Download App

Chapter 2: Senjata

Kami bertujuh di kawal ke sebuah ruangan berbeda. Saat sedang berjalan aku mencium bau makanan yang benar-benar harum.

"Aroma apa ini?" tanya Izumi. "Itu membuatku lapar."

Seorang ksatria yang memakai sebuah baju zirah berwarna emas dengan bergambar sebuah singa emas yang sedang memegang pedang membukakan pintu. Di dalam ruangan itu ada berbagai macam makanan. Daging, sayuran, buah-buahan, dan bermacam-macam minuman.

"Tuan Pahlawan, kami harap makanan ini dapat memuaskan lapar dan dahaga anda." Seorang maid berambut perak datang lalu berlutut di depan kami.

Jujur saja itu membuatku takut.

Kelompok Samejima, Izumi dan Yonaka pun mulai makan. Aku hanya berdiri di sudut ruangan sambil memikirkan ini semua.

Dilihat darimana pun ini aneh. Meskipun dalam novel-novel fantasi, protagonisnya selalu senang saat dipindahkan ke dunia lain, aku tidak merasa begitu.

Sebagai seorang otaku, aku juga harusnya merasa senang. Bagaimanapun, Ini impian setiap otaku. Sebaliknya, aku malah merasa takut, bingung dan khawatir.

"Shinnichi-kun, apakah kamu tidak makan?" Tanya Yonaka

Dia membawa sebuah piring yang berbagai macam kue.

"Tidak, aku tidak merasa lapar."

"Begitu ya?" Dia berdiri di sampingku.

"Apakah kamu baik-baik saja?"

"Maksudmu?"

"Sejak kita dipindahkan ke sini, kamu benar-benar diam, Shinnichi-kun."

"Itu alami kan? Siapa yang tidak terpukul dengan kenyataan ini?"

"Benar juga sih." Katanya. "Yah, pokoknya jangan terlalu murung."

"Aku tahu."

"Shinnichi!! Ayo makan!!" Seru Izumi.

Aku tersenyum kecil. Dia benar-benar tidak tahu malu.

Aku hanya tersenyum lalu melambaikan tanganku. Yah, paling tidak Yonaka dan Izumi bersenang-senang.

      ❂❂❂❂❂❂      

Setelah makan kami diantar ke ruangan yang berbeda. Kali ini, kami ditempatkan di sebuah aula yang besar. Ada banyak lukisan yang tergantung. Jendela besar dengan tirai berwarna emas. Sebuah meja dan tiga buah sofa mewah berwarna cokelat.

Tak lama kemudian, pria tua itu datang.

"Maaf karena sudah menunggu." Katanya. "Namaku adalah Albert Throst Victoria Ainsworth III. Aku adalah raja dari kerajaan Victoria ini."

Samejima langsung berdiri. "Tak apa yang Mulia." Dia menundukkan kepalanya. "Seperti yang anda katakan, kami adalah pahlawan yang dikirim oleh Dewi Aqrina. Nama saya Jinba Samejima."

"Perkenalkan yang Mulia, nama saya Kojima Himekaze."

"Yang Mulia, nama saya Makoto Sakuragi."

"Perkenalkan yang Mulia raja Albert, saya Fumesaki Erina."

"Hoho, betapa sopannya." Raja Albert menyisir janggutnya yang lebat.

Dia mengalihkan pandangannya ke arah kami bertiga.

"Perkenalkan yang Mulia, nama saya Mikazuki Yonaka."

"Yang Mulia, perkenalkan, nama saya Akihito Izumi."

"A-ah! Pe-perkenalkan yang Mulia, nama s-saya Kurobane Shinnichi."

Untuk sekilas kurasa aku melihat raja Albert menatapku dengan tajam. Tapi, kurasa itu hanya imajinasiku.

"M-maaf, a-apakah a-aku boleh bertanya?" Tanyaku.

"Sebelum itu, biarkan aku memberikan penjelasan singkat tentang Zelfria."

Raja Albert pun mulai menjelaskan.

Zelfria terbentuk sekitar 7000 tahun yang lalu oleh sebuah kekuatan misterius.

Tampaknya Dunia ini mempunyai empat benua besar dan beberapa benua kecil. Ada berbagai macam ras selain manusia di dunia ini. Ras terbanyak adalah Manusia, Elf, Beast-kin, demon-kin, dan Dwarf. Ada juga ras lain seperti Dragon-kin, Pixie, dan Gemsters, namun mereka jarang dilihat.

Benua yang pertama terletak di sebelah utara. Benua yang kami tempati saat ini, Panzia. Mayoritas penduduk Panzia adalah manusia. Benua Panzia mempunyai tiga kerajaan besar. Kerajaan Victoria, kerajaan Eltron dan kerajaan Triste.

Benua yang kedua adalah Ronzi di timur. Ronzi adalah benua milik Beast-kin dan Elf. Ada dua kerajaan besar disana. Kerajaan Birre dan kerajaan Elfria.

Benua barat, Farni. Benua ini dihuni oleh ras Dwarf. Ada dua kekaisaran disana. Kekaisaran Frille dan kekaisaran Brum. Kedua kekaisaran ini terkenal karena menjadi pemroduksi senjata nomor satu di dunia.

Dan yang terakhir, benua Grimer. Benua yang dihuni oleh ras paling misterius dan yang paling dibenci di dunia, Demon-kin. Demon-kin atau Ras iblis dibenci karena adanya raja Iblis yang dikatakan membawa petaka pada dunia di zaman dulu. Selain itu, tidak ada informasi lebih lanjut tentang benua Grimer.

"Begitulah penjelasan singkat tentang dunia ini," katanya. "Mungkin kalian sudah tahu ini, tapi raja Iblis akan kembali bangkit."

"Kami mengetahuinya," kata Erina. "Itulah alasan kami dipanggil."

"Untuk mengalahkan raja Iblis," sambung Samejima.

"Kami benar-benar berterima kasih." Raja Albert menundukkan kepalanya.

"Tolong angkat kepala anda, kami hanya membantu kalian."

"M-maaf...." Aku memberanikan diri untuk bertanya lagi. Sontak, seluruh mata menatapku. "A-apakah kami bisa kembali?"

Seketika, suasananya menjadi berat.

Semua orang selain Izumi dan Yonaka, menatapku tajam. Aku menelan ludah, mencoba agar tidak terlihat gugup.

"..., Sayangnya, pengetahuan untuk mengembalikan pahlawan yang dipanggil itu belum kami dapatkan."

"M-maksud anda, setelah kami mendapatkan pengetahuan itu, kami bisa kembali ke dunia asal kami?" Yonaka juga ikut bertanya.

"Benar, itu maksudku."

"Lalu, dimana letak pengetahuan itu?" Gantian Izumi yang bertanya.

"Sayangnya, lokasi tempat pengetahuan itu ada di benua Grimer," katanya dengan nada menyesal.

"Tidak mungkin...." kataku.

"Tidak apa-apa Shinnichi-kun!" Yonaka menghiburku. "Setelah kita mengalahkan raja Iblis, kita bisa mencari cara untuk pulang."

"Benar, kita bisa membantu dunia ini sekaligus mencari cara untuk pulang. Sekali lempar dua burung kena," timpal Izumi.

Benar juga. Kita sedang di dunia lain, ini mimpi semua otaku. Aku harus menjalaninya dengan sepenuh hati.

"..., baiklah, aku akan membantu."

"Baguslah kalau begitu." Raja Albert tertawa senang. "Kami akan melatih kalian terlebih dahulu agar bisa mengalahkan musuh-musuh kalian."

"Tolong tunggu, Jenderal terbaik kami akan datang sebentar lagi."

"Baik, terima kasih atas bantuannya," ucap Samejima.

Raja Albert hanya mengangguk lalu beranjak pergi. Untuk suatu alasan, aku merasa tidak nyaman saat berada dekat dengannya.

"Oi, sampah." Samejima menghadapku saat raja Albert pergi. "Kenapa kau bertanya itu?! Hah?!"

"I-itu... A-aku hanya ingin pulang." Kataku.

"Cih, pengecut! Untuk apa kau kembali lagi?! Dasar rendahan!"

Untuk apa? Aku mempunyai orang-orang yang kusayangi disana. Orang-orang yang benar-benar penting bagiku. Bukankah itu normal untuk pulang?

"Palingan kau hanya khawatir dengan tidak bisa menonton anime sampah itu lagi kan? Menjijikkan." Ejek Himekaze.

"Hei, jangan mengejek Shinnichi! Itu normal jika dia ingin pulang!" Izumi membelaku.

"Benar! Kami juga mempunyai keluarga di sana!" tambah Yonaka.

Samejima menatap Yonaka lalu membalikkan badan. "Cih, terserah kalian sajalah. Jangan menghalangi kami!"

Dia duduk kembali di sofa bersama dengan kelompoknya. Wajahnya menunjukkan ketidakpuasan.

Tak lama kemudian, pintu ruangan terbuka. Seorang pria yang memakai zirah lempeng penuh berwarna biru-emas memasukinya ruangan. Dia berambut pirang dan bermata biru, wajahnya menunjukkan bahwa dia sudah berpengalaman dalam medan perang.

"Tuan Pahlawan sekalian, perkenalkan, nama saya Gregory Isaac, Jenderal besar kerajaan Victoria. Saya akan melatih kalian agar bisa mengalahkan raja Iblis," katanya sambil membungkukkan tubuhnya.

      ❂❂❂❂❂❂      

"Pertama-tama, pilihlah senjata kalian."

Gregory membawa kami ke ruang senjata kerajaan. Terdapat berbagai macam senjata disini. Pedang, tombak, gauntlet, panah, tongkat sihir dan masih banyak lagi.

"Jadi, kami bebas memilih senjata apa pun?" tanya Erina.

"Tentu saja, semua senjata di sini adalah senjata terkuat buatan blacksmith terhebat kerajaan," jelasnya. "Jadi, silahkan pilih sesuai selera kalian."

Setelah Gregory mengatakan itu, kami semua langsung mencari senjata pilihan Kami.

Aku mencarinya bersama dengan Izumi dan Yonaka. Senjata disini benar-benar besar dan terlihat kuat.

"Shinnichi-kun, senjata apa yang kamu inginkan?" tanya Yonaka.

"Entahlah, bagaimana denganmu? Izumi-kun?"

"Aku? Tentu saja gauntlet!" jawab Izumi sambil mengepalkan tangannya.

Sarung tangan besi ya? Benar juga, Izumi kan masuk klub judo. Keahlian bela diri tangan kosong Izumi tidak tertandingi lagi.

"Yonaka-chan, bagaimana denganmu?" tanyaku.

"Kurasa aku akan memilih panah," katanya sambil tersenyum.

"Oh, benar! Yonaka-chan ikut klub memanah ya," kataku. "Kamu pasti hebat."

"Ahaha, aku tidak sehebat itu kok."

Aku hanya tersenyum lalu menatap ke bawah. Bagaimana denganku? Aku tidak mempunyai keahlian khusus. Aku hanya ikut klub 'pergi ke rumah'. Kurasa, aku akan memilihnya nanti.

"Oh! Gauntlet ini benar-benar keren!" seru Izumi.

Dia mengangkat sepasang gauntlet berwarna merah gelap yang ditemukannya. Dia langsung memakainya.

"Ini ringan! Saking ringannya, seakan-akan aku tidak memakai apa pun."

Dia memukulkan kedua tangannya ke satu sama lain.

Tengg!!

Bunyi besi bergema di ruangan. Izumi tersenyum senang.

""Keren!!""

Kami berdua menatapnya dengan kagum. Izumi menggaruk pipinya dengan malu.

"Sudahlah, kalian membuatku tersipu," katanya.

"Tapi, benar kok! Izumi-kun benar-benar keren!" Yonaka mendekati Izumi yang merah.

Aku hanya tersenyum melihat adegan itu. Benar-benar deh, jadian saja sana.

Aku membalikkan tubuh untuk mencari sebuah senjata lalu berhenti di depan sebuah benda mengkilat yang terpajang diatas dinding.

"Yonaka-chan, coba lihat ini."

Sebuah busur panah yang terbuat dari kayu berornamen emas. Ini sempurna untuk Yonaka.

"Wah! Busur ini benar-benar indah!" Yonaka langsung mengambilnya. Dia mencoba untuk membidik. "Ini juga mudah digunakan."

"Bagus untukmu," kataku tersenyum senang.

Aku menoleh ke pintu ruangan. Samejima dan yang lain sudah berdiri di sana sambil memamerkan senjata pilihan mereka.

"Ayo, kita harus berkumpul," ajakku.

"Eh? Tapi, kau belum memilih senjatamu," kata Izumi khawatir.

"Sudahlah, mungkin setelah berkumpul aku akan mendapatkan senjataku."

"Oh..., baiklah kalau begitu."

                          ❂❂❂❂❂❂

"Baiklah, semuanya sudah berkumpul?" tanya Gregory.

Dia menatap kami lalu pandangannya jatuh kepadaku. "Tuan Pahlawan, mana senjatamu?"

"O-oh, itu a-aku belum menemukan senjata yang cocok...." kataku pelan.

"Begitu ya?" katanya sambil memegang dagunya. "Baiklah, mungkin setelah latihan nanti anda dapat menemukan senjata yang cocok."

"I-iya, semoga begitu," kataku.

"Baik, karena semuanya sudah berkumpul mari Kita lihat senjata pilihan kalian."

Dia mendekati Izumi.

"Oh! Anda memegang Helvede! Luar biasa!" Katanya. "Siapa 'kah nama Anda?"

"Akihito Izumi." Jawab Izumi.

"Baiklah Izumi-dono, di katakan bahwa hanya orang terkuat yang bisa memakai gauntlet berelemen api ini. Orang yang benar-benar menguasainya bisa menghanguskan satu pasukan hanya dengan satu pukulan."

"K-kuatnya!" seru Izumi tidak percaya.

Dia menatap gauntletnya dengan kagum.

"Selanjutnya, anda. Tolong sebutkan nama anda." Dia menunjuk Marina.

"Namaku Fumesaki Marina." Marina maju ke depan satu langkah.

"Marina-dono ya?" Gregory menatap buku yang dibawanya.

Sebuah buku tebal berwarna emas dengan lingkaran senada mirip matahari di atas sampulnya. Ada sebuah berlian hijau di tengah-tengah lingkaran itu.

"Oh! Sibylline! Dikatakan bahwa pemegang buku sihir ini bisa menjadi Cleric terhebat di seluruh benua, menyembuhkan berbagai macam penyakit dan konon, ada roh yang mendiami buku itu. Siapa saja yang bisa berteman dengan roh itu akan mempunyai kekuatan untuk menghidupkan orang yang sudah meninggal."

Cleric? Maksudnya penyembuh? Jadi di dunia ini ada kelas seperti di game RPG ya?

Jika itu benar maka Izumi adalah Warrior yang berspesialisasi dalam pertempuran jarak dekat dan Yonaka adalah Ranger yang bagus dalam pertempuran jarak jauh.

Aku penasaran, apakah ada kelas lain di dunia ini?

"Baik, aku selanjutnya." Sakuragi melangkah ke depan Gregory.

Dia menunjukkan sebuah pisau berwarna hitam dengan garis-garis berwarna hijau kebiru-biruan.

"Menarik, ternyata anda memilih Carnwennan ya... emm...,"

"Makoto Sakuragi."

"Sakuragi-dono. Dikisahkan bahwa pisau ini dulunya dimiliki oleh seorang pembunuh terhebat di kerajaan Victoria, Jade Hunter. Dia mampu memotong 100 orang menjadi dua dalam empat detik saat menggunakan pisau ini"

"Sekuat itu 'kah pisau ini?" Tanyanya sambil menatap kagum pisau berukuran sekitar 45 cm itu.

Bukan, peralatan sehebat apapun tidak berarti jika penggunanya tidak mempunyai kemampuan yang memadai.

Tapi, Assassin ya? Tipe penyerang yang mengkhususkan diri dalam kamuflase dan kecepatan. Biasanya, Assassin akan membunuh targetnya sebelum targetnya itu sadar bahwa dia sudah dibunuh.

"Baiklah, sekarang giliran anda." Dia menunjuk Himekaze.

"Perkenalkan nama saya Kojima Himekaze." Katanya sambil menundukkan kepalanya. "Saya memilih ini."

"Luar biasa! Ini adalah rapier legendaris, Veter!" Kata Gregory kagum. "Legenda mengatakan bahwa jika dikuasai, pedang ini dapat menembus kulit zirah seekor raja Naga Tanah!"

Rapier, sebuah pedang yang ditujukan untuk menusuk musuh daripada memotongnya. Rapier yang dipegang Himekaze berukuran sekitar 90 cm dengan cabang emas di gagangnya untuk melindungi tangan pengguna.

"Lalu selanjutnya," Dia menatap Yonaka yang berdiri di sampingku. Dia tertegun selama beberapa saat. "Anda, nona muda. Siapa nama anda?"

"Eh? Aku? Namaku Mikazuki Yonaka."

"Yonaka-dono, apakah anda tahu busur yang anda pegang itu?"

"Tidak," Jawab Yonaka polos. "Apakah ini kuat?"

"Kuat? Tidak, busur itu bahkan melewati kata kuat. Nama busur itu adalah Lux Aurea. Terbuat dari kayu Pohon kehidupan, Életfa, busur itu bisa menembakkan anak panah yang terbuat dari mana si pengguna. Ada sebuah cerita yang mengatakan bahwa Lux Aurea tidak pernah meleset, itu pasti mengenai target yang dituju, tidak peduli arah mana anda membidiknya."

Aku melipat tanganku lalu menutup mata. Jadi, selain kelas, dunia ini juga mempunyai mana atau kekuatan sihir.

Menurut novel-novel yang kubaca, Mana adalah inti dari kehidupan yang mengalir di seluruh alam. Mana juga diperlukan untuk memakai sihir.

"T-tidak mungkin!" Seruan Gregory mengagetkanku.

Dia berdiri dengan kaki yang gemetaran. "Pe-pedang itu sudah menghilang selama beratus-ratus tahun!"

Gregory langsung berlutut di depan Samejima.

"I-itu pedang legendaris..., Durandal!" serunya. "Pedang itu adalah pedang yang digunakan oleh pahlawan pertama yang mengalahkan raja Iblis pertama. Roh pahlawan pertama bersemayam di dalamnya jadi orang yang memegangnya pasti tidak terkalahkan!"

Aku menatap Samejima yang sedang memegang pedang berwarna biru dengan gerigi di gagangnya. Panjangnya sekitar 120 cm.

"A-Anda! siapa kah anda?"

"Aku? Aku hanya seorang murid SMA biasa, Jinba Samejima," katanya dengan rendah hati. Benar-benar berbeda dengan sifatnya yang asli.

"B-baiklah, Samejima-sama."

Entah kenapa, dia lebih menghormati Samejima. Apakah karena pedang itu?

"Ahem... Sekarang, mari kita ke lapangan tempur untuk berlatih."

                           ❂❂❂❂❂❂

"Baik, sekarang saya akan memeriksa status kalian."

"Eh? Di sini ada status? Seperti dalam game?" tanya Izumi.

"Meskipun saya tidak tahu apa itu geem, tapi itu benar. Setiap makhluk hidup di dunia ini mempunyai status."

"Lalu, bagaimana cara kita melihatnya?" tanya Sakuragi.

"Itu mudah, kalian hanya perlu ini." Gregory mengeluarkan tujuh buah kartu berwarna putih. "Ini adalah status card. Kalian bisa melihat status kalian menggunakan ini."

"Caranya adalah meneteskan darah kalian di atas kartu ini." Gregory mengeluarkan sebuah pisau kecil.

Dia membagikan kartu itu. Meneteskan darah? Bukankah itu agak klise?

"Shinnichi-kun, ini." Izumi memberiku sebuah pisau kecil.

"Ah, terimakasih." Aku menerima pisau itu sambil tersenyum pahit.

Dengan menahan sakit, aku mengiris sedikit jari telunjukku. Cara yang menyakitkan memang.

Setelah darahnya keluar, aku langsung meneteskannya ke atas kartu. Di atas kartu itu, darahku diserap lalu kartu itu menghitam.

"Mungkin butuh beberapa saat agar kartu itu mengetahui status kalian, jadi tolong bersabar."

"Oh! Sudah muncul!"

"Aku juga!"

"Iya, beneran muncul!"

"Jadi ini statusku ya?"

Kelompok Samejima berseru dengan girang.

"Izumi-kun, Yonaka-chan apakah status kalian sudah muncul?"

"Belum, ini masih samar."

"Aku juga."

"Begitu ya?"

Aku menatap kartu hitam di tanganku. Sepertinya ini agak lama. Aku sebenarnya bersemangat untuk melihat statusku. Mungkin aku mendapatkan sebuah skill cheat atau status yang luar biasa kuat.

"Oh, sudah muncul!"

"Aku juga!"

Kira-kira apa ya? Skill untuk menciptakan sesuatu?

"Baik, kumpulkan kartu itu padaku."

Gelar unik? Seperti [Black Flame]. Yah, gelar seperti itu tidak mungkin sih

"Shinnichi-kun, kumpulkan kartumu." Yonaka mengambil kartuku lalu memberikannya ke Gregory.

"Ah, aku belum melihatnya," kataku.

"Be-benarkah?? M-maafkan aku!"  Yonaka menundukkan kepalanya.

"Tidak apa-apa kok, lagian sebentar lagi kita akan melihatnya."

"Te-tetap saja...."

"Baiklah, semuanya berkumpul. Aku akan memperlihatkan kartu kalian," kata Gregory, menyela Yonaka.

"Sebelum saya memperlihatkan status kalian, Saya akan memperlihatkan statusku sendiri."

Gregory mengeluarkan kartu statusnya lalu memperlihatkannya pada kami.

『  Nama  : Gregory Isaac

     Level  : 75

    Ras      : Manusia

     Class  : Knight

     HP       : 1900/1900(+225)

     MP       : 220/220

     Def      : 1200

     Agi      : 400

    Atk      : 2300

     Int       : 120

 

Skill

[Slash lvl.7] [Shield bash. Lvl.7] [Knight Howl lvl.7] [Heavy Hit lvl.8] [Pain resistance lvl.7] [Defensive Stance lvl.9] [Iron Fist lvl.9] [Strong Will lvl.6]

Gelar     

[Knight of Victoria] [The Strong Willed] [Sword Master] [Iron Knight] 』

"Status yang luar biasa, Gregory-san!" puji Samejima.

"Ah, ini bukan apa-apa." Gregory tersenyum senang. "Oh iya, untuk informasi, orang normal di dunia ini statusnya rata-rata berjumlah 600."

Enam ratus? Aku melihat status Gregory lalu tercengang. Statusnya benar-benar tinggi! Statusnya sekitar 6.400, itu lebih dari 10 kali lipat orang biasa dunia ini. Benar-benar Op! Apakah statusku juga seperti itu?

         ✾✾✾✾

Di lorong kerajaan, Albert sedang berjalan sambil di kawal dua orang ksatria. Wajahnya menunjukkan ekspresi yang puas.

"Yang Mulia." Seorang pria yang tidak berambut datang lalu berlutut di depan Albert.

"Oh, Charles ya? Angkat kepalamu," perintahnya.

"Baik yang Mulia." Pria itu, Charles berdiri. Dia adalah Perdana Menteri kerajaan Victoria, tangan kanan Albert dalam memerintah kerajaan.

Setelah Charles berdiri, Albert menyuruh ksatrianya untuk pergi.

"Bagaimana para Pahlawan, menurut anda?" Charles bertanya saat ia sendirian bersama Albert.

"Hmph, mereka hanya anak-anak ingusan yang terlalu bersemangat. Dengan ini kita bisa merebut wilayah Iblis hina itu dengan mudah," kata Albert sambil tersenyum lebar. "Tapi, ada satu anak yang bisa memakai otaknya. Dia perlu diawasi."

"Mohon maaf yang Mulia, bisakah anda memberikan gambaran anak itu?"

"Anak laki-laki berambut hitam. Dia yang paling kecil diantara mereka."

"Baik, yang Mulia. saya akan memerintahkan Assassin terbaik milik kerajaan untuk mengawasinya."

"Baguslah kalau begitu."

"Kalau begitu, saya mengundurkan diri dari hadapan anda." Charles berlutut lalu pergi ke arah yang berlawanan dengan Albert.

Setelah Charles pergi, Albert langsung tertawa keras.

Sebentar lagi, seluruh dunia ini akan tunduk pada kehebatan Aqrina-sama! Luar biasa! Benar-benar luar biasa!


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login