Download App
37.5% Reingard

Chapter 3: Lembaran Baru Bagian 1

Terik matahari di siang hari kali ini dapat dengan mudah mengeringkan tenggorokan orang-orang yang berlalu lalang.

Disebuah lapangan gersang di desa Wetton Kerajaan Ulasee, terdapat tiga mayat yang yang digantung. Mereka adalah budak yang mendapatkan hukuman mati, karena mencuri makanan majikannya.

Orang-orang yang menyaksikan kejadian itu memperlihatkan ekspresi yang rumit di wajah mereka, dan beberapa orang lain di desa itu mencoba mengabaikan hal-hal yang bersangkutan dengan para bangsawan, karena mereka menganggap hal tersebut sudah sering terjadi.

Disudut desa dekat pembuangan sampah terdapat sebuah gubuk kecil, entah layak atau tidak disebut sebuah rumah, tempat itu hanya dibangun dari beberapa kayu, jerami dan barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai, dengan dua ruangan didalamnya.

El mengemasi barang-barangnya dan siap untuk pergi kapanpun dari tempat kelahirannya yang menjijkan, ia sudah muak menyaksikan begitu banyak pembunuhan, pelecehan, dan kekerasan para bangsawan terhadap rakyat jelata yang menjadi budak.

"Kak kau akan pergi?" tanya seorang anak kecil.

"Aku akan pergi, kau jaga kakek dan Rafa baik-baik ya" ucap El dengan senyuman sambil mengelus kepala adiknya bernama Uay.

Saat El sedang mengemasi barangnya, Uay hanya bisa menatap pasrah kepergian kakaknya yang sudah bulat, tiba-tiba kakek Dran masuk ke kamar El.

"Kau sudah yakin akan pergi sekarang? Apa kau tidak merasa berat hati meninggalkan mereka?"

El hanya diam, kemudian membawa kantung berisikan beberapa pakaian yang masih layak untuk di kenakan, membunguk dan mengelus kepala adiknya.

"Dengarkan aku, dunia ini sangat luas, semua orang didunia ini berhak memilih apa yang mereka inginkan, termasuk aku, aku menetukan pilihan ku sendiri, pergi dari tempat yang menjijikan ini, maaf aku melepaskan tanggungjawab ku merawat kalian, tapi dengarkan baik-baik, suatu saat nanti aku pasti akan kembali dan menyingkirkan bangsawan-bangsawan itu."

El berdiri memandang kakeknya sebentar, kemudian mencium kening kedua adiknya, ia menatap dalam wajah adik kecilnya Rafa yang sedang tertidur dan berjalan meninggalkan rumah."

"Aku akan mencari Reingard!"

***

2 minggu Sebulum kepergian EL

"Sudah kubilang, jangan coba-coba sentuh barang apapun di kamar ku!" teriak majikan El.

"Maaf, tadi ada kucing yang masuk, saya mencoba mengeluarkan kucing tersebut..." ucap El yang menunduk dihadapan tuannya dan memohon ampunan.

"Sialan, kau berani sekali memotong pembicaraan ku! Apa kau pikir budak seperti kau layak untuk membatah?" teriak pemuda itu sambil beberapa kali menendang kepala El "Singkirkan dia dari hadapan ku, dan beri dia hukuman!"

Malam itu El mengerang kesakitan saat berusaha untuk tidur, luka cambukan di tubuhnya tidak mendapatkan pengobatan apapun, ia hanya bisa mengobati lukanya dengan sihir penyembuhan dasar, yang hanya menghilangkan rasa sakit beberapa saat.

"Aku muak berada ditempat ini" ucapnya.

El kembali merapalkan sihir penyembuhan pada tubuhnya, sesekali menahan rasa sakit, mencoba mengabaikan rasa sakit itu sampai perlahan-lahan kesadarannya hilang dan ia terlelap.

Keesokan harinya ia bekerja seperti biasa, melakukan beberapa pekerjaan berat dan sesekali beristrahat disebuah pohon pinggir kota, siang itu ia melihat seseorang yang berjalan menggunakan sebuah tongkat penyangga terjatuh karena membawa beberapa barang dan ditertawai orang-orang, pria itu hanya membalas dengan senyuman sambil mengambil barang-barangnya. El bangkit dan menghampiri pria tersebut, membantunya mengambil barang-barang yang terjatuh.

"Terimakasih"

"Ya,.." ucap El sambil membantu orang itu bangkit.

Pria itu tersenyum dan mengulurkan lengannya "Aku Yussa Rastel, siapa namamu?"

"El.... Ash El" El gugup saat ia menyebutkan namanya, karena ia tahu semua nama yang diawali dengan Ash telah dikutuk.

"Woah kau serius? Kau berasal dari desa Wetton?" ucap Yussa antusias.

"Ya! Kau ingin menertawakan ku?"

"Tidak, tidak mana mungkin orang cacat seperti ku menertawakan mu, kita berdua bahan tertawaan"

El hanya diam, ia jarang sekali berinteraksi dengan orang yang bukan berasal dari desanya, sementara Yussa memberikan senyuman ramah tanda pertemanan. El tersadar bahwa sudah waktunya kembali. Ia menyerahkan benda yang ia ambil dan berjalan pergi.

"Aku harus pergi.."

"Eh. Terimakasih, bisakah kita berteman?" ucap Yussa, El tidak memberikan jawaban apapun dan hanya menoleh bingung "Besok aku akan menunggumu di pohon itu"

El berlari meninggalkan Yussa mengabaikannya, walaupun ia mendengar jelas apa yang di ucapkan Yussa.

El bekerja sesuai permintaan keluarga bangsawan di kota, ia adalah budak umum yang dapat disewa oleh siapapun, hari ini adalah hari terakhirnya bekerja dengan majikan kejam yang ia layani. Setelah ia menyelesaikan pekerjaannya hari itu ia kembali ke tempat tidurnya di belakang rumah, mencoba memejamkan mata, karena esok hari ia harus kembali kedesa.

Pagi hari setelah mengemas beberapa barang untuk di bawa kedesa, El bergegas pergi dari rumah itu, sebelum majikannya bangun dan menimbulkan masalah lain, ia berjalan sangat cepat. langkahnya terhenti saat melihat pohon dipinggir kota, nampak sesorang yang tidak asing bagi El.

"Hoiiii" teriak Yussa.

Merasa tak enak El pun menghampiri Yussa "Kau menunggu ku sepagi ini?"

"Emmm.. aku tau kau akan pergi dari kota, karena pekerjaanmu dengan bangsawan itu sudah berakhir" ucapnya dengan senyum, namun melihat ekspresi El, Yussa merasa bersalah "Maaf, bukan maksud ku"

"Tidak apa, lagi pula semua orang sudah mengetahuinya."

"Jadi, bagaimana tawaran ku?" tanya Yussa

"Tentang apa?"

"Petemanan kita?" ucap Yussa kecewa

"Kau bercanda? Aku hanya seorang budak umum yang bekerja sesuai permintaan setiap keluarga bangsawan dikota ini"

"Aku tidak peduli, lagi pula kau terlihat cukup baik" Yussa mengulurkan tanganya.

El masih bingung dengan keputusan Yussa, ia memasang wajah ragu untuk menjabat lengan itu, tapi tidak lama keraguannya dihilangkan. Yussa meraih paksa lengan El dan mereka berjabatan.

"Kau sudah puas sekarang? aku harus pergi sekarang,... orang-orang didesa pasti sudah menungguku"

"Wah, kapan kau akan kembali?"

"Entah lah mungkin sampai ada yang memperkerjakan ku lagi"

"Hmmm baiklah kalau begitu, aku akan menunggu.. sampai jumpai aku memiliki firasat kita akan sering bertemu" ucap Yussa ia berjalan kembali ke kota dan menghilang, sementara El pergi ke perbatasan kota untuk kembali kerumahnya.

El sampai didesa, ia menyapa seluruh penduduk desa, membagikan beberapa makanan dan yang ia dapat dari kota, ia juga merawat orang-orang sakit disekitar gubuk miliknya.

Untuk kemampuan sihir yang dimilikinya, El hanya mengasah kemampuan sihir penyembuhan, dan beberapa sihir pendukung yang ia pelajari dari catatan ayahnya. Tidak jarang ia mempelajari sihir-sihir yang dapat digunakan untuk menyerang namun karena satu alasan, El menyerah. Ia lebih fokus mempelajari sihir penyembuhan.

Setelah mengelilingi desa dan menyapa seluruh penduduk, El kembali kerumahnya, dan di sambut hangat oleh kedua adiknya.

"Aku pulang..." ucap El

***

Setelah satu minggu ia berada didesa, El menerima surat perintah dari pengawas kota, surat yang berisikan informasi tentang pekerjaan yang akan dia jalani selanjutnya.

Ia membuka surat tersebut dan membaca dengan seksama, surat yang berisi informasi bahwa ia sudah dibeli oleh salah satu keluarga bangsawan dikota Coullan.

"Apa yang akan kau lakukan?" ucap sang kakek.

"Tidak ada pilihan lagi, aku tidak bisa melakukan apa yang ku inginkan" ucap El kesal "Semua nya sudah menjadi tanggung jawabku saat ayah dan ibu meninggal, apa yang salah dengan desa ini? Tidak. Apa yang salah dengan dunia ini yang begitu tidak adil?"

"Kau selalu mempunyai pilihan nak, semua orang sama, hanya saja kita tidak memiliki kekuasaan apapun" ucap kakek Dran.

"Iya aku tahu, ini berkat kebodohan ayah yang terlalu baik sampai dia di cap sebagai penghianat kerajaan, tidak bisakah aku bernafas lega walau hanya sehari?"

El menjatuhkan air matanya, kedua adiknya menhampiri dan memeluk kakaknya, ia tidak memiliki tujuan apapun di hidupnya, karena bagi El kehidupannya telah mati, 5 tahun lalu, saat bencana besar menyerang desa Wetton dan ayahnya di cap sebagai penyebab bencana tersebut, kemudian di hukum mati dan desa di isolir dari kerjaan Ullasee.

Pagi itu El sudah membuat tekad untuk menerima kenyataan, ia berpamitan pada semua penduduk desa yang nampak sedih, kemudian berjalan mengikuti pengawal kota, dengan putus asa.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login