Download App

Chapter 3: : Bergabung Dengan Klub Musik

Naresh masih mengikuti Aeera bahkan setelah mereka selesai memakan makan siang mereka.

"Apa lagi? Aku sudah minta maaf padamu saat di kantin tadi, apa kau masih tidak puas?" tanyanya begitu mereka tiba di lorong sekolah yang sepi.

Pemuda itu menatap Aeera dengan tatapan menilai, lalu berkata; "Kau berubah. Tapi kenapa?"

"Memangnya kenapa jika aku berubah? Ini hidupku, aku berhak melakukan apapun yang aku mau."

"Lupakan." dia pikir tidak ada gunanya memikirkan hal itu. Jadi dia mengalihkan pembicaraannya. "Hei Aeera, mari kita berteman lagi?"

"..."

Aeera tidak bisa langsung menjawab pertanyaan sederhana itu. Walaupun sebenarnya dia ingin berteman lagi dengan Naresh, tapi dia takut jika anak itu mengajaknya melakukan hal buruk lagi. Dia bimbang untuk beberapa saat, dan hal itu terlihat oleh Naresh.

"Aku tidak akan mengajakmu bolos lagi, atau memaksamu melakukan hal yang tidak kau suka. Tapi bisakah kita tetap berteman? Aku benar-benar kesepian tanpamu.." Naresh sangat pandai berkata-kata manis, dia juga pandai dalam membuat ekspresi lucu, seperti ekspresi memelas yang dia tunjukkan saat ini. Tentu saja, hal itu membuat hati Aeera tidak tahan saat melihatnya.

"Baiklah, aku bersedia menjadi teman mu lagi."

"Yeeeaah! Kau memang gadis kesayanganku! Benar-benar yang terbaik!" pemuda itu sudah merentangkan tangannya, siap menerkam Aeera untuk sebuah pelukan.

Tapi siapa yang menduga jika Aeera akan mengelak saat pemuda itu datang padanya? Membuat Naresh memeluk orang lain yang tidak sengaja lewat di belakang mereka. Orang lewat itu adalah seorang laki-laki bertubuh gemuk, dia memiliki banyak remah makanan di mulutnya yang berminyak, dan sangat terkejut ketika Naresh tiba-tiba memeluknya.

Aeera sendiri sudah tertawa lepas saat melihat mereka berpelukan, apalagi jika melihat ekspresi wajah Naresh yang terlihat tercengang. Tawanya benar-benar keras, dan menarik perhatian beberapa orang yang lewat disana, termasuk seorang pemuda bermata abu-abu yang baru saja ingin berbelok di tikungan.

******

"Kau ingin mengikuti ekstrakurikuler? Bukankah itu sudah sangat terlambat? Jika kau mengikuti ekstrakurikuler dari kelas 2, tidakkah kau harus mengejar semua ketinggalan itu? Tapi, ekstrakurikuler apa yang ingin kau ikuti?"

Naresh yang sudah mendapatkan kembali pertemanannya dengan Aeera kini mengikuti gadis itu untuk masuk ke kelas dan belajar, tapi sepertinya dia beruntung, karena guru di mata pelajaran ketiga itu sedang berhalangan hadir, jadi kelas dalam keadaan bebas untuk beberapa jam.

Dia duduk di kursinya, memakan beberapa keripik kentang yang diberikan oleh orang lewat yang baik hati, sambil mendengarkan Aeera berbicara padanya. "Entahlah, aku masih tidak yakin. Tapi, aku berpikir untuk membuat sebuah prestasi selama masih di sekolah. Menurutmu, ekstrakurikuler jenis apa yang cocok dengan ku?"

"Di sekolah ini, tidak ada banyak jenis ekstrakurikuler yang bagus. Aku juga tidak membayangkan untuk mengikuti salah satu kegiatan sekolah lainnya yang membosankan. Jadi tentu saja, aku tidak punya saran apapun untuk mu."

"Haha. Sungguh, kau benar-benar teman yang baik." cibirnya kesal.

"Terima kasih kembali."

Aeera hanya memutar bola matanya bosan, dia tidak habis pikir, kenapa dia bisa berteman dengan orang seperti ini.

"Bagaimana jika kau ikut klub musik? Klub itu bisa di ikuti oleh laki-laki maupun perempuan. Dan jika kau ingin membuat prestasi, kau bisa mengikuti lomba musik antar sekolah yang di adakan tiap tahun. Atau jika kalian hanya ingin ikut klub untuk bersenang-senang, itu juga tidak masalah, ketua klub sangat baik. Aku jamin, kalian tidak akan menyesal jika mengikutinya."

"Oh, itu sungguh pidato yang bagus. Tapi.. Siapa kau?" Aeera menatap seorang pemuda dengan kacamata berlensa tebal di hadapannya, dia sama sekali tidak menyangka bahwa ada orang lain yang tertarik dengan pembicaraannya.

"Namaku Darpa, yang memiliki arti kebanggaan. Sebagai anggota klub musik, aku sangat menyambut kalian untuk bergabung di klub."

"..."

Aeera dan Naresh saling bertukar pandang, masing-masing memiliki pemikiran yang berbeda.

"Siapa itu Darpa? Apa kau mengenalnya?" gadis itu bertanya pada Naresh dengan ekspresi bingung. Dia jelas tidak bisa mengingat nama itu dengan baik.

"Tidak yakin. Tapi ku pikir itu sejenis nama alat musik? Mungkinkah pemuda ini salah menyebut namanya?"

(A/N : maksudnya disini itu alat musik Harpa.)

Baik Aaera maupun Naresh, mereka sama-sama mengatakan pemikiran itu dengan suara yang keras, menusuk tepat di ulu hati seseorang.

"Tidak. Kalian tidak salah dengar, namaku Darpa, aku teman sekelas kalian, aku bahkan duduk di depan tempat duduk kalian. Apa kalian benar-benar tidak bisa mengingat ku?"

Keduanya saling bertukar pandang, lalu menggelengkan kepalanya secara serempak. Wajah mereka benar-benar menunjukkan bahwa mereka tidak mengenalnya, itu tidak dibuat-buat, membuat orang lain terkena pukulan untuk yang kedua kalinya.

"Kalau begitu, mari berkenalan. Aku Darpa, kau pasti Aeera dan Naresh, kan?"

"Ya" / "Hm."

Keduanya menjawab secara bersamaan. Membuat Darpa yakin, jika keduanya adalah teman baik.

"Jadi, apa kalian tertarik untuk bergabung dengan klub musik? Jika ya, aku bisa membantu kalian untuk melakukan pendaftaran ke klub itu."

"Tentu. Kami akan bergabung!" kali ini Aeera menjawab dengan sedikit bersemangat.

"Tunggu, apa itu kami? Memangnya siapa yang ingin ikut dengan mu?" pemuda itu menggigit dengan ganas kripik kentangnya. "Tidak. Aku tidak akan bergabung!"

"Oh. Ya sudah," Aeera berbalik memandang Darpa dan mulai bertanya dengan antusias. "Kapan lomba itu akan dilaksanakan? Bisakah anggota baru mengikuti lomba itu? Oh, apa saja yang di lombakan pada perlombaan itu? Dan kapan aku bisa bergabung? Bisakah kita menyelesaikan pendaftarannya hari ini? Kalau bisa aku---"

Mulutnya tiba-tiba dicubit, dan samar-samar dia bisa merasakan bumbu daging panggang. Gadis itu melirik tajam ke arah pemuda disampingnya, lalu sebuah pukulan mendarat di kepala pirang sang pemuda, saat itu juga cubitan di mulutnya terlepas.

"Menjijikan! Kenapa kau menutup mulutku dengan tangan kotormu itu?!"

"Hei hei, tenanglah.. ok? Kemari, biarkan aku mengelap mulutmu hingga bersih." pemuda itu mengeluarkan sebuah tisu, tangannya sudah terjulur untuk memberi sapuan pada bibir Aeera, tapi tisu itu disambar dengan cepat oleh sang gadis.

Setelah Aeera membersihkan mulutnya, Naresh baru berani mengatakan keluhannya. "Kau benar-benar jahat. Kenapa kau tidak membujukku untuk ikut dengan mu? Bukankah kita teman? Kita harusnya selalu pergi bersama-sama. Tapi sikap mu sungguh dingin padaku, itu membuat hatiku sakit.."

Sudut mulut Aeera sedikit berkedut, dia memiliki keinginan untuk memukul kembali kepala pirang pemuda itu. Siapa yang tahu, mungkin jika dia memukulnya, otak kecil pemuda itu akan sedikit berkembang dan dia tidak akan menjadi sebodoh atau sekonyol seperti saat ini? Tapi tentu saja, Aeera tidak melakukan hal itu. Dia sudah bertekad untuk menjadi siswi yang lebih baik, itu berarti dia tidak boleh terlihat melakukan kekerasan di sekolahnya.

"Baik. Jadi kalian berdua akan mendaftar, sepulang sekolah nanti aku akan mengantar kalian langsung ke klub musik untuk mendaftar!"

Pemuda itu bahkan tidak memberi kesempatan bagi Aeera untuk menjawab, dia dengan cepat berlari ke luar kelas entah untuk apa.

"Sungguh pemuda yang energik.."

******

Darpa benar-benar membawa Aeera dan Naresh untuk mendaftar di klub musik, dia bahkan memperkenalkan mereka langsung pada ketua klub musik, Elang.

"Baik. Formulir pendaftaran ini akan aku simpan, selamat bergabung di klub musik. Namaku Elang, jika kalian butuh sesuatu, kalian bisa mencariku."

Aeera hendak bersalaman dengan Elang lebih dulu, tapi Naresh tiba-tiba maju dan menyelak gilirannya. Kedua pemuda itu saling bersalaman untuk waktu yang lama, Aeera bahkan tidak memiliki kesempatan untuk berkenalan secara formal dengan ketua klub karena Naresh sudah menyeretnya pergi dari tempat itu dengan cepat.

"Itu bagus, kami pergi sekarang. Ada hal lain yang harus kami urus."

"Tentu. Jika kalian masih tidak paham dengan beberapa hal, kalian bisa bertanya langsung pada Darpa."

"Baik. Terima kasih atas waktumu." Naresh melepaskan tangan Elang, dan mengambil tangan Aeera sebagai gantinya. Kemudian, keduanya pergi dengan tergesa-gesa dari sana.

Naresh membawa Aeera entah kemana, dia hanya berjalan acak, menjauhi gedung sekolahnya, dan berhenti di sebuah jalan yang sepi. Pemuda itu menghela napas, lalu berbalik dan meminta maaf pada Aeera.

"Maaf,.."

Dari saat ini, Aeera yakin ada yang salah dengan pemuda itu. Dia sudah biasa bersikap aneh, tapi sangat jarang saat dia bersikap sopan sampai meminta maaf padanya.

"Apa ada masalah? Jika mau, kau bisa mengatakannya padaku.."

Naresh tersenyum, tangannya masih menggandeng tangan gadis itu, dia merasa enggan untuk melepasnya, dan pihak lain juga tidak tampak keberatan dengan itu. Jadi ia mencoba untuk menikmati waktu itu, membawa Aeera berjalan-jalan santai di sekitar tempat itu sambil bercerita tentang masalahnya.

"Ketua itu,.. aku mengenalnya." Aeera sudah menduga jika masalah itu ada hubungannya dengan Elang, karena sejak Naresh bertemu pemuda itu dia langsung bersikap aneh.

"Dia adalah teman ku saat di sekolah dasar, bisa di bilang kami adalah teman dekat. Tapi.. itu di masa lalu. Untuk saat ini, kami tidak lagi berteman, mungkin bisa di bilang jika kami hanya orang asing."

Setelah mengatakan hal itu, Naresh tidak mengatakan apapun lagi. Aeera tidak memaksanya untuk bercerita lebih lanjut, dia hanya bisa mengikuti pemuda itu sampai ke depan sebuah minimarket.

"Apa kau ingin es krim? Aku yang traktir!"

Pemuda itu tidak hanya membelikan Aeera es krim, tapi juga beberapa camilan kecil lainnya. Dengan barang belanjaan itu, mereka mencari tempat duduk di taman umum, dan melakukan piknik kecil disana.

"Aku turut berduka untuk orang tuamu, maaf jika ini sedikit terlambat.." dia melirik gadis disampingnya, Aeera terlihat tertegun untuk beberapa saat sebelum akhirnya kembali bersikap seperti biasa.

"Hm.. terima kasih."

"Jika kau punya masalah, kau bisa mencariku. Aku pasti akan membantu mu."

"Ya."

"Apa kau dijemput oleh supirmu nanti?"

"Tidak. Aku akan pulang sendiri nanti." awalnya Aeera ingin meminta Pak Bayu untuk menjemputnya, tapi dia tidak tega untuk membiarkan pria tua itu melakukan banyak pekerjaan yang membuatnya lelah. Hanya dengan mengurus kebun saja, itu pasti sudah melelahkan, apalagi jika ditambah dengan pekerjaan sebagai supir? Sepertinya Aeera harus mulai mempekerjakan pelayan baru di rumahnya. Gadis itu tidak tahan untuk tidak menghela napas.

"Kalau begitu, aku akan mengantarmu." Aeera menoleh ke samping, menatap Naresh dengan tatapan heran. "Sebenarnya aku juga tidak benar-benar ingin mengantarmu, tapi kulihat jika pria itu terus membuntuti kita sejak tadi. Eiit, jangan menoleh ke arahnya!"

Meski Naresh sudah memperingatkannya, Aeera tetap menoleh untuk melihat sosok seorang pria berjas hitam yang tengah berdiri di belakang pohon. Hanya setengah tubuhnya yang terlihat mengintip dari sana, wajahnya sendiri di tutupi oleh masker dan sebuah kacamata hitam. Sekilas, ia teringat tentang kenangan lamanya. Sosok itu begitu sama persis seperti orang yang muncul dikehidupannya sebelumnya.

Bahkan di kehidupan ini pun, pria itu masih menggunakan gaya yang sama untuk menguntitnya?

"Kau tenang saja, sepertinya aku mengenali orang itu." Aeera bangkit dari tempat duduknya, hendak pergi menyapa pria penguntit itu. Tapi tangannya diraih oleh Naresh.

"Sepertinya..? Jadi kau tidak yakin apakah kau mengenalnya atau tidak, tapi masih ingin pergi untuk menemuinya? Bagaimana jika dia bukan orang yang kau kenal dan memiliki niat buruk padamu?" pemuda itu membiarkan Aeera berjalan dibelakangnya, dengan tangan mereka yang saling bergandengan. "Aku akan menemanimu, jika dia hanya orang aneh dengan niat buruk, cepat lari setelah mendapat aba-aba dari ku. Mengerti?"

"Oh.. Baiklah."

.

.

.

Tbc


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login