Download App

Chapter 2: : Kembali ke Sekolah

.

.

Kenapa dia ada disini? Tidak. Kenapa dia muncul lebih awal dari kehidupan sebelumnya? Bukankah seharusnya, Aeera bertemu dengan pria aneh itu saat dia berusia 21 tahun? Jadi, kenapa dia ada disini sekarang?

Meski gadis itu kebingungan, dia masih mempertahankan senyumannya. Tidak peduli, seaneh apapun pria itu di kehidupan sebelumnya. Di kehidupan ini, dia adalah anak dari bibi Gwen, teman baik ibunya. Jadi Aeera harus memberi kesan baik padanya, dia tidak perlu benar-benar dekat dengannya, hanya dengan bersikap sopan pada pria itu juga sudah cukup.

"Aeera, ini putra sulungku. Namanya Prayata Rahardian, dia lulusan di universitas A. Jika kau butuh sesuatu, kau bisa mengubunginya untuk meminta bantuan."

"Salam kenal, namaku Aeera. Aku minta maaf karena sudah merepotkan keluargamu" gadis itu mengulurkan tangannya dengan ragu-ragu. Dia tidak pernah berharap orang lain akan menjabat tangannya sambil memperkenalkan diri.

"Aku tahu. Ibuku bercerita banyak tentang mu" sungguh jawaban yang Aeera tidak pernah duga. Dia bahkan tertegun saat melihat pria yang lebih tua darinya itu tersenyum padanya.

Karena terlalu terkejut, dia tidak sadar saat pria itu menyelipkan sebuah kartu nama ditangannya. "Seperti kata ibuku, kau bisa menghubungiku jika ada masalah. Aku akan membantumu sebisa ku."

Aeera menganggukkan kepalanya dengan gerakkan yang kaku, lalu melihat kepergian mereka dalam diam.

Pria itu.. Apa dia benar-benar pria yang sama dengan pria aneh di kehidupan sebelumnya? Kenapa di pertemuan ini dia terlihat begitu berbeda? Apa mungkin karena dia jauh lebih muda dibanding dengan pertemuan mereka dikehidupan sebelumnya?

Aah. Semua hal ini, hanya membuat Aeera semakin pusing.

"Banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini, dan sepertinya aku butuh lebih banyak waktu untuk beristirahat." gadis itu memijit asal pelipisnya, kemudian masuk ke dalam rumah dan bersiap untuk tidur.

******

Aeera menghabiskan dua hari lagi untuk beristirahat total, setelah demamnya benar-benar hilang, dia kembali bersiap untuk masuk sekolah. Gadis itu sudah mengambil libur selama satu minggu dengan keterangan izin. Dan hari ini, dia harus mulai berangkat ke sekolah seperti biasa.

Jika Aeera mengingat kehidupan sekolahnya, dia tidak bisa untuk tidak menghela napas. Dulu, Aeera tidak terlalu menganggap penting kehidupan di sekolah, dan bahkan setelah dia tinggal dengan pamannya, kehidupan sekolah Aeera malah bertambah semakin buruk. Dia sering membolos kelas dan melakukan kegiatan nakal lainnya, tapi Aeera masih mengingat batasan, dia tidak pernah melakukan hal yang diluar batas normal seperti membully teman atau melakukan tindakan kenakalan lainnya.

Sayangnya, pada tahun itu dia harus dikeluarkan dari sekolah karena tuduhan pencurian. Tidak hanya itu, teman-teman sekelasnya juga menuduhnya melakukan pemerasan. Hal-hal yang tidak pernah Aeera lakukan, membuat gadis itu dikeluarkan dari sekolah.

Itu adalah hal terburuk yang terjadi di hidup Aeera setelah kematian orang tuanya. Setelah dikeluarkan dari sekolah, nama Aeera menjadi buruk. Tidak tahu siapa yang memulai, kasus pencurian dan penindasan Aeera di ungkap ke media sosial. Membuatnya kesulitan untuk mencari sekolah baru.

Tentu saja, kejadian itu tidak akan Aeera biarkan terulang kembali. Jika tidak, apa gunanya ia di lahirkan kembali ke saat ini?

"Nona, mobil sudah siap. Apa kita akan berangkat sekarang?"

Aeera menyeka mulutnya dengan serbet, sebelum akhirnya mengangguk pada Pak Bayu. "Pak Bayu, aku minta maaf karena sudah merepotkan mu untuk mengantar ku ke sekolah, aku berjanji akan menambahkan gaji anda bulan ini."

"Tidak perlu, Nona. Hal ini sudah menjadi pekerjaan bagi pria tua ini."

"Bibi, aku berangkat sekolah dulu. Tolong jaga rumah dengan baik."

"Tentu Nona, semoga hari mu menyenangkan."

Perjalanan menuju sekolah membutuhkan waktu hampir 30 menit dengan kendaraan, itupun jika jalan sedang tidak macet. Selama perjalanan itu Aeera memainkan ponselnya, dia melihat daftar kontak di teleponnya dan menghapus beberapa nomor disana.

Selesai mengatur ulang ponselnya, Aeera tidak memiliki hal apapun lagi untuk dilakukan, jadi dia bersadar pada kursi dan melihat pemandangan di luar jendela. Saat itu matanya melihat sosok yang tidak asing baginya.

"Pak Bayu, bisa kau menepi sebentar?" pintanya tanpa mengalihkan pandangan dari jendela.

Begitu mobil berhenti, Aeera menurunkan kaca jendela mobilnya. "Naresh, apa kau butuh tumpangan?"

Posisi mobil itu sungguh pas, ketika dia menurunkan jendela mobilnya, Aeera dapat melihat temannya tepat disamping mobilnya. Pemuda itu tengah duduk di tepi jalan awalnya, dia langsung berdiri begitu mendengar suara akrab di telinganya, dan berlari secepat kilat menghampiri mobil Aeera dengan mata besar yang bersinar.

"Topan! Penyelamatku!"

Jendela mobil itu dinaikkan dengan cepat begitu ia mendengar nama panggilan yang menjengkelkan itu, mobil itu juga mulai berjalan pergi. Niatnya untuk menolong, segera pupus dengan satu kata itu.

"Tunggu! Aeeraaaaa! Tolong beri aku tumpangan!"

Di dalam mobil Aeera hanya bisa menghela napas, sebelum berkata. "Berhenti. Biarkan si bodoh itu naik."

Pada akhirnya, Aeera mendapatkan teman seperjalanan menuju sekolahnya. Meski dia tidak benar-benar begitu dekat dengan Naresh, tapi mereka sudah sering kali membolos sekolah bersama-sama, dan keduanya juga berada di kelas yang sama.

"Aeera, sungguh terima kasih. Kau benar-benar menyelamatkan ku kali ini" pemuda itu duduk disamping Aeera di kursi belakang. "Aku pikir aku akan pergi sekolah dengan berjalan kaki tadi."

"Kenapa kau bisa terdampar dijalanan? Bukankah kau pangeran? Dimana kesombongan yang kau katakan dulu padaku?"

"Pangeran ini sedang malas membicarakan masalahnya. Tapi karena kau yang bertanya, aku akan menjawabnya dengan senang hati, kita bahkan bisa menghabiskan sepanjang hari untuk berbicara empat mata." Aeera memahami maksud tersembunyi di perkataannya, Naresh pasti mengajaknya untuk pergi bolos lagi.

"Tidak perlu, aku tidak punya banyak waktu untuk hal yang tidak penting." jawabnya dingin.

"Heee. Tidak biasanya kau seperti ini" pemuda itu menopang dagunya dengan sebelah tangan, memandangi Aeera dengan ekspresi terkejut. "Kau menolak ajakan teman baik mu, itu sungguh menyakiti hati ku."

"Kau bisa pergi ke rumah sakit untuk mengobatinya, aku akan membayarnya sebagai kompensasi."

Setelah percakapan itu, Naresh tiba-tiba terdiam, dia menjadi anak baik dalam waktu singkat. Tapi tentu saja, itu tidak bertahan lama. Setelah mereka turun dari mobil, pemuda itu kembali hiperaktif dan berjalan disampingnya sambil terus mengajaknya pergi membolos.

"Oh oh, ayolah.. kau pasti penasaran kan kenapa aku bisa berada di jalan seperti itu? Ayo membolos, aku akan menceritakan hal seru padamu! Aku juga akan mengajakmu pergi ke tempat-tempat yang bagus!"

Aeera benar-benar harus menahan perasaan jengkelnya, dan dengan sabar berkata. "Tidak. Aku akan pergi ke kelas untuk belajar hari ini sampai seterusnya. Jadi, lebih baik kau mencari teman baru mulai dari sekarang."

"Jahaaat. Kau benar-benar membuang ku kali ini! Lihat saja, aku akan mencari teman baru yang lebih baik dari mu! Aku juga tidak akan menerima mu sebagai temanku lagi, bahkan jika kau memohon dan berlutut di hadapanku!"

Pemuda itu benar-benar pergi, Aeera tidak begitu peduli pada awalnya, dia pikir itu hal yang baik untuk menjauhi teman-teman nakalnya. Tapi gadis itu segera sadar akan satu hal, selain Naresh, dia sama sekali tidak memiliki satu pun teman di kelasnya. Itu karena Aeera jarang masuk di kelas, dia juga memiliki tempramen yang sulit untuk didekati, sehingga saat dia masuk ke kelasnya, tidak ada satu pun orang yang mempedulikannya.

Aeera duduk di bangkunya, mengambil sebuah buku untuk di baca, tapi pikirannya tidak berada di tempatnya. Gadis itu sibuk berpikir untuk mendapatkan teman baru, tapi dia tidak tahu bagaimana caranya.

Sampai pelajaran pertama dimulai, Aeera masih tidak dapat melahirkan ide apapun. Dia sudah menyerah tanpa suara dengan niatnya untuk mencari teman. Saat itu juga, pintu kelasnya di buka, disana berdiri seorang pemuda dengan pakaiaan yang acak-acakkan, rambut di cat pirang, dan telinganya memakai tindikan besi. Pemuda itu berjalan dengan cara yang sombong, dia bahkan tidak menyapa guru dan langsung duduk di tempat kosong yang ada di samping Aeera.

"Naresh! Kenapa penampilan mu masih seperti itu? Bukankah kau sudah di peringatkan untuk melepaskan semua tindikan itu?!" guru yang mengajar memiliki wajah yang memerah karena menahan amarah.

"Besok. Aku akan melepasnya besok, Bu Guru."

"Ibu pegang janjimu, awas saja jika besok ibu masih melihat mu memakai lempengan besi itu. Ibu akan menghukummu untuk membersihkan semua toilet di sekolah!"

Naresh hanya menguap saat mendengar omelan itu, dia mengambil bukunya, meletakkan di meja dengan posisi berdiri, sebelum akhirnya tidur di bantalan lengannya dengan buku yang menutupi kepalanya.

Dia sama sekali tidak menghiraukan tatapan Aeera disampingnya. Gadis itu sudah gatal ingin bertanya sesuatu, tapi dia teringat bahwa Naresh tidak lagi menjadi temannya, Aeera tahu jika pemuda ini adalah orang yang selalu memegang kata-katanya. Jadi jika dia berkata mereka tidak lagi berteman, maka mereka memang tidak lagi berteman.

Untuk yang pertama kalinya, Aeera merasa menyesal sudah bersikap buruk pada orang ini. Tapi dia tidak punya apa-apa lagi untuk dikeluhkan. Nasi sudah menjadi bubur, tidak ada yang bisa dia ubah untuk hal itu.

Setelah pelajaran pertama dan kedua selesai, Aeera bersiap untuk pergi ke kantin sekolah untuk makan siang. Tapi ada hal yang menghalanginya untuk pergi, pemuda itu masih tertidur di tempatnya, menghalangi jalan keluar Aeera.

Mau tidak mau, Aeera harus berbicara padanya. Meski mereka bukan teman lagi sekarang, tidak ada yang melarangnya untuk berbicara pada orang asing bukan?

"Hei, Naresh. Bangunlah, kau menghalangi jalan ku. Aku ingin pergi ke kantin sekarang."

"..."

"Naresh. Kau benar-benar menghalangi jalan ku, cepat bangun!"

"..."

Karena tidak mendapat respon apapun dari pemuda itu, Aeera dengan kesal menendang kakinya hingga dia tersentak bangun dari tempatnya. Dia tidak mengabaikan kesempatan itu, gadis itu segera mendorong Naresh dari tempatnya, dan akhirnya dia bebas untuk pergi ke kantin.

Sayangnya, ada anak ayam yang mengikutinya pergi. Si jambul kuning, Naresh. Pemuda itu tampaknya kesal dan ingin meminta alasan untuk insiden kakinya. Tapi Aeera sama sekali tidak menghiraukannya. Dia berjalan lurus ke arah kantin dengan Naresh yang mengomel di belakangnya.

"Hei, ku bilang minta maaf padaku!"

Aeera menoleh ke belakang tanpa menghentikan langkahnya, dan karena itu dia tidak sengaja menabrak seseorang di depannya. Niatnya untuk mengejek Naresh, tapi dia malah terlibat masalah lain.

"Ah, maaf. Aku benar-benar tidak sengaja" gadis itu segera menunduk dan meminta maaf pada sosok jangkung di depannya.

"..."

Karena orang lain tidak mengatakan apapun, Aeera sedikit mendongkak untuk melihat ekspresi pemuda dihadapannya. Gadis itu sedikit tertegun saat menatap wajahnya. Dalam hati dia bertanya, sejak kapan sekolahnya memiliki seorang pangeran sekolah setampan ini?

Setelah terombang-ambing dengan perasaan kekaguman untuk sesaat, Aeera menyadari jika dia masih disana untuk meminta maaf. Jadi sekali lagi, gadis itu meminta maaf padanya. Kali ini, pemuda itu membalas dengan kata-kata; "Tidak apa-apa."

Aeera pun bergegas pergi dari sana, dia sudah menarik banyak mata sebelumnya setelah kejadian tabrakan itu, jadi sangat baik baginya untuk segera pergi dari sana.

Hal yang tidak dia tahu adalah, pemuda itu masih menatap Aeera sampai sosoknya benar-benar menghilang di dalam kerumunan orang.

.

.

.

Tbc


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login