Charice di dalam kamarnya, ia tak habis pikir apa yang terjadi di hari ini. Ia menyadari jika semuanya mungkin adalah permainan, namun ia tak mengerti.
Ia ingin menyelamatkan kakaknya dari bahaya namun kakaknya tidak percaya padanya. Ditambah sekarang ini mungkin kakaknya tak akan mau mendengarnya lagi.
Dalam benaknya. Char, jangan menyerah... Ayolah, kau bisa membuat Yeonhee Eonni sadar jika ia seharusnya resign dari kantor Pak David.
Seseorang menelponnya.
Dia melihat jika panggilan teleponnya adalah Charles. Charice bergegas mengangkatnya.
"Ne, Oppa waeyo?"
"Charice... Kau tahu apa yang terjadi dengan Yeonhee?"
"Yeonhee kenapa?"
"Dia..."
"Dia kenapa Oppa?"
"Dia meminta pernikahan kami dinundur."
Charice kaget. "Apa?"
"Kau tahu sesuatu, apa yang membuatnya berubah pikiran?"
"A... Aku tidak tahu Oppa. Memangnya Eonni mau diundur sampai kapan pernikahannya?"
"Oppa juga belum tahu. Tapi dia sangat serius meminta Oppa mengundur hari pernikahan kami."
"Aku juga tidak tahu apa-apa Oppa."
"Apa mungkin karena masalah pekerjaan?"
"Saya benar-benar tidak tahu Oppa. Saya akan bantu cari tahu."
"Trimakasih ya Char!"
"Apaan sih Oppa... tidak perlu terimakasih!"
"a... Oppa banyak berhutang padamu."
"Aku juga, aku berhutang banyak pada Oppa. Keutno Oppa!"
"Keut!"
Charice menutup percakapannya.
Dalam benak Charice. Masalahnya benar-benar semakin runyam, bagaimana mungkin Yeonhee Eonni yang sangat mencintai Charl Oppa, tiba-tiba minta mengundur hari pernikahannya sendiri. Apa ini ada hubungannya dengan kejadian hari ini?
**
Yeonhee sedang makan siang bersama bosnya di sebuah kafe. Mereka membincangkan masalah pekerjaan.
Secara kebetulan, di kafe tersebut juga ada Junghyun.
Junghyun ingat jelas bagaimana penampilan David. Dan yang paling membuatnya yakin ialah ia bersama dengan Yeonhee. Kakak Charice yang menjadi sekretaris David.
Sementara Yonhee dan David sedang berbincang-bincang, David akhirnya mengemukakan keinginannya untuk menjual banyak asetnya yang ia dapat dengan jalan yang tidak benar kepada Yyeonhee.
"Apa? Saya tidak salah dengar kan Pak?"
"Iya Yeonhee benar..."
"Aset Bapak yang mana yang Bapak dengan jalan yang tidak benar?" Yeonhee bertanya dengan takut-takut.
"Ada.. Banyak!"
"La..lu...?"
"Saya ingin menyumbangkan uangnya diam-diam, saya percaya kepadamu agar tak membocorkannya kepada siapapun."
"Saya mengerti Pak, tentu saya akan menjaga rahasia Bapak."
Yeonhee membuka berkas dalam map biru yang dipegangnya dan mengecek saham dan aset milik David yang ingin dijualnya. Yeonhee terkejut. "Aset-aset Bapak yang mau dijual termasuk aset di Samkyung, maksudnya Mico? Perusahaan Mico ini kan milik ayah anda sendiri? Mana.. mungkin..."
"Iya memang ini milik ayah saya... namun saya telah mengekspansinya dengan cara yang salah, saya memerger Samkyung supaya menjadi bagian dari Mico dengan cara yang tidak benar. Saya mau mengakui sesuatu Yeon."
"A... Apa itu Pak?"
"Benar apa kata adikmu, saya bukanlah orang baik. Dia benar, saya sama sekali bukan orang baik." Mata David terlihat sendu.
"Maksud Bapak? Tolong... jangan pikirkan kata-kata adik saya..."
"Tidak Yeon... Dia benar."
"Bapak, saya masih tidak mengerti maksud anda."
"Yeonhee, saya... sengaja telah memanfaatkan keadaan ayah kamu. Saya telah menaruh mata-mata di Samkyung dan mengamati gerak-gerik ayah kamu, suruhan saya yang melaporkan korupsi yang dilakukan ayahmu."
Yeonhee terkejut mendengar pengakuan David. "Pak... Ini... tidak benar kan?"
"Saya berkata jujur Yeon. Saya mau minta maaf karena..."
"Pak, saya tidak akan membenci Bapak karena melaporkan kasus korupsi Ayah saya. Ia memang bersalah dan seharusnya ada yang melaporkan perbuatannya, sebagai anak tentu saya tidak ingin ayah saya terjeblos ke lubang yang lebih dalam."
David terkejut. Dalam benaknya. Bukankah kau juga yang menyewa pangacara terkenal dengan bayaran termahal sehingga membuat ayahmu bisa bebas?
"Yeon... jadi terserah kau saja, penilaianmu kepadaku seperti apa."
"Pak... Saya tetap tidak bisa bilang Bapak orang jahat. Bapak seorang bussinessman dan pasti punya ambisi yang luar biasa, itu sama sekali tidak salah. Saya senang jika Bapak kini ingin memulai cara bussiness baru yang jauh memang bersih."
Dalam benak Yeonee. Pak David lama-lama jadi terlalu cengeng dan melankolis. Lebay banget sampai mau jual-jualin asetnya dia yang dia pikir dapetinnya pake cara haram. Ya elah Pak, semua bussinessman juga gitu kali Pak. Kalo mau jadi orang yang 100 persen bersih ya jangan jadi bussinessman begini. Gimana ini, apa iya rencanaku gagal? Aku sudah memilih untuk mengundurkan pernikahanku dengan Charles Oppa demi bisa mendapatkan aset di Mico.
Yeonhee ternyata punya niat lain di perusahaannya bekerja sekarang, ia tak puas hanya menjadi sekretaris, ia ingin naik jabatan tentunya. Satu tujuannya, tidak lain dan tidak bukan adalah mengalahkan dan menandingi Jessica.
Sementara Junghyun di meja tempatnya makan masih dusuk disitu. Ia masih menunggu waktu yang tepat untuk menghampiri mereka
Ia hanya memperhatikan keduanya berbincang dari tempatnya yang cukup jauh. Ia memang tidak bisa menguping apapun perbincangan mereka, namun ia punya suatu rencana.
Junghyun melihat David bangun dari tempat duduknya. David menuju toilet.
Otomatis, Junghyun juga mengikuti David menuju toilet.
Setelah berada di toilet. Setelah keduanya selesai buang air kecil.
David melihat wajah Junghyun yang tidak saing baginya.
Junghyun menyapa. "Pak David masih ingat saya?"
"Tentu. Kau... ada hubungannya dengan Charice?" tanya David ragu-ragu.
"Menurut Bapak?" Junghyun memasang wajahnya dan sikapnya yang cool. "Oh iya perkenalkan nama saya Kim Junghyun." Dia mengulurkan tangannya.
David tidak membalasnya.
"Tenang saja, Pak. Saya sudah cuci tangan jadi jangan takut jika masih ada kotoran yang nempel di tangan saya!"
"Saya tidak takut menjabat tangan kamu karena kotor, tapi saya takut tidak bisa membalikkan tangan saya ketika menjabat tangan kamu." David menatap sinis.
"Waw... Sepertinya first impression saya waktu itu sangat tidak baik ya di mata Bapak?!" Junghyun balas tersenyum sinis.
"Kau... mau apa menghampiriku, tidak usah banyak basa-basi!"
"Saya hanya mau bilang ke Bapak, jangan coba-coba ganggu hidup ChARICE LAGI!"
"Kau siapanya memang?"
"Saya adalah temannya dan dia sudah menganggap saya sebagai kakanya sendiri."
"Char punya banyak kakak-kakak-an ya!"
Junghyun tersenyum sinis. "Charice itu cantik, baik, pintar... Cowok mana yang tidak mau melindunginya dari orang jahat, apalagi orang jahat seperti anda?!"
David melirik name card Junghyun, dimana tertulis jika ia adalah detektif dari sebuah lembaga kemanusiaan. "Kau detektif? Kerja detektif menguntil orang seperti ini ya?!"
"Saya tidak pernah bermaksud mengikuti Bapak. Ini hanya kebetulan saja kita bertemu disini."
"Dengar ya anak muda, sebaiknya jangan ikut campur masalah orang apabila tidak tahu apa-apa!"
"Saya memang tidak tahu?! Tempo hari Bapak datang ke kantor Dismass pasti karena mencari Charice kan?"
"Itu bukan urusanmu!"
"Saya peringatkan jika Charice tidak punya rasa apapun kepada Bapak sehingga Bapak jangan pernah mendekatinya lagi!"
"Kau jangan sok tahu ya! Mungkin kini perasaannya sudah mulai memudar kepada saya, tapi saya yakin bisa mengembalikan rasa itu. Yang lalu, saya bisa membuatnya jatuh cinta kepada saya, untuk kedua kalinya, kenapa tidak?"
Junghyun tersenyum sinis. "Pak, jangan geer ya! Jadi Bapak pikir selama ini Charice benar-benar mencintai Bapak?"
"Maksud kamu?"
Junghyun mengeluarkan smartphonenya. "Ada yang saya mau saya tunjukan ke Bapak! Dengar ini baik-baik!"
David tak mengerti. Ia pun mendengar suatu rekaman percakapan.
Mendengar orang yang berbicara dari rekaman tersebut, David tahu persis siapa yang bicara.
Tiba-tiba wajahnya berubah sendu. Hatinya kembali terbolak-balik, perasaannya bercampur-aduk, tak bisa dideskripsikan.
**