Download App
86.66% Blooming Rose

Chapter 12: Serangan

"Kinan.." suara di seberang kembali memanggil nama Kinan... "Masih ingat denganku kan??! tanya suara itu dengan nada datar.

Rose yang mendengar suara datar tersebut diam seribu bahasa. Satu tangannya masih memegang gagang telepon di telinganya, sedangkan tangan lainnya menutup mulutnya. Kaget. Rose bergegas menutup telepon. Terduduk di tempat tidurnya.

'Gak mungkin... Gak mungkin itu dia.. Dia .... gak mungkin kembali..' pikir Rose. Rose tahu siap yang meneleponnya. Tapi ia tak mau percaya dengan ingatannya akan suara yang amat dikenalnya itu. Suara yang membawa kenangan buruk dan menakutkan baginya.

Tangannya meraih Handphone nya dari meja kecil di sebelahnya. Ragu. Lalu kemudian ia menekan tombol panggilan cepat nomer 5.

"Halo.." suara di balik telepon terdengr tegas. Rose sedikit tenang mendengar suara tersebut. Dia diam. Menenangkan hatinya.

Tak lama Rose membuka mulutnya... "Dia kembali..." suaranya bergetar. Air mata akhirnya jatuh ke pipinya. Terisak.

"Kamu tenang dulu ya Rose... Dimana kamu sekarang???" tanya suara di balik telepon khawatir.

"Wisma" sahut Rose pelan. Tenaganya hampir hilang. Lemas.

"Tunggu...aku kesana sekarang" balas suara itu sambil langsung menutup telepon. Berlari ke arah pintu keluar. Bergegas menemui Rose.

Di dalam mobil, gadis itu mengangkat telponnya. Menelepon temannya yang lain. Begitu telepon diangkat.. "DIA kembali.... dia menelepon Rose.." suaranya memburu... "Serangan... Rose dapat serangan. Cepat ke wisma!" perintahnya. Kemudian menutup telpon.

*Wisma

Di dalam kamarnya Rose masih merasa lemas. Terbaring di tempat tidurnya. Napasnya tersenggal. Nampak ia kesulitan bernapas. Wajahnya pucat. Keringat dingin membanjiri tubuhnya. Baju yang ia pakai pun sampai basah.

Diam...

Sesak...

Mata terpejamnya sesekali terbuka... Dahinya mengernyit. Kaku.. Rose kejang...

*Braaakk...

Pintu kamar Rose terbuka. Tampak seorang gadis berlari ke arah Rose. Wajahnya penuh kekhawatiran. Dibelakangnya ada seorang pemuda dan para pelayan yang mengikutinya berlari. Wajah mereka pun tampak khawatir.

"Rose...Rose...." panggil gadis itu tegang. Gadis itu adalah Andini. Sahabat Rose. "Ben..." panggilnya sambil menoleh ke arah pemuda di belakangnya.

"Minggir dulu..." ucap pemuda itu. Pemuda ini adalah Beni..Dokter pribadi Rose. Tangannya cekatan memeriksa Rose. Dahinya mengernyit. Lalu ia memberikan suntikan pada Rose. Para pelayan yang membantunya memegangi tubuh Rose yang kejang seketika sedikit lega melihat Rose mulai lemas. Tak kejang lagi begitu Beni menyuntiknya.

Andini yang masih merasa khawatir bertanya pada Beni, "gimana,Ben??"

"Tenang, Din. Sementara ini kondisinya masih stabil. Kita langsung bawa ke rumah sakit. Sepertinya pikirannya sedang kalut. Takutnya terjadi serangan lagi" jelasnya pada Andini. "Biar aku telpon tante Ajeng nanti" imbuhnya.

Akhirnya...Rose yang masih tak sadarkan diri dilarikan ke rumah sakit dimana Beni bekerja. Dalam perjalanan tak henti air mata Andini menetes, mengingat kejadian 4 tahun lalu. Hari dimana Rose mengalami 'serangan' untuk pertama kali.

Masih segar di ingatan Andini hari dimana Rose yang ia tahu sebagai gadis tegar. Jatuh lunglai di lantai dingin kamarnya. Darah membasahi lantai tempat ia jatuh.

********


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C12
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login