Download App

Chapter 11: Part 11

__Yoona baru saja terbangun dari tidurnya. Kini ia tengah memandangi langit kamar itu yang tanpa sadar kembali memikirkan kejadian sehari yang lalu. Dimana dirinya hampir saja terjun ke jurang. Yoona menghela nafas dengan lega. Jika saja Sehun tidak datang, mungkin hal buruk akan terjadi padanya. Tiba-tiba saja keningnya mengerut. Ia menyadari sesuatu. Seseorang sedang menggenggam tangannya. Tentu ia langsung terduduk.

__Berbataskan sebuah bantal, Sehun tidur disamping Yoona dengan tangannya yang terus menggenggam tangan Yoona. Mungkin tidak ingin Yoona kabur seperti kemarin. Tentu genggaman tangannya membuat Yoona merasa tak nyaman. Yoona lepaskan tangannya dari genggaman itu, aksinya malah membangunkan Sehun.

__"Oo? Kau sudah bangun? Kenapa tidak membangunkanku?" kata Sehun sembari mengucek pelan matanya.

__Mulutnya yang sedang menguap berhenti diakhir tugasnya. Karena ia baru menyadari itu, tangannya masih menggenggam tangan Yoona. Sehun reflek terduduk dan otomatis genggaman tangan itu sudah terlepas.

__"Mmm.. Ini.. Aku tidak bermaksud—"

__"Kalian sudah bangun? Kemarilah!" panggil si nenek dari arah dapur.

--

--

--

__ "Kau sudah merasa baikan? Tadi malam kau demam lagi." Yoona benar-benar tak menyadari itu jika si nenek tak memberitahunya.

__"Habiskan sup ini. Aku mencapurkan gingseng kedalamnya." Sambung nenek itu.

__"Kau pasti kelelahan setelah menjaganya semalaman. Kau boleh menghabiskan ayamnya." Sehun tersenyum lebar dengan paha ayam yang masih berada didalam mulutnya.

__"Thank you imnida!"

__"Jangan menatapku terus. Habiskan makananmu!" ujarnya seraya mendorong wajah Yoona.

__"Jadi, kalian akan kembali ke Seoul pagi ini juga?" tanya nenek setelah dilihatnya Yoona yang mulai menyantap santapannya.

__"Hmm. Lagi pula kami sudah sangat merepotkanmu."

__Dengan mulut penuh makanan, Sehun genggam tangan nenek itu. "Halmoni, kami benar-benar berterimakasih padamu." Diliriknya Yoona yang tampak santai dengan santapannya. Ia sikut lengan Yoona.

__"Yak, katakan sesuatu!" bisiknya.

__"Khamsahamnida.." gadis kaku seperti Yoona hanya mampu mengatakan kata itu.

__"Hanya itu? Dia sudah menjagamu dengan susah payah! Katakan lagi! Yang lain!" bisik Sehun dengan geram.

__"Sudah sudah.. Tidak perlu berterimakasih. Dengan adanya kalian disini sudah sangat menghiburku. Setidaknya aku tidak lagi merasa kesepian. Lain kali main-mainlah kesini. Aku pasti akan memasakan makanan yang jauh lebih lezat."

-

-

__Yoona dan Sehun sampai tak bisa berkata-kata. Bagaimana bisa ada orang sebaiknya? Dijaman yang seperti ini? Karena itu, sebelum mereka benar-benar pergi dari rumah itu. Diam-diam Sehun selipkan sebuah amplop berisikan uang di lipatan selimut yang ada dikamar mereka.

--

--

--

__Saat ini mereka sedang duduk disebuah halte, menunggu bis tiba disana. Sesungguhnya Yoona masih enggan kembali ke Seoul. Mengingat bahwa nenek itu akan kembali kesepian usai kepergian mereka, tentu keinginan untuk menemani nenek itu kembali timbul.

__"Eonni!"

__Seseorang berteiak dari kejauhan. Walau begitu, Yoona sudah bisa menebak suara siapa itu. Benar sekali. Tampak Krystal sedang berlari menujunya. Dengan nafas terengah-engah, Krystal memberikannya sebuah kertas.

__"Eonni, ini surat dari ibuku. Bacalah ketika kau sudah berada didalam bis. Eonni, mianhaeyo. Aku benar-benar menyesal. Jinja nomu mianhaeyo."

__Krystal menangis dengan raut wajahnya yang tampak rapuh. Yoona melangkah maju hendak memeluknya. Tapi bis tiba di halte yang mengharuskannya untuk segera masuk kedalam sana.

__"Naiklah, aku juga akan segera kembali." senyumannya merekah disela airmatanya yang terus mengalir bebas.

--

--

--

__ Disamping kaca bis. Yoona mulai membaca surat dari Krystal. Awalnya ia merasa takut untuk membacanya. Namun, ketika kata demi kata terbaca, angin menghempas wajahnya seakan hendak memberi kesejukan padanya. Dari wajah tegangnya, tampak sedikit senyuman diwajahnya. Ia tidak tahu, apakah ia sudah bisa merasa lega. Tetapi setidaknya kini ia benar-benar merasa lebih tenang.

-

-

__ Sesuatu terjatuh diatas pundaknya. Ketika dilihatnya, ternyata pria itu. Baru teringat olehnya, mengenai perkataan si nenek pemilik hanok. Sehun telah menjaganya semalaman. Dalam diam Yoona larut pada wajah itu. Pria itu memang selalu mengganggunya. Tetapi ia tidak pernah menyadari itu, bahwa selama ini Sehun juga selalu menjaganya. Dengan santai Yoona benarkan letak kepala Sehun. Ya, dia memilih merelakan pundaknya untuk pria itu.

--

--

--

__ Pada saat itu suasana di kawasan rumah mereka tampak begitu senyap. Diamatinya setiap gang yang ia lewati. Terlihat kosong tanpa kehadiran siapapun—tak seperti biasanya yang selalu dipenuhi dengan anak-anak yang sedang bermain. Ya, Yoona merasa gusar. Entahlah, ia mendadak merasa tidak tenang. Karena itulah ia percepat langkahnya hingga berlari kencang. Meninggalkan Sehun yang masih sempoyongan karena baru saja turun dari bis.

-

-

__Yoona masuk kedalam perkarangan rumah setelah tadinya melewati pagar yang terbuka lebar. Tidak biasanya pagar rumah ini terbuka begitu saja. Masih berlari, Yoona buka pintu rumah itu. Ia terkagetkan dengan kondisi rumah itu. Dengan debaran jantungnya yang mulai memompa kencang, Yoona amati setiap sisi ruma itu.

-

-

__ Letak kursi dan meja sudah tak beraturan. Bahkan beberapa guci tampak pecah berhamburan. Banyak jejak sepatu dilantai. Dan jejak itu juga tampak di setiap anak tangga. Debaran jantung Yoona semakin tak karuan. Dengan kegelisahan yang memuncak, Yoona mulai menaiki tangga.

-

-

__ Ia hendak masuk kedalam kamarnya namun batal karena ia menyadari sesuatu. Pintu kamar Somi terbuka lebar. Tentu kakinya dengan lincah melangkah menuju kamar itu.

-

-

__ Bukan Somi yang tampak melainkan Mari. Sedang diikat dengan tali disudut tempat tidur. Sedang mengerang ketakutan dibalik kain yang menyumpal mulutnya. Sendi kakinya sudah sangat melemas, tapi Yoona berhasil menuntaskan langkahnya hingga benar-benar berhenti tepat dihadapan Mari. Dengan tangannya yang bergetar pelan, Yoona mulai membuka tali yang mengikat Mari.

-

-

__ Emosinya mendadak tak dapat dikontrol. Ia menjadi tak fokus. Pikirannya melayang kemana-mana. Karena itu juga ia menjadi kesulitan membuka tali-tali itu. Apa yang sebenarnya telah terjadi? Ia benar-benar berharap bahwa apa yang sedang terlintas dipikirannya adalah salah.

-

-

__ Sehun tiba dikamar itu dengan raut wajahnya yang tak kalah cemas. Ia ambil alih tugas Yoona lalu dengan mudahnya membuka tali yang mengikat tangan ibunya. Matanya yang sudah berkaca-kaca mengamati wajah penuh ketakutan ibunya sembari melepas kain yang menyumpal mulut ibunya. Setelah itu, Mari langsung memeluknya. Mari menangis dengan seluruh tubuhnya yang bergetar hebat.

__ "Eomma, apa yang sebenarnya telah terjadi?" tanya Sehun berusaha tenang.

__"Mereka.. Mereka.." Mari masih terlalu shock.

__"Eomma.."

__"Yoona-a, sebaiknya kau tetap berada dirumah. Jangan pergi kemanapun. Mengerti?"

__"Waeyo?" naluri buruk semakin menguasai Yoona.

__"Dengarkan saja perkataanku. Kau tidak boleh—"

__"Aku tanya kenapa?!!" bentak Yoona. Sudah tak mampu menahan amarahnya. Mari terdiam. Seperti terlalu takut untuk mengatakannya.

__"Mereka yang kau maksud. Apa mungkin.."

__"Karena itu kumohon. Tetaplah berada dirumah. Tidak, kita harus melaporkan ini ke polisi. Haraboji. Ceritakan ini pada kakekmu! Palli!" desaknya ke Sehun—karena kebetulan ayah Mari masih bekerja di Kantor Kepolisian Seoul.

__"Somi. Dimana dia sekarang?" tanya Yoona. Mari dan Sehun saling tatap. Mereka baru mengingat itu. Disaat Sehun hendak meraih ponselnya, Yoona sudah lebih dulu melangkah pergi menuruni tangga.

__"Yoona Andwe! Jangan pergi! Diluar terlalu berbahaya!" tapi Yoona sudah terlanjur menghilang dari hadapan mereka.

.

.

.

.

Continued..

.

.

.

.

hi kakak..

apa kabar?

masih ingat saya?

maaf ya karena sudah hilang.

tapi akhirnya saya kembali lagi nih.

maaci.. ^^


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C11
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login