu. Pepatah mengatakan, "berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit -sakit dahulu berenang-renang kemudian"."
"Tch, apa maksudmu aku tak mengerti!" kata Salsa.
"Aku sudah memikirkan kemungkinan yang ada dan aku rasa bagus juga jika Wenda berhasil melakukan tugas yang kuberikan padanya." Dia kemudian memandang Salsa.
"Kau tahu CEO DeMonte Corporation,"
"Ya, kalau tak salah namanya Leonardo DeMonte, anak dari Tuan Fredikson DeMonte."
"Kau juga tahu bagaimana sifatnya?" Salsa memincingkan matanya dan berujar.
"Dia playboy."
"Benar sekali, nah kemungkinan Wenda sudah bertemu dengannya. Penampilan Wenda walau kelihatannya sederhana tapi cantik 'kan? Jika dia disuruh untuk menangani kerja sama ini maka..."
"Tuan Leo akan sering bersamanya!" jawab Salsa meneruskan ucapan yang digantung Brenda.
"Benar sekali! dia akan terus bersama Wenda. Kita tinggal mencari waktu untuk menghasut Presiden agar dia membenci Wenda dengan menggunakan Tuan Leo yang playboy itu!"
"Tapi untuk sementara, kita harus duduk dan nikmati saja pertunjukannya sambil menganalisis apa benar Presiden punya perasaan yang berbeda pada Wenda?" tuturnya sambil tersenyum sinis.
"Tapi satu hal yang membuat aku bingung, bagaimana Wenda bisa bertemu dengan Adam DeMonte?" Brenda sesaat berpikir kemudian tersenyum.
"Keberuntungan mungkin."
💘💘💘💘
"Aku pikir kau akan kecewa padaku!" kata Wenda setelah Brenda pergi. Axton tersenyum dan membelai rambut Wenda.
"Aku tak mungkin kecewa padamu, Wenda terlebih jika istriku sudah melakukan hal yang benar. Aku bangga padamu!" sahut Axton. Pujian Axton selalu sukses membuat Wenda tersipu malu.
"Oh iya, Tuan Adam ingin bertemu denganmu. Apa kau mau menemuinya bersamaku?" Wenda sontak saja mengangguk.
"Bagus! Tuan Adam akan datang bersama dengan cucunya." Cucunya? Pria yang sombong itu datang? Oh tidak, Wenda tak mau bertemu dengan pria sombong itu lagi.
"Kenapa wajahmu menekuk begitu? Apa ada masalah?" Wenda tersenyum memaksa dan kemudian menggeleng.