Download App

Chapter 5: Bagian 5

Disarankan bacanya sambil

dengar lagu 2!3!

•••

"Sini mendekat. Foto denganku."

HEOL!!!!!

Coba, mungkin aku salah dengar.

"U-uh m-mwoya?"

Dia bergeser mendekat padaku, membuatku gugup setengah mati.

"Senyum Mi~ya."

Aku menurut.

Masa bodoh dengan hasilnya yang pasti akan seram karena senyumanku yang horror melebihi lukisan Monalisa.

Tak apa, nanti akan ku crop bagian Jungkook-nya.

"Ini," Dia menyodorkan handphone padaku. "Jika orang tua mu marah atau khawatir, jawablah sejujurnya. Dan jika mereka tak percaya. Berikan foto ini."

Aku terenyuh dengan rasa empati-nya yang begitu besar. Bahkan aku sampai tidak terfikir ke arah sana.

Jungkook benar-benar seorang yang peduli.

"Kamsahamnida, Jungkook~ah."

Dia mengangguk, "Kalau begitu aku akan bersiap sebentar." Dia bangkit dari duduknya, berjalan untuk mengambil jaket di sofa.

"Jungkookie ingin kemana?" Aku memperhatikan punggungnya yang seksi.

Dia menoleh kebelakang untuk dapat melihatku. Kemudian terkekeh sekilas. "Tentu saja mengantar nona Mi~ya. Jangan berpikir aku akan lepas tanggung jawab begitu saja."

Aku langsung bangkit. "Eung tidak perlu Jungkook~ah, aku akan pulang naik bus pada jam terakhir." Aku tak ingin merepotkan biasku lebih banyak.

Jungkook langsung menggeleng keras. "Andwaeyo, Mi Ahn. Itu berbahaya."

"Gwenchanna. Aku sudah biasa menggunakan kendaraan umum."

Padahal tidak sama sekali! Aku selalu pergi di temani eomma.

Dia menatapku sedih. Oh ayolah melihat itu seperti ada yang mencubit hatiku.

"B-bukannya aku menolak ajakan atau menghalangi tanggung jawabmu, hanya saja aku berpikir kau perlu istirahat yang cukup. Besok pasti akan ada banyak jadwal yang menunggumu."

Mataku menangkap dia mendesah pasrah, bahunya tak lagi setegap tadi. Dia benar-benar sedih. Kumohon berhenti Jungkook~ah.

"Kalau begitu biarkan sopir perusahaan yang mengantarmu. Walau katamu aku harus tidur, tapi percuma saja jika pikiranku tak tenang karena terus memikirkan keadanmu jika pergi sendirian."

Aku menimbang sejenak. Berusaha mencari resiko yang akan datang jika aku menerima tawaran Jungkook. Tapi akan lebih beresiko lagi jika Jungkook sendiri yang mengantarku pergi ke lingkungan umum yang pasti akan banyak sekali kamera di luaran sana yang menangkap kami.

"Jadi bagaimana, Mi~ya? Terima tawaranku, atau kau akan menginap disini sampai besok agar aku tak khawatir walau kau sendirian."

Aku hampir tersedak air liurku sendiri ketika mendengar kalimat Jungkook yang kembali membuat pikiran Wild­-ku bangkit. Nadanya terdengar serius.

Please jika dalam hidup ini aku tak memiliki kewajiban, aku akan menyerahkan hidupku sepenuhnya padamu Kookie!

"E-eh itu tidak mungkin," Aku terkekeh canggung sambil mengibaskan tanganku di udara.

"Nah, kalau begitu sekarang biarkan aku menelepon Song Ahjussi."

Kemudian Jungkook meraih handphone-nya di nakas. Aku memperhatikan dalam diam.

"Ne kamsahamnida ahjussi, maaf mengganggu waktu anda. Tolong jangan menanyakan apapun yang mengganggu temanku.... iyeepp."

Dia tertawa di akhir kalimat, lalu detik berikutnya netranya kembali padaku. "Beliau akan menunggumu di pintu lobi hotel. Mobilnya yang tadi mengantar kita ya,"

Aku menganggukkan kepalaku lagi dan tersenyum sebaik mungkin untuk terakhir kali pada Jungkook yang membalasku.

Aku membungkukkan badan sambil mengucapkan kata-kata menyedihkan. "Maaf jika sudah merepotkan Jungkookie dan member lain terlalu banyak. Maaf juga jika kehadiranku telah mengganggu waktu istirahatmu. Jeongmal mianhae." Aku berdeham sebentar karena emosi yang membuat suaraku serak.

Aku kembali menatap Jungkook yang memperhatikan dengan serius. "Geundae.. terimakasih karena Jungkookie telah memberikan kesempatan luar biasa ini padaku. Mungkin didunia ini hanya aku satu-satunya ARMY yang paling beruntung, Neomu neomu kamsahamnida."

Berbicara seperti ini entah kenapa membuat mataku memanas. Hajima! Aku tidak mau menangis, tidak boleh terlihat menyedihkan di depan Jungkook.

Ah karena momen menyedihkan ini membuatku ingin bernyanyi lagu 2! 3!.

"Boleh aku memelukmu sebentar?"

Tanpa menunggu jawabanku, dia melangkah mendekat dan merengkuh tubuhku kedalam dekapannya yang sialnya langsung membuatku rapuh. Air mataku tak tertahan lagi. Aku tak menangis, hanya air mata saja yang menetes.

Buru-buru aku menghapusnya.

Aku merasakan tangannya bergerak mengusap rambutku. Membuatku lebih tenang. Andai waktu dapat kuhentikan.

Aku akan mengentikan selama-lamanya.

"Jangan mengatakan sesuatu yang terdengar seperti kalimat perpisahan. Itu membuatku sedih. Setelah sampai dirumah kau harus mandi dan jangan menangis. Jangan lupa juga untuk men-charge handphone-mu. Titipkan salamku pada keluargamu, ya."

Sikapnya membuatku semakin ingin menjerit sedih. Kenapa Jungkook terlalu peduli sampai mengingatkanku untuk mengisi daya handphone? itu bahkan terlalu sepele.

Jungkook-ah apa sikapmu yang manis ini ditunjukkan pada semua orang? Jika iya, bolehkah aku merasa cemburu dan jadi egois?

Aku tak ingin ada orang lain dapat ikut merasakan sikap Jungkook yang penuh perhatian seperti ini.

•••

Pagi menjelang, aku keluar kamar mandi dengan bersenandung riang sambil mengusap rambut panjangku yang basah. Sebenarnya mandi pagi bukanlah kebiasaanku. Tidak sama sekali, aku jarang melakukannya.

Karena mengingat kejadian semalam membuatku rasanya ingin selalu mempercantik diri dan wangi dalam waktu kapanpun.

Entah kenapa aku melakukan itu karena aku menganggap akan bertemu Jungkook setiap harinya.

Miris memang.

Ah gwenchanna! aku akan memanfaatkan dan menjadikan ini sebagai pendirian agar dapat mengubah kebiasaan burukku yang paling malas untuk mandi pagi.

Bunyi alarm yang berasal dari Ciway —nama yang kuberikan untuk handphoneku terus berdering memutar lagu BTS NOT TODAY. Alih-alih mematikan, aku malah membiarkan dan ikut bernyanyi dengan semangat pagi.

Nyanyian dan gerakan menari asal-asalanku terhenti ketika lagunya berhenti tiba-tiba dan di ganti dengan getaran panggilan masuk.

Ah kenapa mati?

Padahal itu sedang bagian Jungkook.

Baru saja ingin melangkah untuk melihat siapa yang menelepon, tiba-tiba eomma berteriak memanggilku. Kurasa eomma lupa kalau dia masih punya tetangga yang kapan saja bisa mendengar suara cetarnya barusan.

"MI AHN KEMARI !! BANTU EOMMA UNTUK MENCUCI PIRING."

Aku mendengus dan berbalik untuk memenuhi panggilan sang nyonya besar. Masa bodoh dengan ponsel yang terus bergetar, paling itu hanya kelakuan anak-anak nakal yang baru mengenal telepon genggam.

Aku tahu,

Karena aku pernah mendapatkan hal serupa sebanyak tujuh kali.

"Aku datang eomma..."

Dan, pekerjaan rumah.... aku datang.

Aku menghempaskan tubuh ke tempat tidur single milikku. Hari ini pekerjaan rumah lebih banyak dari biasanya, sampai mencuci baju pun aku yang memasukkan semua pakaian kotor ke dalam mesin cuci, padahal harusnya itu bagian eomma.

Aku rasa eomma sengaja ingin menghukumku karena tadi malam aku sukses membuatnya khawatir setengah mati.

Meski tadi malam eomma tidak jadi marah karena aku langsung memperlihatkan potretku dengan Jungkook, itu membuat emosinya sekejap langsung hilang seperti terbawa angin. Tapi di balik itu semua, ternyata eomma masih memiliki dendam padaku.

Oh jadi begitu ya eomma....

Heumm arayo.

Akhirnya aku merasakan diriku kembali seperti baru bangun di pagi hari. Badanku lengket lagi karena peluh dimana-mana. Aku memang tipikal perempuan yang gampang sekali untuk berkeringat, dan aku sangat benci itu.

Tahu begitu aku tidak akan mandi dulu tadi.

Aku meraih Ciway yang sejak pagi tak sempat ku sentuh,

Oh my real friends!

Aku melihat di layar kunci terdapat pemberitahuan 2 panggilan tak terjawab dari nomor tak di kenal dan 3 pesan dari aplikasi KaTalk.

"Ow nuguya?" Gumamku sambil menggeser layar kunci dan membuka aplikasi Kakao Talk.

Aku spontan mendudukkan diriku sampai kepalaku rasanya ingin copot dari tempatnya karena rasa kejut luar biasa ketika melihat siapa yang mengirimiku pesan.

Demi daging asap!

Jungkook adalah orangnya.

Aku ulangi, Jungkook mengirimku pesan.

Ah biar kuperjelas,

Jungkook mengetahui nomorku.

Dia memberiku beberapa kalimat sederhana dan di antaranya ada satu video yang sialnya berhasil merebut hampir seluruh pasokan oksigen di paru-paruku meski aku belum membukanya.

Aku menggigit kuat-kuat bibirku, berusaha menyadarkan diri bahwa ini hanya khayalan seperti biasa.

Tapi aku merasakan sakit. Sakit sekali.

"AWW!!" Aku melompat ke meja rias untuk melihat kondisi bibirku yang untungnya tidak berdarah. Tadi itu benarkah aku yang menggigit? Kenapa aku bisa setega itu pada benda milikku sendiri? Gosh!

Oke. Jeon Jungkook, kau penyebab ini semua.

Sedetik kemudian perhatianku kembali pada layar Ciway yang masih menyala.

"CICIIIIII AKU CINTA PADAMU!" Teriakku sambil memberikan beberapa ciuman basah- eh tidak- pada Ciway dan menganggap angin lalu teguran eomma yang beringas.

-

'Annyeong Mi Ahn' 7.45 AM

'Kenapa tak angkat panggilanku? Jika kau takut, ini aku Jeon Jungkook' 10.13 AM

'Jungkook send a video' 1.51 PM

Aku melihat jam kirimnya dan ini sudah pukul setengah tiga! Astaga aku sudah membuat Jungkook terlalu lama menunggu.

Lompat ke tengah kasur, aku menarik napas panjang sambil membenarkan rambutku yang berantakan. Semoga aku kuat melihat video ini.

PPANG

Durasinya sekitar satu menit.

Jungkook benar-benar mengirim ini khusus untukku?

Di dalam video juga ada Jimin yang menemani, dan rata-rata yang mengisi suara video itu Jimin. Mungkin Jungkook sengaja mengajak teman supaya tidak terlalu canggung?

Tak apa. Karena sekalinya Jungkook mengeluarkan kata-kata, itu sangat bermakna untukku.

Di video Jungkook berpesan padaku agar aku mau mengangkat panggilannya.

Nah,

Apa sekarang dia salah paham?

Jika aku menghubunginya duluan apa tidak apa-apa? Aku juga sangat penasaran dan ingin sekali memastikan bahwa ini benar-benar baby bunny-ku.

Oke, aku coba saja.

Aku menarik napas, berdoa dalam hati semoga aku dapat mengontrol suaraku agar tidak histeris dan membuat Jungkook jadi ilfeel padaku.

TASH!

Telepon di angkat pada dering pertama.

Dan aku tidak menyangka secepat itu.

Tidak lama, panggilan berakhir. Aku yang meminta, karena takut mengganggu aktifitasnya.

Aku melempar Ciway kek kasur. Napasku terengah seperti habis melakukan marathon seratus kilo meter.

Gila, ini memang nyata.

Aku sungguh mendengar suara Jungkook melambai di telingaku.

TING

Aku menoleh pada Ciway yang berdering. Buru-buru langsung meraihnya dan mendapati pesan dari Jungkook.

Oh sudah kubilang ini gila.

Maksudku, aku yang bisa gila.

Bukan Ciway, apalagi Jungkook. Tidak sama sekali!

'Gomawo Mi Ahn, aku sangat senang sekarang.' 2.55 PM

Dengan segera aku membalasnya dengan berseri-seri.

Dia senang karena aku. Yeay!

'Jika ada kata kata lain yang melebihi arti senang, itulah yang akan kukatakan. Aku bahagia sekali, terimakasih>,<' 2.55 PM

Send

"Huh!!" Aku membuang napas lagi. Jeongmal, jantungku bekerja tidak normal, dia berdetak terlalu keras dan itu membuatku sedikit sesak.

TING

'Ah kau menggemaskan. Aku ikut bahagia mendengarnya.' 2.58 PM.

'Tapi bisakah kau menjaga kepercayaanku? Untuk tidak menyebarkan kontakku? Ini sungguh sangat pribadi.' 2.59 PM

Keningku mngerut tak setuju. Tentu saja tidak akan kulakukan.

Bodoh sekali namanya jika aku membeberkan kontak pria yang ku sukai. Aku akui ini sedikit menjadi egois, tapi masa bodoh. Jungkook sendiri pun mendukungku.

'Tidak mungkin, pasti aku akan menjaga privasimu. Lagian aku sedikit tidak rela juga kkk~' 3.01 PM

Send

'Ah omong-omong, darimana kau dapat kontakku, Jungkook~ah?' 3.01 PM

Send

Bagaimana bisa aku baru teringat dengan pertanyaan penting seperti itu.

Lima belas menit lebih aku menunggu.

Apa dia sibuk?

Atau di marahi oleh manager karena kepergok main handphone di saat latihan?

Oh jangan sakiti my kookie.

Oke, aku mulai dramatis dan menjijikan. Kembali ke topik.

Sampai dua puluh lima, dia belum membuka pesanku.

Oh ayolah.

Kenapa di saat seperti ini...

TING

'Aku pikir kau menyadarinya, kemarin aku misscall handphoneku menggunakan handphone-mu.' 3.26 PM

'Ah dan maaf Mi~ya, aku baru selesai gladi untuk konser nanti malam. Makanya telat membalas pesanmu.' 3.26 PM

'Aku berharap kau datang lagii~' 3.27 PM

Aku menggigit bantal gemas. Serius, meski dia tak mengatakan secara lisan, tapi aku dapat merasakan Jungkook sangat manja dengan kalimat yang terakhir. Lucu sekali argh!

'Oh tidak apa, kookie! Lakukan saja semua tugasmu. Jangan jadikan aku sebagai penghalang.' 3.28 PM

'Eum datang lagi? Waaaa aku ingin sekali, tapi sesuatu tak memadainya.' 3.29 PM

Send

TING

Whoa, apa dia benar-benar sudah bebas? Gerakan jarinya begitu cepat.

'Dan aku tahu apa itu.' 3.29 PM

'Kau hanya harus bersabar dan sering menabung.' 3.30 PM

'Tapi benarkah kau ingin sekali kesini? Harusnya kau sudah cukup dengan melakukan kontak langsung dengan bias utama mu 😏' 3.30 PM

Dan di akhir dia memberiku emot smirk, aku melongo membacanya. Tadi bukankah dia yang menginginkanku datang? Kenapa sekarang seolah melarangku? Dasar pria puber yang masih labil.

'Tapi aku ingin melihat semua member. Rasa sayangku sudah terbagi untuk kalian semua.' 3.31 PM

Send

TING

'Bagaimana jika aku melarangmu karena tak ingin berbagi dengan para hyungnim?' 3.32 PM

Aku tertawa senang membacanya. Ah ini benar-benar sebuah fanfiction!

'Hmm apa kau berubah jadi dominan? Ini seperti cerita kemarin yang kau baca hahaha.' 3.32 PM

Send

TING

'Aku memang sedang mencoba, ternyata menyenangkan juga. Menurutmu apa aku harus seperti ini terus?' 3.34 PM

'Ah omong-omong, aku juga sudah mendownload aplikasi Webnovel. Ini seru! lumayan untuk mengisi waktu luang.' 3.35 PM

Heol, Jinjja?!

Gila, ini sungguh gila.

Aku ingin tertawa keras sekarang.

Seorang idol besar, Jeon Jungkook, memiliki aplikasi Webnovel di handphonenya. Astaga! Betapa lucunya.

'Andwaeee, lebih baik seperti J-Hope atau Taehyung. Kkk~' 3.37 PM

'Kau tahu kookie~ya, aku sedang tertawa keras sekarang.' 3.38 PM

'Kuharap kau menghindari cerita dengan rate 17+ >.<' 3.38 PM

Send

Ah aku harus mengambil minum sebelum ini semakin berlanjut jauh. Berlari secepat kilat mengambil satu botol mineral dalam kulkas lalu kembali dalam dua detik.

Argghhh dammit!

Karena lari tergesa jari kelingkingku jadi menendang kaki meja dengan keras. Dan kalian tahu itu sakit sekali. Sial betul.

Tapi masa bodoh lah, Jungkook sudah menungguku di kamar.

TING

Oh bahkan aku terlalu cepat dan percaya diri. Buktinya, dia baru membalas.

'Shireo! Lebih baik aku jadi diri sendiri 🙇'  3.39 PM

'Menertawakan apa? Beritahu aku agar aku bisa tertawa juga.' 3.39 PM

'Aku tidak mempermasalahkan itu, kita sudah sama sama dewasa, Mi Ahn. Dan aku sudah tak asing dengan hal-hal begituan, bahkan aku punya satu mimpi yang sangat menyenangkan tentang itu😏' 3.40 PM

What the. . . .

———–———


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C5
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login