Download App

Chapter 33: Pernyataan Perasaan

Orion yang dalam tahap pertumbuhan, sudah menjalani kehidupannya di dunia baru itu selama 5 tahun. Dia sudah menginjak usia 13 tahun dan tumbuh menjadi orang yang di senangi semua orang di desanya, dia tumbuh menjadi laki-laki yang tampan dan baik.

Hampir semua gadis di desa menyukainya dan selalu menunjukkan perhatian lebih kepada dirinya, namun dia tidak menyadari itu. Karena Orion memiliki kepekaan yang rendah terhadap perasaan seperti itu.

Namun Orion tidak memiliki perasaan yang sama seperti mereka kepada dirinya, tidak ada yang salah dari mereka. Mereka semua memiliki wajah yang tentu menarik, namun bagi Orion mereka tidak menarik di matanya.

Semua wanita itu cantik, tapi tidak semuanya menarik. Pemikiran itulah yang dari dulu hingga sekarang, dia camkan pada dirinya.

Orion dan anak-anak lainnya sudah menginjak usia 13 tahun, yang berarti mereka sudah harus pergi bersekolah.

Hal itu sudah di beritahukan kepada mereka beberapa bulan yang lalu, dari waktu itu mereka sudah di suruh untuk menentukan kemana mereka akan pergi. Orion sudah menentukan pilihannya, yaitu akademi Anfield.

Akademi Anfield berada di ibu kota kerajaan Anfield, yaitu Anfield. Akademi itu sangat terkenal, karena sebagian besar murid-murid yang lulus dari sana. Selalu menjadi orang-orang hebat dalam berbagai hal dan tentu saja itu menjamin masa depan seseorang.

Akademi Anfield termasuk kedalam 8 akademi terbaik di benua Alter dan termasuk kedalam akademi yang memiliki murid terbanyak di benua Alter, akademi itu di bangun oleh seorang pahlawan terdahulu.

Alasan Orion memilih akademi Anfield sebagai tujuannya, bukan untuk itu saja. Dia dari dulu sudah menentukan Anfield sebagai tujuannya, 3 tahun yang lalu.

Di wilayah kerajaan Anfield, Orion menemukan salah satu pecahan dari kerajaan raja Grey. Dia menemukan itu 3 tahun yang lalu, ketika secara tidak sengaja melihat letak-letak pecahan kerajaan itu melalui {Ensiklopedia dunia}.

Namun Orion memiliki masalah, kerajaan Anfield adalah kerajaan yang sangat amat jauh dari desa Orion. Dia cukup ragu bahwa orang tuanya akan membiarkannya pergi kesana, namun dia sudah memutuskan itu dan tetap ingin pergi ke sana. Apapun caranya.

Hari ini Orion dan teman-temannya di kumpulkan, mereka akan disuruh untuk mengatakan kemana mereka akan pergi bersekolah. Mereka berkumpul di rumah Sol, disana hanya ada mereka, Sol dan Ray.

"Baiklah, yang pertama Orion. Katakan, kau mau kemana" Ray melihat ke Orion.

"Aku ingin bersekolah ke akademi Anfield" Orion menjawab dengan jelas dan tegas, semua orang melihat kearahnya dengan takjub.

Mereka tentu tahu tempat seperti apa akademi Anfield itu dan mereka juga tahu, seperti apa Orion itu. Menurut mereka, memang sewajarnya bagi orang yang berbakat seperti Orion. Pergi ke tempat yang bisa membuatnya menjadi lebih baik dari sebelumnya.

"Boleh kami tahu, apa alasannya?" Kali ini Sol yang bertanya, dia sendiri juga terkejut.

Orion tidak pernah mengatakan apapun tentang itu, dia hanya menyimpan itu untuk dirinya sendiri hingga saatnya tiba untuk mengatakannya kepada orang-orang dan sekarang adalah saatnya.

"Aku ingin melihat segalanya dan mengetahui segalanya, akademi Anfield adalah pilihan yang tepat menurut ku"

"Begitu, ya. Kami mengerti, kau boleh pergi Orion" Ray berkata.

"Baiklah, kurasa aku akan ke kamar ku saja. Aku permisi, teman-teman" Orion melihat ke teman-temannya dan pergi ke kamarnya, dia sudah mengutarakan keinginannya.

Sekarang keputusan ada di tangan ayahnya, untuk pergi ke akademi yang di inginkan maka mereka membutuhkan izin dari orang tua. Itu adalah hal yang paling penting dan utama, jika orang tua tidak mengizinkan maka mereka harus mencari akademi lain. Yang sesuai dengan keinginan orang tua mereka, meski menurut Orion itu tidaklah benar.

TOK TOK TOK

"Siapa?" Orion yang terlalu malas untuk membuka pintu bertanya, dia sudah menemukan posisi nyaman dan sangat tidak ingin untuk pergik dari sana.

SRET

"Orion, temani aku" Anna masuk kedalam.

Anna sudah berusia 17 tahun, dia tumbuh menjadi gadis yang sangat menawan, memiliki postur tubuh yang indah dan ideal. Hampir semua laki-laki di desanya menyukainya dan sudah pernah menyatakan perasaan mereka, namun semua di tolak dengan berbagai alasan.

"Kak, aku bertanya. Bukan menyuruh mu masuk, tidak bisakah kau menjawab saja?" Orion menatap Anna.

"Duh, jangan begitu. Aku sedang terburu-buru" Anna mendekat dan berbaring di samping Orion, dia menghadap ke Orion.

"Ada apa, kak? Kenapa kau menatap ku begitu?" Orion sedang memandangi langit-langit kamarnya.

"Bukan apa-apa, memangnya salah jika aku menatap adik ku yang tampan ini?" Anna menunjuk pipi Orion dan menekannya.

"Tidak juga, sih. Jadi, apa yang ingin kau lakukan? Sehingga membutuhkan bantuan ku" Orion melirik Anna, dia bisa melihat wajah dan dada Anna sepenuhnya.

Orion kembali menatap langit-langit kamarnya, dia tidak ingin apa yang baru saja dilihatnya akan selalu terbayang. Dia sudah sepenuhnya menganggap Anna adalah kakaknya, tidak lebih. Meskipun begitu, Anna tetap saja menarik di matanya dan itulah faktanya.

"Aku ingin kau menemani ku ke suatu tempat"

"Kemana? Ke kota?"

"Bukan, tapi ke lapangan"

"Hah? Untuk apa?"

"Nanti akan ku jelaskan, untuk sekarang kau hanya perlu ikut..." Anna berdiri.

"Aku akan mengganti pakaian ku, tunggu sebentar" Anna langsung keluar.

'Ya, tentu saja. Bisa gawat jika kau hanya keluar dengan pakaian tidur mu yang seperti itu'

...

"Orion, ay- Eh? kau masih berbaring?" Anna kembali dengan pakaian yang rapi.

"Aku sedang dalam posisi yang benar-benar nyaman, membuatku menjadi malas bergerak" Orion menjawab dengan lesu.

"Kau harus menemani ku, ayo...." Anna menarik tangan Orion, namun Orion tidak bergeser sama sekali.

"Kenapa kau berat sekali? Berdirilah" Anna masih berusaha menarik Orion.

"Baik, baik. Aku berdiri, jangan menarik" Orion pun berdiri.

"Seharusnya dari tadi begitu..." Anna berjalan ke jendela kamar Orion dan membukanya.

"Ayo " Anna menatap Orion.

"Apanya yang, ayo. Kenapa kita tidak lewat pintu saja?" Orion melihat Anna dengan aneh.

"Teman-teman mu masih di sana, aku malu kalau bertemu mereka dengan pakaian begini"

"Apa salahnya, kau tampak cantik dengan itu semua"

"Benarkah?" Anna menatap Orion dengan wajah yang merona.

"Tentu saja, ayo" Orion membuka pintu kamarnya.

"Tidak, kita tetap lewat jendela" Anna menggeleng.

"Hah, baiklah..." Orion menghela nafas panjang.

"Kau bisa turun duluan, kak"

"...." Anna diam.

"Ada apa, kak?"

"Um...Orion, apa kau mau menggendong ku untuk turun? Aku tidak ingin pakaian ini rusak" Anna berkata, dia terlihat malu.

"Baiklah..." Orion berlutut.

"Ayo"

"Bukan di gendong begitu, tapi...." Wajah Anna kembali memerah.

"Tapi, apa?"

"Tapi dengan cara gendongan pengantin atau tuan putri" Anna memalingkan wajahnya yang dari tadi memerah.

"Baik, jika itu mau mu" Orion kembali berdiri, dia mendekat ke Anna.

"Ini mungkin akan tidak nyaman, karena kau sedikit lebih tinggi dari ku. Apa kau masih ingin melakukan itu, kak?"

"Ya, tidak masalah"

"Baiklah"

TAP

Orion mengangkat kedua kaki Anna dan merangkulnya, Anna merasa senang di hatinya. Salah satu keinginannya sudah terwujud, meski dia masih merasa gugup. Orion keluar dari jendela, dia melompat turun dan mendarat dengan aman.

Selama 3 tahun terakhir, Orion sudah melatih fisiknya. Hingga ketingkat yang bisa di capai oleh tubuhnya yang berusia 13 tahun itu, awalnya Orion terkejut dengan kekuatan fisiknya yang sama sekali tidak merujuk ke anak usia 13 tahun di dunianya dulu.

Namun dia mengerti dimana dia berada saat ini, dia berada di dunia yang mana tidak ada hal yang mustahil di lakukan. Jadi menurutnya wajar-wajar saja jika fisik anak seusianya memang segitu.

"Ikuti aku..." Anna sudah turun dari gendongan Orion dan berjalan menuju lapangan.

"Sebenarnya apa yang ingin kau lakukan di lapangan dengan pakaian yang rapi? Dan kenapa mengajak ku, kak?" Orion mengikuti dari belakang.

"Kau akan mengerti nanti, untuk sekarang ikuti saja aku"

"Baiklah"

Mereka sudah sampai di lapangan, kosong. Tidak ada siapapun di sekitar sana, Anna berjalan ke sebuah pohon yang besar. Pohon itulah pohon terbesar dan tertinggi di desanya, berbeda dari pohon pada umumnya.

"Orion, apa kau membawa {Liontin Rein}?" Anna menatap Orion.

"Bawa, kenapa?"

"Pakai itu"

"Hah? Untuk apa?"

"Sudah, pakai saja. Kau akan mengerti nanti"

"....." Orion mengeluarkan sebuah liontin dari penyimpanannya dan memakainya.

"Segeralah menghilang, jangan bertanya"

"....." Secara perlahan, Orion mulai menghilang dan lenyap sepenuhnya.

'Hai, sebenarnya ada apa?' Orion duduk di bawah pohon, melihat ke Anna yang berdiri di sampingnya dengan senyumnya yang menawan.

"Maaf membuat mu menunggu" Seseorang berkata, Anna melihat ke sumber suara dan begitu juga dengan Orion.

"Tidak masalah, aku baru sampai" Anna berkata kepada orang itu.

'Jadi Anna ingin bertemu dengan Billy....' Orion melihat ke laki-laki yang sedang berbicara dengan Anna.

'Tapi kenapa harus mengajak ku?'

Anna dan Billy duduk di bawah pohon itu, sementara Orion sudah berdiri dan kembali duduk di depan mereka berdua. Mereka terlihat dekat, menikmati pembicaraan mereka. Orion yang dari tadi hanya menonton, tiba-tiba merasa kesal.

'Sebenarnya, apa yang Anna ingin tunjukkan kepada ku? Apa dia ingin menunjukkan kekasihnya ini kepada ku? Apa gunanya?'

"Anna, aku ingin mengatakan sesuatu...." Billy berkata, setelah beberapa saat yang lalu situasi menjadi hening.

"Mengatakan apa?" Anna melihat ke depan dengan senyum kasualnya, jarak mereka sangat dekat.

Billy bisa mencium aroma Anna, aroma yang manis dan harum. Membuatnya menjadi semakin gugup, dia melirik ke Anna. Wajah Anna yang tersenyum membuatnya semakin gugup serta bimbang.

"Billy? Ada apa?" Anna melihat ke arahnya.

"Bu-bukan apa-apa?" Billy menggeleng.

"Lalu, hal apa yang ingin kau katakan pada ku?"

"Ah, itu...." Billy terlihat berpikir.

'Apa yang ingin kau katakan pada Anna? Cepat katakan?' Orion yang dari tadi menunggu, mulai geram.

Billy berdiri, Anna yang melihat itu juga ikut berdiri. Mereka saling berhadapan, di depan pohon yang besar ketika matahari sedang akan tenggelam.

"A-Anna..."

"Ya?"

"Maukah kau menjadi kekasih ku!!!" Billy merentangkan tangannya sambil berlutut dengan 1 kaki.

"..." Anna terdiam, begitu juga dengan Orion. Orion melihat ke Anna yang masih terdiam.

'Apa kau akan menerimanya, Anna?'

"Maaf, Billy. Aku menolak" Anna berkata dengan senyum di wajahnya.

"Eh?" Billy melihat ke Anna.

'Eh?' Orion melihat juga ke Anna dengan bingung.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C33
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login