Download App

Chapter 34: Aku tidak akan menerima keputusanmu!

Guys... ada "wik-wik"nya dikit ya. So bagi yang belum pantas membacanya silakan skip bab ini.

*

*

*

Mendengar hal itu Meena hanya menghela napas dalam. Dia juga tidak bisa banyak berbicara karena ini menyangkut perasaan sahabatnya. Dia hanya berharap kedepannya tidak akan ada rintangan menghalangi hubungan mereka.

"Tapi bukan itu yang mengganggu pikiranku saat ini". George melanjutkan setelah terdiam beberapa saat. "Maksudmu?" Menna mengerutkan kening. George kemudian menatapnya serius. " Apa kau mengenal Jimmy Vanholten?" tanyanya. Meena terlihat berpikir beberapa saat lalu menjawab "Iya, dia seorang Mafia internasional yang sangat berbahaya. Kenapa kau tiba-tiba menanyakannya?"

George menghela napas dalam-dalam, "Alesha mengenalnya, tapi yang lebih buruknya adalah dia menganggap mafia itu sahabatnya dan sangat mempercayainya". Mata Meena melotot horor mendengar yang George katakan. "Apa..!?, tapi bagaimana bisa?".

George mulai menyalakan rokok yang sejak tadi berada di antara kedua jarinya. Menghisapnya dalam dan menghembuskan asapnya perlahan. Dia lalu menutup matanya.

"Jimmy adalah mantan tunangan Alesha" jawabnya sambil terus menghisap rokoknya. "Apa..!?" sekali lagi Meena shock. Dia masih belum sepenuhnya bisa memproses maksud George, bagaimana bisa Alesha sampai pernah bertunangan dengan Mafia itu apalagi sampai menjadi sahabatnya. "Apa maksudmu George?"tanyanya. "Seperti yang kau dengar baru saja, jadi aku mau minta bantuanmu".

George menatap Meena serius. Sedangkan Meena hanya mengangguk. "Aku ingin kau menghubungi rekanmu yang juga berkecimpung didunia underground seperti Jimmy dan mencari tau tentangnya, karena aku ingin kali ini Jimmy tertangkap". ucap George sambil mematikan rokoknya. Meena mengangguk setuju, situasi ini sangat pelik. Dia bahkan tidak habis pikir bagaimana Alesha bisa sampai bertunangan dengan Jimmy.

Sungguh rintangan cinta mereka sangat besar. Belum selesai urusannya dengan putri Silvia, sahabatnya itu harus menghadapi si mafia berbahaya itu lagi. Meena kemudian menatap George serius dan menyentuh pundaknya, "kau jangan khawatir, aku akan membantumu. Kau selesaikanlah urusanmu dengan putri Silvia dengan baik. Karena entah kenapa, aku khawatir dia akan berbuat sesuatu kepada Alesha nanti." ucapnya sambil bangkit dari duduknya kemudian berlalu. George menghela napas panjang sebelum kemudian bangkit dan meninggalkan tempat itu.

Sementara itu disebuah kamar yang sangat mewah, terlihat dua orang saling menghimpitkan tubuh satu sama lain. Mereka terlihat sangat panas dan beringas melampiaskan birahi mereka yang buas. Suara desahan dan eraman erotik penuh kenikmatan tidak pernah terlepas dari mulut keduanya. Lalu tampak wanita itu bangkit dari tubuh pasangannya dan dengan tubuh langsingnya dia kemudian bergoyang dan berguncang diatas tubuh pasangannya seperti menunggangi seekor kuda.

Suara eraman dan desahan semakin terdengar. Pria itu lalu meremas payudara si wanita dengan sedikit kasar membuat wanita itu mengerang lirih. Kepalanya sampai lunglai kebelakang menahan kenikmatan yang dirasakannya. Tidak puas sampai disitu pria itu juga bangkit dan meraih salah satu buah indah yang ada dalam remukan tangannya masuk ke mulutnya dan menghisapnya dengan buas.

Wanita itu semakin mendesah kenikmatan. Tubuh mereka yang sekarang dalam poisisi duduk berhadapan semakin bergoyang dan beradu dengan liarnya. "Faster honey... faster, your dick feels so good..ahhh.." ucap si wanita sambil memejamkan mata, sementara si pria mengiyakan dengan mempercepat gerakan pinggulnya.

Tapi tiba-tiba sebuah handphone yang ada di atas sebuah meja berbunyi dengan lagu titanium dengan lantang membuat kedua sejoli yang sedang berada di langit ketujuh itu sontak terdiam dan saling pandang. Tapi sedetik kemudian si pria memajukan wajahnya untuk mencium mulut si blonde tapi wanita itu menahannya. "Itu panggilan penting, aku harus mengangkatnya" ucapnya sambil melepaskan diri dan meraih selimut dan menutupi tubuh polosnya. Si pria hanya mendesah kecewa.

"Hai sayang i miss you so much, kenapa kau baru menghubungiku. Handphonemu selalu mailbox jadinya kau sangat susah dihubungi. Bibi juga bahkan tidak tau apa-apa, memangnya kau kemana saja sih hah? Kalau begini terus aku akan minta ke papa agar pernikahan kita dipercepat saja sehingga kau akan selalu ada di sisiku. Gimana menurutmu sayang hmm?" Ucapnya tanpa henti dengan nada manjanya membuat George mendesah dan memutar matanya jengah, sungguh dia sangat muak dengan suara itu.

"Kita harus bertemu sekarang, ada hal penting yang akan ku sampaikan" ucapnya singkat kemudian menutup panggilannya. Dia lalu mengetik sesuatu di handphonenya sebelum memasukkannya di saku celananya.

Setelah beberapa lama menunggu, George melihat seorang wanita blonde dengan dress selutut lengkap dengan highhill super tinggi berjalan gontai kearahnya. Wanita itu tersenyum manis tapi George hanya memasang wajah datar. Setelah mendekat, dia langsung merangkul lengan kekar George dengan posesif dan mendaratkan bibirnya kepipi George. " I really miss you honey". ucapnya manja. Sedangkan George hanya menatapnya tajam. Tapi seakan tidak peduli dengan sikap dingin George wanita itu semakin bergelayut di lengannya sambil merebahkan kepalanya di bahu George.

"Silvia, bisakah kau bersikap normal" Ucap George sambil melepaskan lengannya dari tangan Putri Silvia dan duduk. Dia juga segera memberikan kode kepada Putri Silvia yang masih berdiri dengan memasang wajah cemberut agar segera duduk. Dia pun akhirnya duduk. " Kenapa sih George, kau selalu saja bersikap dingin padaku? kita akan segera menikah dan aku sebentar lagi akan menjadi istri dari calon pewaris kerajaan britania raya, jadi belajarlah untuk lebih manis padaku". Ucapnya dengan mata berbinar sambil menyentuh tangan George yang berbulu. Sungguh wanita yang penuh halusinasi. Pikir George sambil menggeleng.

"Silvia, sebaiknya kau hentikan mimpimu itu. Dari awal kau tau dengan baik kalau aku sama sekali tidak pernah mencintaimu. Aku tidak bisa menikah denganmu." ucapnya serius. Putri Silvia terkejut bukan kepalang, wajahnya langsung memerah menahan amarah yang seketika membuncah. "Apa katamu George..!? kau tidak bisa menikahiku? lelucon macam apa ini hah..!!? ucapnya melotot, urat-urat lehernya sampai keluar. "Kau dengar dengan jelas apa maksudku Silvia dan kau harus menerimanya, mulai sekarang hubungan pertunangan kita berakhir sampai di sini". ucap George dengan nada datar. Wajah Putri Silvia menjadi semakin menghitam karena emosi, dia menggeleng tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Bisa-bisanya George mencampakkannya begitu saja, berani-beraninya dia mempermalukannya seperti ini. Bagaimana nasibnya kehormatannya kalau publik sampai tahu pertunangannya dengan Pangeran George putus, bagaimana bisa dia gagal menjadi the next queen of british. Tidak.. ini tidak boleh terjadi..hal ini tidak akan terjadi.

Dia kemudian bangkit perlahan dan mendekati George. Dia langsung terduduk tepat dihadapan kakinya lalu tersedu. Sontak George terkejut dengan tingkah aneh Putri Silvia, untungnya tempat mereka berada sekarang adalah ruangan privat sehingga tidak seorangpun yang melihat mereka.

"Apa yang kau lakukan, ayo bangkit dari situ." ucapnya sambil mengangkat bahu Putri Silvia dan membantunya berdiri. Putri Silvia langsung memeluk erat George sambil terisak. "George, kumohon kau jangan melakukan itu. Aku sangat mencintaimu, aku tidak bisa pisah denganmu sayang. Please..!" Dia memelas dengan penuh harap, air matanya mengalir deras membasahi pipinya. Matanya memerah. Tapi George tidak bergeming, dia sama sekali tidak terpengaruh dengan ratapan Putri Silvia, George malah terlihat geram mendengar ucapannya.

Dia melepaskan pelukan Putri Silvia dan menatapnya tajam. "Kau tidak usah berpura-pura Silvia, apa kau pikir aku tidak mengetahui semua perbuatanmu, hah? aku tau semuanya Silvia jadi kau jangan memancingku untuk membuktikan perbuatanmu itu..!" ucapnya geram.

Putri Silvia sontak terkejut, tangisnya berhenti seketika wajahnya menjadi pucat pasi. "Ap..apa maksudmu George. Apa yang aku lakukan. aku tidak mengerti" Ucapnya masih berusaha mengelak. George tersenyum sinis. "Kau masih berani mengelak rupanya, tapi sudahlah itu bukan urusanku lagi. Kau harusnya senang karena sudah leluasa berhubungan dengan Pangeran Philips." ucapnya sambil berlalu tapi dengan cepat Putri Silvia menahan langkahnya.

" George, ma..maafkan aku sayang, aku sama sekali tidak punya perasaan dengan pangeran Philips. Di..dia yang menggodaku dan ak..aku.." dia tidak dapat melanjutkan alasannya lagi karena George dengan kasar melepaskan genggaman tangan Putri Silvia. " Kau jangan berkata apapun lagi, satu hal yang pasti yaitu mulai sekarang kita tidak mempunyai hubungan apa-apa lagi, mengerti?" ucapnya tajam sebelum akhirnya meninggalkan Putri Silvia yang semakin tersedu meratapi kesialannya. "Aku tidak akan pernah menerima keputusanmu ini George, aku bersumpah kau akan menjadi milikku". Ucapnya seraya menghapus air matanya, sinar matanya berkilat penuh amarah.

Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa seminggu sudah berlalu. Semuanya berjalan normal, semenjak George dengan tanpa ragu mendisplay hubungannya didepan umum dan memutuskan pertunangannya dengan Putri Silvia, tidak pernah ada hal-hal yang mencurigakan terjadi. Semuanya tampak berjalan dengan baik sehingga baik George maupun Alesha, mereka tidak lagi canggung menunjukkan kemesraan mereka. Meskipun hanya sebatas jalan berdua dan bergandengan tangan, mereka berdua terlihat sangat bahagia dan menikmati masa-masa indah mereka.

Sore itu Alesha terlihat tersenyum sendiri sambil asyik memasak sesuatu di pantry apartemen George, dia sesekali bersenandung dan tidak menyadari kehadiran George yang sejak tadi menatapnya dengan senyum nakal. George kemudian diam-diam melangkah mendekati Alesha yang sedang fokus dengan masakannya.

Tiba-tiba Alesha merasakan sepasang tangan kekar merayap diperutnya yang kecil, dia tersentak beberapa saat sebelum kemudian kembali rileks. Bulu kudunya seketika berdiri ketika George dengan nakalnya menciumi tengkuknya yang putih mulus. "George hentikan, masakanku gosong nanti". ucapnya sambil berusaha lepas dari pelukan George. Tapi tentu saja usahanya itu tidak berhasil, George malah semakin membenamkan bibir basahnya dileher Alesha sehingga membuat gadis itu terpaksa menggigit bibir agar suara desahannya tidak keluar. Dan seakan sengaja ingin membuat Alesha terlena George lalu mematikan kompor yang sedang menyala dan membopong Alesha menuju kamar.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C34
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login