Download App

Chapter 39: Pria Berambut Silver #1

Di Marioline Apartemen.

Nolan sudah bersiap rapi dengan kemeja putihnya. Ia duduk di samping tempat tidur Flair dengan wajah yang lebih segar. Sakit pencernaanya sudah membaik seiring perawatan dari dokter pribadinya semalam.

Nolan menepuk pipi Flair, mendudukkan gadis itu dan bersandar di dadanya. Flair perlahan membuka matanya. Kepalanya terasa berat sekali karena terlalu banyak tidur. Selang infus di tangan Flair sudah dilepas.

"Kamu harus segera bersiap, pagelaran diadakan malam ini. "Suara Nolan di terdengar di dekat telinga Flair ketika ia membuka matanya perlahan.

Dilihatnya langit-langit masih sama di kamar tamu. Melihat reaksi Flair yang mulai sadar, Nolan memeluknya dari belakang dengan erat. Kepalanya disandarkan di bahu Flair.

"Jangan takut kepadaku, inilah duniaku, aku harap kamu bisa menerimanya. Dan turuti aku jika kuminta kamu bersembunyi. Yang kemarin belum seberapa, kadang masih banyak hal yang lebih mengerikan lagi jika terpaksa menghadapi musuh kami." Jelas Nolan masih sambil memeluk Flair agar ia lebih tenang mendengar penjelasannya.

Flair melepaskan diri dan berbalik menatap Nolan. "Suatu saat jika kamu membenciku, kamu bisa juga melakukan demikian padaku."

"Jangan cemas, aku yakin kamu tidak akan melakukan hal yang membuatku membencimu." Nolan tersenyum lembut.

Flair menatapnya dengan heran, jarang sekali wajah ini memperlihatkan senyuman. Saat tersenyum dia nampak lebih tampan. Degub jantung Flair mendadak kencang diberi senyuman seperti itu.

"Mengapa wajahmu memerah?" Tanya Nolan heran. "Rupanya kamu mulai menikmati dipeluk seperti ini." Nolan mulai menggoda lagi.

Flair memukuli pria itu dengan bantal bertubi-tubi dan keluar menuju kamarnya. Kemudian ia bergegas mandi dan bersiap berangkat kerja.

Di meja makan Nolan sudah mempersiapkan sarapan untuk Flair dengan resep makanan yang pernah diajarkan oleh ibunya dulu. Dia menaruh ayam berbumbu pedas dihias irisan tomat merah dan irisan kentang dan buncis. Di sebelahnya disiapkan catatan kecil agar Flair mau memakannya sebelum berangkat kerja.

Nolan berjalan keluar, seperti biasa Perry sudah berjaga di depan pintu menunggu majikannya keluar. Nolan meminta kunci mobil sportnya kepada Perry dan menyuruh Perry menunggu Flair. Perry mengangguk mengerti dan tetap berdiri di sana.

*******

Saat sudah berada di SWTV, Nolan mengecek langsung secara keseluruhan persiapan pagelaran. Mengecek keamanan panggung dan membenahi beberapa kesalahan pemasangan. Mengecek ruang editor dan kelengkapan pekerja-pekerjanya. Membantu secara langsung pekerjaan Flair lebih dulu.

"Hari ini Flair tetap akan datang, katakan kepada yang lain, jika ada yang menyebarkan rumor tidak baik tentang Flair, harus bersiap angkat kaki dari perusahaan ini!!!" Seru Nolan pada Heidi saat mendampinginya Nolan berkeliling kantor mereka.

Nolan tidak suka melihat beberapa karyawannya yang berkasak-kusuk tentang kejadian kemarin di area panggung pagelaran. Mereka masih saja membicarakan bully an Rubi pada Flair begitu melihat Nolan berjalan di sekitar mereka.

Heidi mengerti permintaan Nolan dan segera melaksanakan perintahnya. Heidi menyebarkan peringatan itu menyeluruh dari atas hingga ke bawah struktur perusahaan. Dalam sekejap keadaan pun kembali tenang seperti semula.

Nolan menghampiri Altha yang terlihat baru saja datang didampingi oleh sekretarisnya. Sedangkan Rubi yang membuntuti di belakang sambil bermain ponsel.

"Pagi-pagi sekali kamu sudah datang." Sapa Altha pada kakak laki-lakinya itu.

"Ada yang ingin kamu sampaikan? Mari berbincang di ruanganku." Lanjut Altha sambil menggandeng lengan kakaknya.

"Jangan mempersulit Flair karena aku tidak akan menggantinya." Ucap Nolan begitu duduk di sofa di ruangan Altha.

"Pagelaran akan diselenggarakan malam ini, jika hasilnya tidak sempurna maka aku pemegang saham juga di perusahaan ini, maka aku juga bisa meminta mu untuk memberhentikannya jika dia terbukti tidak bisa mengerjakan pekerjaanya dengan baik." Sahut Altha sambil memainkan rambutnya dengan sikap manja dan licik.

"Aku bisa membuat sahammu dikembalikan jika terbukti melakukan sabotase atas pagelaran yang sudah dipersiapkan sempurna. Sepertinya menggunakan cctv di antara vas bunga bukan ide yang buruk untuk merekam sabotase yang mungkin terjadi." Nolan memperingatkan Altha. Lalu setelah bicaranya dirasa cukup, Nolan berdiri dari sofa dan menghampiri Rubi yang memperhatikannya dengan cemas.

"Dan kamu, sudah aku peringatkan bukan, jangan lagi bermain-main dengan ku jika kamu masih ingin tampil di layar kaca. Karena jika tidak, maka aku bisa menghentikan karirmu sekarang juga.!!!!" Seru Nolan sambil memberikan bungkusan plastik bening kepada Rubi berisi benda dengan lendir merah di dalamnya.

"Benda menjijikkan apa ini, Altha???" Rubi mengangkat plastik itu dan mengamatinya dengan raut jijik.

""Apa ini? Aaarrhhhhh!!!"Teriak Rubi.

"Ini telinga sungguhan!!!!! Rubi membelalak matanya dan melemparkan bungkusan itu dan meloncat ke arah Altha.

"Mac, suruh pengawal Nolan membersihkan ini!!!" Teriak Altha begitu melihat Mac, salah satu tangan kanan Nolan ketika keluar menuju lift.

"Baik, Nona!" Jawab Mac.

Rubi yang masih histeris berlari menuju lift melewati Mac, dan masuk kedalam lift begitu pintu lift terbuka.

Sementara Altha hanya bergeleng-geleng melihat tingkah sahabatnya yang ketakutan itu.

******

Rubi berlari keluar lift begitu sampai di lantai bawah. Gadis itu berlari tanpa arah hingga menabrak seorang pria tampan dengan potongan rambut Fade Pompadour dengan bagian atas ditata rapi gaya khas milik Chad.

"Nona? Apa yang membuatmu ketakutan? Sehingga tidak melihat jalan?" Tanya Chad pada Rubi saat membantu gadis itu berdiri.

Chad berada di sana untuk mengantar Fayre menemui Idlina. Dia tidak pernah tega membiarkan bepergian sendiri semenjak tahu Fayre sedang mengandung.

"Aku tidak apa-apa. Bisakah kamu mengantarkanku ku Cofee Shop dekat sini?" Pinta Rubi dengan nafas masih terengah-engah.

"Chad mengangguk dan membantu Rubi memasuki mobilnya. Sebelum berangkat ia mengirim pesan kepada Fayre bahwa ia akan keluar sebentar mencari kopi.

*******

Begitu tiba di ruang kerjanya, Flair sudah disambut dengan Tatiana yang membawa secangkir teh hangat untuknya.

"Selamat pagi Nona, aku harap semangatmu sudah kembali. Karena Mister Nolan tidak akan membiarkan mu sembarangan dintindas di sini. Aku senang kau kembali, aku sudah kawatir sebelumnya jika kamu tidak akan kembali lagi." Jelas Tatiana sambil membuka beberapa file yang sudah ia persiapkan.

"Pantas saja saat aku memasuki ruangan aku lihat semua orang tersenyum padaku hari ini." Sahut Flair sambil meminum teh hangatnya dan mulai bekerja.

*******

Masih di SWTV,

Di balkon atas Kenrick melihat panggung yang sudah disiapkan dengan sangat sempurna, dia mengagumi tata panggung yang terlihat sangat megah tersebut.

Sambil menunggu Idlina yang masih sibuk dengan beberapa artis dan model, Kenrick menyibukkan diri dengan rokoknya.

Dari jauh Flair sudah mengetahui jika itu Kenrick saat mengamati persiapan panggung bersama Mac dan Neal. Rambut silvernya yang panjang medium dan terkesan natural sudah menjadi ciri khas Kenrick.

Flair menghampiri Kenrick yang saat ini sedang mengenakan kemeja hitam.

"Hey, how are you?" Sapa Kenrick saat bertemu dengan Flair.

"Kabar baik. Aku banyak mendapat telepon dari klien yang mencari kalian, untuk memakai kalian sebagai duta produk mereka." Lanjut Kenrick.

"Itu karena Billboardnya. Kamu membuat adikku tampak memukau." Sahut Flair ramah.

Pria ini sepertinya nampak baik, romantis, cocok bila bersanding dengan Fayre. Pikir Flair mengamati wajah Kenrick yang polos itu.

"Do you have a girlfriend??" Celetuk Flair tiba-tiba.

"Mengapa kamu tanya begitu? Tertarik berkencan denganku?" Balas Kenrick merasa aneh dengan pertanyaan Flair.

"I can't! Because I'm in a relationship." Jawab Flair dengan malu.

"Lalu mengapa kamu bertanya?" Sahut Ken heran.

"Aku hanya teringat terakhir kita bertemu, kamu bilang akan mengajak kembaranku untuk makan siang."

"Aku belum mengundangnya. Lagipula aku sendiri sedang sibuk. Belum terpikir untuk ke sana."

"Aku bisa memaklumi." Balas Flair sambil tersenyum.

Pandangan Flair beralih pada Fayre yang ia lihat berjalan bersama Idlina. Fayre terlihat menelpon seseorang di ponselnya.Tak lama kemudian ponselnya berdering dengan nama Fayre sedang memanggil.

"Feernee, aku sedang bersama Idlina, apakah Rory memberitahumu?? Idlina ingin kita menemuinya. Sekarang kami sedang di SWTV bisakah kamu meluncur kemari???" Sapa Fayre di telepon.

"Aku..., baiklah aku segera datang."Balas Flair di telepon dengan ragu.

"Mari kita temui mereka, aku juga ada sedikit urusan dengan Idlina."

Fayre menutup teleponnya dan memasukkannya kedalam tas.

"Aku sudah menelponnya Nyonya. Sebentar lagi dia akan datang." Ucap Fayre memberi kabar kepada Idlina.

"Tentu saja dia segera datang, dia hanya tinggal turun ke sini." Sahut Idlina tersenyum.

"Maksud Anda?" Fayre masih bingung.

"Lihatlah ke sana, itu dia sudah datang. Dia kan menejer operasional yang baru di sini." Sahut Idlina sambil menunjuk ke arah Flair yang sedang berjalan bersama Kenrick.

Pikiran Fayre seakan kembali ke saat kilasan di mana Flair menyampaikan ia mendapat tawaran untuk bekerja di perusahaan di bidang pertelevisian tempo hari. Namun Fayre malah mengacuhkan tidak peduli. Dan kini ia baru tahu bahwa Flair bekerja di sini.

Flair tertegun dengan melihat Fayre berdiri di sana dan mengetahui tempat kerjanya yang baru. Tempat ia melarikan diri dari rumah tepatnya.

"Hay, Nona gula batu! Kita bertemu lagi di sini." Sapa Kenrick pada Fayre.

"Nona gula batu!!! Enak saja memanggilku seperti itu!" Jawab Fayre marah.

Idlina tertawa melihat pertengkaran kecil ini.

.

.

.

*) Jangan lupa Follow IG : MyAzra_Tyas

untuk tahu judul Novel saya yang lain


CREATORS' THOUGHTS
AzraTyas AzraTyas

CH. 41 akan loading malam ini.

Man With Silver Hair

Lev lev lev u much my all readers

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C39
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login