Download App
83.33% Maria Oza Wa

Chapter 5: BAB 4

Happy reading.

***

Maria berjalan cepat menuju ruangan kakek Sugiono. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu ia langsung masuk begitu saja.

Brakkk.

Pintu tertutup dengan keras.

"Maria! Bikin kaget saja kamu," tegur kakek Sugiono sambil memegang dadanya. Maklum efek U jadi kalau mendengar suara keras sedikit saja langsung ngap-ngapan. Untung enggak sampai jantungan.

"Kakek, saya mau protes."

"Protes kenapa?"

"Kenapa Ferguso di ganti, padahal aku sama dia sudah ada cemistri."

"Sebenarnya Kakek juga nggak mau ganti. tapi, si Miyabi ngamuk-ngamuk. Pokoknya suaminya nggak boleh melakukan pemotretan berpasangan, harus main solo."

"Istrinya gitu amat sih?"

"Nggak usah heran. Jangankan kamu. Kucing saja di labrak sama Miyabi."

"Kok bisa?"

"Gara-gara kucingnya di elus-elus sama Ferguso, trus bunting deh."

"Heeehhh!!! Bisa ya di elus doang jadi bunting."

"Bisalah, kamu mau coba?" kakek Sugiono menaik turunkan alisnya seolah menawarkan diri.

Maria meringis najis.

"Makasih Kek, saya masih waras."

"Maksud kamu, yang mau sama kakek orang nggak waras gitu? Kurang ajar kamu ya, saya kutuk impoten tau rasa kau."

"Saya perempuan Kek, mana bisa impoten. Kakek itu yang nyebelin. Saya kutuk ejakulas dini tahu rasa kau Kek. Lagian ngapain kakek bahas cerita Impoten di lapak sebelah, otornya itu tukang php. Jangan di tungguin. Updatenya lama."

"Banyak alasan kamu ya, semakin lama semakin berani."

"Kalau saya pemalu, saya nggak bisa jadi model. Tapi rebahan sambil nonton film azab."

"Aish ... kenapa enggak nonton prangk aja. Lagi musim artis bikin prangk. Atau main tik tok." Sugiono memberi ide.

"Apa asiknya sih kek ngerjain orang. Elah, yang ngerjain seneng. Yang dikerjain kasihan. Mending main uler." Sebagai penggemar berat ulet yang tidak berbulu. Maria ikut kecanduan juga.

"Nah itu juga bagus. apalagi kalau mainin ulerku. Lebih besar dan panjang."

"Najisss, inget umur kek."

"Kenyataannya begitu. Lihat sudah 2 ton." Sugiono menunjukkan game di ponselnya.

"Eh ... ternyata beneran besar dan panjang. Sampai sesek begitu. Sebentar lagi pasti meledak itu kek."

"Jangan dongk. Kurang lama, ini masih bisa lebih gede lagi. Aku baru akan puas kalau sudah aku makan bersih."

"Gak kebayang kalau nambah gede lagi. Pasti enggak muat kek." Maria memperhatikan ketika ulet sang kakek masih muter-muter nyari makan.

"Kalau sudah enggak muat ya paling mentok trus meledak. Tak pe, yang penting sudah puas." Benar saja tidak berapa lama kemudian ulet tanpa bulu milik Sugiono meledak karena sudah tidak kuat.

"Sudah sih Kek, malah bahas yang lain. Hasil foto-foto aku yang kemarin bagaimana? yang sama Ferguso itu?"

"Kalau yang kemarin ya tetap di pakai, cuma sekarang kamu ganti pasangan saja. Tenang, konsepnya masih sama kok."

"Tapi..."

"Sudah, sana balik ke studio."

"Kek, modelnya jangan dia, ganti saja ya." bujuk Maria.

"Kenapa sama dia?"

"Ih, Kakek. Masak Maria habis berpasangan sama Ferguso yang ganteng, gagah, atletis, roti sobek, pelukable. Sekarang pasangannya, pak Tarno."

"Levelnya turun drastis." Maria menghentakkan kakinya kesal.

"Memang kenapa sama pak Tarno? Dia keren dan tidak kalah terkenal dari pada Ferguso."

"Tapi mukanya dekil, item, macem bowo."

"Nanti di bikin putih di kamera."

"Kek, ganti deh. Seenggaknya dari Ferguso, ganti jadi Fransisco Lacowsky atau Fernando tores. Masak pak Tarno." Maria memasang wajah kesal tapi imutnya.

"Kamu tahu nggak sih? Pak Tarno itu artis paling atas dari artis papan atas sekalipun. Bersyukurlah kau bisa berpasangan sama dia."

"Mana ada artis yang melebihi artis papan atas."

"Ada kok. Artis papan, alias Plafon."

"Ishhh. Emang pak Tarno tukang bangunan apa."

"Sekarang sih nggak, tapi dulu iya."

"Kekkk, ganti ya modelnya. Aku nangis nih." Rengek Maria sambil ngesot di lantai.

Kakek Sugiono menghela nafas pasrah. Bagaimanapun Maria itu model kesayangannya jadi mana tega dia bikin Maria gelimpungan di lantai begitu.

Tapi kalau gelimpungan di tambah tepung trus digoreng enak kali ya.

Ish ... kenapa Sugiono malah membayangkan cumi goreng.

"Baiklah. Nanti kakek ganti. Tapi, khusus hari ini sama pak Tarno dulu ya, please."

Maria masih cemberut.

"Nanti kakek beliin bakso bakar deh. Mau ya?"

Maria berdiri tapi wajahnya masih di tekuk.

"Atau mau tahu bulet? yang di goreng dadakan?" Maria langsung mengangguk senang.

"Ya sudah nanti kakek belikan tahu bulet, bonus cireng sama cabe rawitnya. Sekarang kembali ke studio ya."

"Iya Kek," ucap Maria setengah senang karena di belikan tahu bulat tapi juga setengah sedih karena harus berpasangan dengan pak Tarno.

Nasib-nasib. Mau gelendotan sama cowok cakep susah amat ya.

Kapan maria nggak Jombelo lagi?

Ah, Maria jadi kangen sama Oza.

Apakah Oza masih dingin karena menjaga stand ice crime.

***

TBC.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C5
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login