Download App
37.5% Untukmu

Chapter 3: Chapter 2

Kimi POV

Beberapa jam sebelumnya....

" Apa,Saya bu " kataku terkejut.

"Ya kamu " kata bu guru.

Aku merasakan gemetaran dan ketakutan. Seluruh bulu kuduku terangkat. Aku ketakutan setengah mati. Demam panggung ku mulai muncul.

"Bu, bu" panggilku.

"Bisa gak saya nanti dulu,soalnya sepertinya demam panggung kumat bu"

Anak–anak lain mulai melihati aku dengan tatap kurang menyenangkan menurutku. 

"Hai,kenapa kamu gak mau maju? "

"Majulah napa? "

"Ya maju saja "

"Cuma sekadar di suruh maju kedepan aja susahnya minta ampun "

"Hai ayo buruan maju"

"Tapi..... "

"Maju saja "

"Maju,maju,maju"

Saat anak–anak lain memaksa ku maju dengan sorakan mereka.

Aku hanya bisa terdiam, melihat ke sekeliling dengan perasaan ke takutan tak berdaya dan berbicara didalam hati.

"Ya tuhan,Bagaimana ini? "

"Aku harus apa? "

"Kimi, ayo kuatkan dirimu"

"Kamu pasti bisa "

Aku menarik napas dalam–dalam dan maju kedepan.

"Ayo sekarang kenalkan dirimu kepada teman–teman

"Baik bu"

"Hai"

"Na...na...na...  ma ku Lee Kimi Yi "

"Kalian bisa memanggilku Kimi "

"Kalian juga bisa memanggilku Kimkim "

"Apa! aku gak salah dengar nih namamu Kimi panggilannya Kimkim Hahahaha..... lucu banget namamu "

"Hai Kimkim,  hahahahaha.... "

"Ha, ha, ha "

"Ha, ha, ha nama dia lucu sekali ya"

"Ha, ha iya "

Menundukan, diam dan tidak melawan atau membalas itu yang ku lakukan.

"Diam!!! "

"Kenapa kalian tertawa? "

"Lucu ya, lucu"

"Sekarang yang tadi tertawa berdiri didepan "

"Tapi bu... "

"Tak ada tapi tapi,  ayo sekarang maju kedepan"

Saat mendengar kata–kata bu guru aku hampir tak percaya. Orang yang menertawakanku mendepatkan ganjarannya saat itu juga.

Orang–orang yang menertawakan maju kedepan mereka berdiri dibelakangku.

Aku hanya bisa melihat kearah mereka dengan tatapan polos dan luguku.

Sebenarnya di hati kecilku aku merasa kasihan pada mereka.

Tapi mereka memang pantas mendapatkannya. 

"Jewer kuping kalian sendiri"

"Angkat satu kaki kalian"

"Ya, bagus"

"Kalian semua akan seperti ini sampai bel istirahat berbunyi, mengerti "

"Tapi bu... "

"Tak ada tapi tapi mau ibu tambah lagi hukumannya "

"Tidak, tidak "

"Iya kami mengerti "

"Bagus,  Kimi lanjutkan "

"Ya"

"Aku baru saja pindah aku pindahan dari Busan "

"Aku tinggal di sekitar sini "

"Hai, Kimi aku boleh tanya Busan itu seperti apa? "

"Busan bagi ku adalah tempat yang paling menyenangkan, di sana tempat sangat sejuk, damai dan indah. Yang paling aku suka saat di sana aku bisa menghabiskan seharian ditepi pantai bersama kedua orang tuaku terkadang juga aku bisa menghabiskan waktu menyelam melihat dunia laut bersama ayah "

"Kimi kalau boleh aku mau tanya juga, karena kamu baru pindah disini pasti ada yang kamu rindukan di Busan jadi pertanyaanku hal apa yang kamu rindukan di Busan atau moment apa yang kamu rindukan ?"

"Yang pasti aku merindukan saat–saat menghabiskan waktu seharian di tepi pantai bersama orang tuaku, menyelam bersama ayahku dan... "

"Dan.... "

"Dan apa? "

"Dan moment yang lebih aku rindukan dari pada yang lain adalah moment di mana saat aku menghabiskan waktu dengan temanku, Teddy Bear "

"Teddy Bear? "

"Siapa Teddy Bear? "

"Saat aku masih duduk di bangku TK aku mempunyai  teman bahkan udah aku anggap sebagai sahabat.  Aku lupa namanya. Tapi aku ingat julukannya, panggilan istimewa untuknya, aku memanggilnya Teddy Bear,  aku sangat merindukan bermain dengan Teddy Bear, membangun istana pasir bersama, menghabiskan berdua di tempat rahasia kami, lomba memancing sotong "

"Hari–hari ku berwarna waktu bersamanya.  Tapi... "

"Suatu hari hidupku berubah menjadi tidak berwarna"

"Teddy Bear ku pergi meninggalkan ku "

"Dia pindah bersama orang tuanya ke kota besar "

"Aku sangat sedih dia harus pindah "

Di tengah cerita aku berhenti dan menangis mengenang masa kecilku. 

"Aku harap aku bisa bertemu dengan Teddy Bear kembali "

"Jika itu terjadi itu pasti akan jadi hari di mulai lagi hidupku yang penuh warna "

"Maaf teman–teman aku malah bercerita tentang masa kecilku yang sedih bukannya tentang yang menyenangkan malah yang menyedihkan "

Bu guru mendekati ku.

"Kimi gak apa–apa, bu mengerti perasaanmu dan teman juga ngerti perasaanmu. Sekarang kamu boleh duduk kembali dan beri tepuk tangan kepada Kimi karena sudah memperkenalkan dirinya dan bercerita sedikit tentang dirinya"

Aku kembali ke tempat duduk ku.

Aku duduk dan menaruh kepalaku diatas meja.

Sambil memegang tasku yang aku taruh di meja ku menangis.

Aku menangis dan menangis.

Hanya itu yang bisa aku lakukan.

Aku tak perduli siapa yang maju setelahku dan apa yang di omongkan dia aku tidak perduli.

10.00

Bel berbunyi.

"Kring, Kring,Kring "

Pertanda jam istirahat.

"Selamat pagi semua, selamat istirahat "

Bu guru meninggalkan kelas dan anak–anak lain keluar kelas untuk pergi ke kantin membeli jajan.

Sedangkan aku memilih berdiam di tempat duduk ku tidak melakukan apapun.

Sampai....

Ada yang menepuk pundakku dan memanggil namaku.

"Kimi"

Aku mengangkat kepalaku menghapus air mataku dan melihat kerah orang yang memanggilku.

"Ha, kamu menangis"

"Ah, tidak kok tadi mataku kelilipan aku gak nangis kok"

"Aku tau kamu menangis, aku ngerti kok perasaanmu,aku juga ngerti bagaimana rasanya di tinggal seorang sahabat "

"Termakasih"

"Buat apa? "

"Terimakasih karena kamu udah ngertiin aku "

"Sama–sama, hai kenalin namaku Kim Jeon Ji, panggil aku Jeon Ji, salam kenal "

Jeon Ji mengeluarkan tangannya kepadaku sebagai tanda perkenalan.

Aku membalasnya dengan mengulurkan tanganku dan memegang tangannya.

"Hai Jeon Ji "

"Aku Kimi, salam kenal juga "

"Kimi,  ayo ke kantin aku lapar nih "

"Tidak aku tidak mau aku mau di sini aja "

"Ayo temenin aku ke kantin "

"Tidak "

"Ayolah Kimi kali ini saja, ayolah"

"Tapi... "

"Sudahlah gak usah pakek tapi–tapi ayo buruan "

Jeon Ji menarik tanganku dan mengajaku ke kantin.

"Tapi Jeon Ji"

"Sudahlah ikut aja "

Sampai di kantin...

Jeon ji langsung pesan beberapa menu.  Dia sempat menawari aku.  Tapi aku menolak. 

Tolakan ternyata tidak diterima dengan semudahnya oleh.

Tolakanku malah membuat memaksa dan memaksaku untuk terima tawarannya.

Karena di memaksaku mau tidak mau aku harus terima. 

Akhirnya aku di pesankan beberapa menu oleh Jeon Ji.

"Hai kimi kita duduk dulu yuk, daripada nunggu disini "

"Baiklah "

Aku dan Jeon Ji mencari tempat duduk sambil menunggu pesanan.

Melihat sekeliling dan tak ada tempat duduk yang kosong semua penuh tidak ada yang tersisa lagi untuk kami.

"Penuh semua, tak ada yang tersisa ya"

"Ya,  semua penuh gak ada yang kosong "

Bel berbunyi.

"Kring, Kring"

Pertanda pesanan kami sudah siap.

"Pesanan 2 soda dan 2 ramyeon, siapa yang pesan? "

"Ah, pesanan kita udah siap"

"Kami yang pesan "

"Oh kalian, ni selamat menikmati "

"Terimakasih "

Jeon ji mengambil nampan yang diatas terdapat 1 ramyeon dan 1 soda dari atas meja lalu memberikannya padaku.

"Kimi ni melikmu"

"Makasih"

Aku menerima nampan itu dengan senang hati dan Jeon ji mengambil 1 nampan lagi yang ada di atas meja. Diatasnya juga sama ada 1 ramyeon 1 soda

Aku dan jeon ji melihat ke sekeliling coba mencari tempat yang kosong.

Tapi sepertinya belum ada tempat yang kosong untuku dan Jeon Ji.

"Kimi kita mau makan di mana?  Belum ada tempat yang kosong di sini"

"Ya tak ada tempat yang kosong"

"Kimi apa kita makan di kelas saja bagaimana? "

"Baiklah"

"Ayo ke kelas"

"Ayo"

Selama perjalanan menuju ke kelas aku dan Jeon Ji mengobrol banyak hal.

Mulai dari pribadi satu sama lain, tempat tinggal,  kesukaan, dan banyak lagi. 

"Kimi "

"Ya, ada apa? "

"Aku boleh tanya"

"Boleh "

"Kimi aku mau tanya kepribadian mu itu seperti apa sih"

"O, kepribadian ya aku itu sulit bergaul, pendiam ya yang begitu begitu lah"

"O.... "

"Kalau kamu Jeon Ji"

"Kalau aku ya seperti yang kamu lihat sekarang periang, selalu gembira, mudah bergaul, tidak memandang orang dari segi apapun, menerima teman apa adanya dan juga yang perlu kamu ingat dari aku itu adalah aku cerewet. Itu yang perlu kamu ingat dan garis bawahi ya. Terus....."

"Terus apa? "

"Terus.... Aku lupa mau bilang apa"

"He"

"Maaf"

"Ya gak apa–apa,aku juga orangnya sering lupaan "

"Oh ya satu lagi aku orangnya pelupa,penakut dan manja "

"O..."

"Kimi kamu suka warna apa? "

"Aku Biru, kalau kamu"

"Aku Pink"

"O... "

"Jeon Ji katamu kamu penakut emangnya apa sih yang kamu takuti"

"Ya bida di bilang hampir semua hal sih,  1. Aku takut serangga, 2. Aku takut sama ayahku, 3.Aku takut sendirian, 4.Aku takut mimpi buruk,5.Aku takut balon meletus,6.Aku takut badut ultah dan...  masih banyak lagi sebenernya sih tapi itu aja dulu lain kali aku cerita ke kamu ya "

"E.... Ya ya"

"Kalau kamu takut sama apa? "

"Ya sepertinya gak ada sih "

"Serius "

"Ya... gimana ya jelasin ke kamu,sulit jelasinnya, lain kali aja ya aku ceritanya "

"Okelah "

"Kimi ya ada satu lagi yang aku ingin tanyakan apa kamu punya teman? "

"Ya dulu waktu kecil aku punya setelah dia pergi mulai saat itu dan sampai sekarang aku bisa di bilang gak punya "

"Serius kamu gak punya teman SD atau SMP "

"Kalau di SMP aku sempat punya tapi aku berteman dengannya hanya sebentar karena setelah itu dia pindah seperti Teddy Bear"

"Kalau di SD"

"Gak "

"O... "

"Jeon Ji aku mau jujur padamu"

"Jujur apa? "

"Jujur setelah sekian lama, setelah aku di tinggal Teddy Bear, jujur hari ini aku merasakan lagi rasanya bersama teman karena dirimu.  Setelah sekian lama kini aku merasakan ini lagi"

"Hem,  Kimi apa kau tau? "

"Tau apa? "

"Sepertinya kita bisa menjadi sahabat"

"Sungguh"

"Ya sungguh kenapa tidak? "

Ku tersenyum kecil mendengar kata–kata Jeon Ji karena kata–kata itu membuat hati ku gembira.

"Jeon Ji makasih"

"Makasih buat apa? "

"Makasih karena kamu mau jadi sahabat aku "

"Ya sama–sama "

Aku tengah berjalan santai dan enak–enaknya bersama Jeon Ji tiba–tiba.....

Brukkkkkkk

"Aaaaaaa.... Kakak kelas Daniel "

Ada seorang laki–laki menabrak Jeon Ji dan nampan yang diatasnya soda dan remyeon mengenai baju laki–laki itu.

Aku sempat dengar dari mulut Jeon Ji mengatakan kata "Daniel "

Apakah itu nama laki–laki?

Dan ternyata ya itu nama laki–laki itu Daniel.

Kang Daniel.

Itu tertulis di bet namanya.

"Aaaa...  maaf kak, biar aku bersihkan"

Jeon ji langsung meminta maaf dan membersihkan baju Daniel yang terkena remyeon dan soda.

"Aihs, sudah tak perlu, singkirkan tanganmu dari baju sekarang "

"Tapi ini tinggal sedikit lagi bersih "

Daniel marah,dia langsung menyingkirkan tangan Jeon Ji dari bajunya dan menggenggam tangan Jeon Ji.

"Aish,  kubilang singkirkan tanganmu dari bajuku ya singkirkan, dengar Tidak!!!  "

"Aaaa... sakit"

"Hai!! kamu punya mata tidak sih "

"Punya "

"Kalau punya lihat–lihat donk kalau jalan, mata itu di pakai untuk melihat bukan untuk nabrak orang"

"Matamu di mana sih?, di dengkul ya,pantes jalan nabrak–nabrak "

"Dasar!"

Daniel melepaskan tangan Jeon Ji dan meninggalkannya begitu saja.

Aku mendekati Jeon Ji.

"Kamu tak apa–apa Jeon Ji "

Saat aku mendekatinya nampak jelas air mata jatuh dari matanya.

Dia menangis.

Melihat Jeon Ji hatiku merasakan terbakar, sakit hati marah.

Tanpa berpikir panjang aku menghampiri Daniel.

"Hai!!kau berhenti"

Dia langsung dan berbalik menghadapku.

"Ada apa lagi? "

"Hai!! Kau sudah membuat temanku menangis kau harus minta maaf sekarang"

" Kenapa aku harus minta maaf kepadanya?  Dia emang pantas mendapatkannya karena dia sudah mengotori bajuku"

"Itu bukan kesalahan Jeon Ji itu kesalahanmu sendiri.  Salamu sendiri kenapa kamu tadi lari–lari? Dan kenapa kau lari–lari gak lihat–lihat?  Jadinya gini kan bajumu kotor"

Daniel mendekatiku dan menatap kepadaku dengan tatapan kurang menyenangkan.

"Jadi maksudmu kejadian ini karena aku begitu "

"Ya,  seandainya kamu tadi tidak lari–lari dan lihat–lihat mungkij bajunu tidak akan kotor dan makanan Jeon Ji tidak terbuang sia–sia, jadi seharusnya kau yang minta maaf ke Jeon Ji dan mengganti makanannya "

"O, jadi kau minta ganti rugi, Baiklah aku akan ganti rugi "

Daniel menghampiri Jeon Ji yang sedang menangis.

"Hai! Kau minta berapa perempuan"

Daniel mengeluarkan dompet dari sakunya.

"Berapa?  100,200,300 nih aku berikan semua isi dompetku kepadamu kalau sampai dompet–dompetnya"

Daniel mengambil berapa uang dari dompetnya dan melemparkan uang itu ke hadapan Jeon Ji.

Aku melihat itu hatiku berasa meledak dan tak bisa ku tahan lagi.

Daniel mendekatiku lagi.

"Puas"

"Ha,  Dasar Monster"

Dengan amarah yang sudah meledak–ledak aku melemparkan nampanku yang ku bawa kearahnya lalu ku menghampiri Jeon Ji menggandeng tangannya dan pergi.

Bersambung....

Hai Guys

Bagaimana ceritanya?

Semoga kalian suka ya

Yang suka jangan lupa vote dan shere ya

Yang gak suka...

Abein Ja!!!

Oke

See You

Jc


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login