Download App

Chapter 2: Malapetaka

Sebuah pagi yang damai, burung-burung berkicau, sinar matahari masih tidak terasa panas, dan yang lebih penting lagi suasananya nyaman untuk beristirahat.

"Nahhh... Apa kau tidak merasa haus? "

Shira bertanya kepada krian yang sedang berada di sampingnya mengerjakan pekerjaan rumah seperti bersih-bersih, dan ngepel, dan hal lainnya.

"Rasanya seperti tidak minum 3 hari! Tapi itu dari sudut pandang manusia! "

"Benarkah? "

Krian menjawabnya dengan membandingkan rasa haus yang di alaminya dari sudut pandang manusia. Pada dasarnya seorang vampir bertahan hidup dengan meminum darah manusia, tetapi ada suatu alasan dimana mereka berdua tidak meminum darah selama 1 bulan.

"Memang menyakitkan, tetapi stok darah sudah habis! "ujar krian sambil duduk di sebelah Shira.

Shira hanya diam sambil memejamkan matanya dan menikmati sensasi yang ia rasakan, yaitu sensasi dimana ia bisa berdiam dengan nyaman di sebuah sofa empuk dengan terlentang.

Shira mengambil posisi duduk, lalu berdiri seolah mendengar suara yang dapat ia dengar, tetapi bukan itu ia merasakan sebuah hawa keberadaan yang mendekat, tiba-tiba...

*prang*

*duar*

Terdengar suara seperti besi yang diadukan lalu terdengar lagi suara ledakan, Shira dan krian bergegas menuju ke luar vilanya.

Shira dan krian melihat ke arah gerbang masuk vila dari depan pintu masuk depan, hal yang tak terduga terjadi dimana terdapat sebuah mobil yang menghancurkan gerbang vila, dan mobil tersebut terbakar.

Krian mencabut sebuah pedang yang selalu ia bawa di pinggangnya, sebuah pedang lurus dengan panjang melebihi tangannya, pedang tersebut berwarna merah darah.

"Bersiaplah! Ada sesuatu yang datang!"

Shira memberi perintah kepada krian, dan krian meresponnya dengan memegang erat pedang yang ia pegang, akan tetapi selang beberapa detik sosok tersebut tidak juga keluar.

Sebuah bayang muncul dari depan api yang membakar mobil tersebut, jumlahnya ada tiga dan sosoknya menjadi lebih jelas. Seorang laki-laki dan dua orang perempuan, mereka adalah ras vampir dan kemungkinan besar vampir yang ada di tengah merupakan vampir bangsawan.

Vampir bangsawan tersebut memakai pakaian berwarna hitam dan celana berwarna hitam juga, berbeda dengan dua orang perempuan di sampingnya mereka menggunakan sebuah pakaian pelayan.

Krian mengeluarkan sikap menyerang, lalu melesat dengan cepat ke arah target didepannya, tetapi sebelum mencapai target lengan kirinya di tarik oleh Shira yang membuat krian masuk ke vila.

Hal yang dilakukan krian tadi kemungkinan adalah hal bodoh, percuma saja jika melawan seseorang tanpa mengetahui kekuatannya.

Shira berjalan sedikit ke depan, lalu seorang vampir yang dari kanan tadi sudah berada di depan Shira yang belum melangkahkan kaki kanannya. Vampir itu menyerang dengan drop kick, lalu di susul dengan salah satu lagi dari kiri menyerang dengan pisau kecil yang diarahkan ke leher Shira.

Melihat situasi menguntungkan tersebut vampir bangsawan itu ikut menyerang Shira dari arah belakang, dan... Ia dapat memotong tangan Shira dengan mudah ketika Shira di sibukkan dengan para pelayannya.

"Eeee...Tidak buruk juga! "

Sehabis berkata Shira mundur ke belakang, tangan kirinya sudah tidak bisa digunakan lagi karena terpotong dengan rapih.

"Seperti yang di harapkan dari leluhur Ke-2! "

"Liggerald!... "

Shira memanggil nama itu, jika Shira serius mungkin sebelum Liggerald memotong tangannya Shira,ia akan melakukan serangan ke arah Liggerald.

"Apa sebenarnya tujuanmu? "

"Hanya mengucapkan salam! "

Liggerald menjawab pertanyaan Shira sambil melebarkan tangannya.

"Biarkan saya membunuh mereka nyonya! "

Krian berjalan dari dalam menuju arena pertarungan sambil memegang erat pedangnya.

"Sudah datang ya? Baiklah kau urus kedua pelayan itu... Dan jika bisa urus mereka semua! "

"Baik! "

Krian berlari menuju targetnya dan melancarkan serangan secara membabi buta.

Sementara itu Shira berjalan menghampiri bagian lengannya yang terpotong, memungutnya lalu menempelkan nya di tempat terpotong, dan secara ajaib tangannya menjadi utuh lagi.

"Jangan sampai membunuh mereka! "

Shira berteriak memberikan perintah kepada krian, tetapi melihat situasi 3 vampir tadi lebih banyak menghindar daripada menyerang.

"Ahaha... "

Shira tertawa dengan senyum lebarnya yang memperlihatkan taring tajamnya.

Krian berjuang melawan mereka bertiga, menebas, menusuk, dan menghindar, tetapi jika ia tetap begitu maka ia akan kalah.

Sesuatu terjadi, vampir yang menyerangnya menjadi 2 setalah melihat keadaan sekitar dengan sekejap krian mengerti, Shira menghentikan salah seorang pelayan dari Liggerald dan saat ini sedang menancapkan taringnya di leher pelayannya Liggerald itu.

"ahhh... Rasanya seperti minum air bekas cebok! "

Sambil berkata Shira mengelap darah di dekat mulutnya dengan tangannya.

"Bagaimana apa kau bisa menangani sisanya? "

"Jujur saja saya akan kesulitan! "

Krian menjawab pertanyaan Shira yang sejak tadi berada di samping kiri Shira.

"Oh.. Kalau begitu aku akan membantumu! "

"Oi oi... Tadi kau berkata jangan membunuh siapapun? "

"Benarkah? "

Liggerald melontarkan pertanyaan kepada Shira dengan perintah yang Shira berikan tadi kepada krian.

"Aku kesini hanya untuk mengantarkan surat ini! Jadi tolong jangan bunuh kami! "

Liggerald menjelaskan tentang tujuannya datang ke kediaman Shira, ia mengeluarkan sebuah surat dari kantong bajunya lalu melemparkannya kepada Shira.

Shira menangkap surat itu dengan mudah, dan berujar.

"Baiklah kali ini kubiarkan kau pergi! "

"... "

Tidak ada kata Terima kasih, Liggerald hanya memutar tubuhnya dan pergi meninggalkan kekacauan, sedangkan pelayannya menghampiri rekannya dan membawanya dengan menyeret tubuhnya.

Shira membuka surat itu dan membaca isi suratnya.

"... "

Setelah membaca surat tersebut Shira melempar surat itu ke arah mobil yang terbakar dengan tujuan membakarnya.

***

Sekarang bulan April, dimana Adrina Reika sebentar lagi akan melaksanakan Ujian akhir semester, meskipun begitu ia masih santa-santai saja seolah tidak ada masalah.

Adrian Reika sedang berada di kelas bersama dengan 5 orang temannya yang sedang melakukan kegiatan masing-masing.

Waktu menunjukkan pukul 16: 37,sebentar lagi ia harus pulang , tetapi ada sesuatu yang mengganjal yaitu sebuah suara *bam*yang terus berbunyi dari luar.

Suara tersebut terdengar sampai ke telinga Reika, apakah mereka mendengar suara tersebut? Begitulah pikir Reika.

Mereka sibuk dengan urusan masing-masing, sedangkan Reika hanya duduk diam dengan dagu ditahan tangan kanannya.

Suara tersebut menjadi lebih keras, dan tidak hanya itu. Terdengar suara ledakan yang tidak terlalu jelas.

Suasana di kelas menjadi sedikit panik, tetapi tidak seorangpun yang pergi keluar untuk memastikan keadaan.

Beberapa saat kemudian terjadi suara ledakan yang terjadi di sebelah kelas Reika, ledakan tersebut sangat besar sehingga kelas Reika dan teman-temannya runtuh menimpa mereka.

Reruntuhan dari bangunan tersebut menimpa Reika dan teman-temannya sehingga membuat semua temannya meninggal tepat saat itu juga.

Entah keajaiban atau keberuntungan, tetapi reruntuhan tersebut hanya menimpa kaki kanan Reika yang membuatnya tidak bisa bergerak.

Reika berusaha mengangkat reruntuhan tersebut yang ukurannya cukup besar, tetapi itu terlalu berat. Reika melihat ke arah sekitar ia melihat mayat teman-temannya, yang tertimpa reruntuhan.

Reika melihat sebuah besi yang tadinya digunakan sebagai rangka dari bangunan, tetapi bangunan tersebut telah runtuh dan besinya keluar.

Reika mengambil besi tersebut lalu menempatkannya dibawah reruntuhan yang menimpa kaki Reika, kemudian Reika menekan bagian lain dari besi tersebut agar reruntuhan yang menimpanya terangkat.

Reruntuhan itu akhirnya dapat di angkat walaupun hanya sedikit, tetapi Reika sudah dapat menarik kaki mananya agar tidak tertindih lagi.

Kakinya mengeluarkan banyak darah karena tertusuk besi yang tajam, dan juga sedikit memar. Reika berusaha bangkit dengan kakinya yang lain.

Reika berjalan menuju tempat yang lebih aman dengan berpegangan ke tembok yang masih utuh.

Sesaat sebum sampai di tempat aman ia menyobek sebuah kain yang digunakan sebagai gorden yang tergeletak di bawah.

Setelah itu Reika sampai di tempat amannya dan duduk. Ia lalu memeriksa luka yang di alaminya, kemudian ia membalut nya dengan kain yang ia pungut tadi, walaupun ia tahu itu kotor, tetapi pendarahan yang terjadi di kakinya tidak kunjung berhenti.

Reika menyandarkan punggungnya ke tembok yang setengah hancur di belakangnya, ia berpikir sejenak tentang apa yang terjadi, tentang apa kebenarannya.

Reika terkejut melihat sekeliling kelasnya, di sekelilingnya sudah hampir rata dengan tanah yang tersisa hanyalah rangkanya saja.

Langit yang hitam, dan kebakaran besar yang terjadi membuat Reika merasa lebih takut. Reika melihat sekeliling lagi untuk memastikan apakah ada orang lain atau tidak.

Rasa sakit menyerang Reika lagi, rasa sakit tersebut diakibatkan kakinya terluka cukup parah. Ia mengerang kesakitan *argh*.

Reika tidak bisa berbuat apa-apa, yang ia lakukan hanyalah menunggu bantuan, tetapi apakah bantuan akan datang? Hal tersebut belum dipastikan.

Yang lebih penting lagi sekarang adalah jangan memaksakan diri untuk berjalan, tetapi Reika juga khawatir dengan keluarganya yang lain, adik-adiknya, dan kedua orangtuanya.

Reika melihat ke arah langit yang hitam lalu memejamkan matanya, seketika itu juga ia merasa sedih karena teman-teman yang baru ia temui beberapa bulan sudah tiada.

"Kenapa hal ini bisa terjadi? Sial!.... "

Reika berteriak karena tidak ada yang dapat mendengarnya, ia lalu memejamkan matanya mencoba untuk menerima apa yang telah terjadi.

Terlalu lama ia memejamkan mata akhirnya Reika ketiduran dengan kondisi terluka di bagian kakinya.

....

Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 17: 45,dimana langit menjadi warna jingga yang cerah, langit hitam tadi sudah menghilang kemungkinan kebakaran nya sudah menghilang.

Reika membuka matanya secara perlahan keadaan yang sama persis sebelum ia tertidur, dimana keadaan di sekitar hampir rata dengan tanah.

Reika masih tidak tahu apa yang akan ia lakukan, pulang, atau menetap disini, Reika masih belum tahu apa yang akan ia lakukan kedepannya.

Hari semakin lama, semakin gelap, sebelumnya Reika tidak pernah menetap lama di sekolahnya, hanya karena kejadian diluar nalar manusia ini ia harus kehilangan teman-teman barunya.

Seakan pasrah dengan keadaan Reika hanya duduk saja diam tak bergeming. Bagaimanapun juga kejadian ini adalah di luar nalarnya.

*arrrggghhh*

Terdengar suara raungan singa. Entah apa itu, tetapi suaranya seperti singa Dengan seketika itu juga Reika mencoba berdiri dengan susah payah.

Reika memegang sebuah besi untuk membantunya berdiri, dan dia dapat berdiri. Perasaannya semakin tidak enak dikala ia melihat ke arah lapangan.

Sebuah singa dengan tubuh besar, lebih besar dari singa pada umumnya dengan mata berwarna merah bersinar yang membuatnya lebih menakutkan.

Reika menelan ludahnya, ia melihat ke arah singa itu yang sedang menuju ke arahnya.

"Sialan apa itu? "

Setelah berkeluh kesal Reika mencoba berlari, tetapi singa itu melompat dan sampai di depan Reika.

Kemana aku harus lari?

Apa yang harus kulakukan?

Kepalanya dipenuhi pertanyaan tentang tindakan selanjutnya, tetapi ia tetap tidak bisa bergerak kakinya diam dan bergetar.

Singa itu mengangkat kaki kanannya dan mencakar tepat di bagian dada Reika, cakarnya sangat tajam sampai membuat luka yang dalam.

Darah keluar dengan seketika setelah mendapat luka cakaran dari singa tersebut, Reika berteriak kesakitan*argghhh*.

Sebuah perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, sebuah keadaan dimana ia mungkin akan mati, dan sebuah monster yang berdiri di depannya, dan bersiap memangsanya.

"Siaaaaaaaaallll!.... "

Sambil berteriak Reika memukul singa yang begitu besar di depannya dengan besi yang ia ambil tidak jauh dari lokasinya.

Seolah tidak merasakan apapun singa itu memukul Reika dengan kakinya, dan membuat Reika terpental jauh menembus tembok yang ada di belakangnya.

*akh*

Ketika tubuhnya berhenti menghantam tembok ia memuntahkan darah dari mulutnya, dan lagi-lagi rasa sakit kembali muncul dari dadanya.

Tidak ingin kehilangan mangsanya singa itu mendekati Reika lagi, singa tersebut berdiri dengan menakutkan di depan Reika yang berada di bawahnya.

Aku akan mati?

Begitulah pikir Reika. Keinginan untuk terus hidup, alasan hidup, cita-cita, ia tidak akan pernah bisa meraihnya jika ia mati disini.

"Ahhhhhhhhhhhhhhhh..... Sial!....."

Reika mengeluh sendiri tidak perduli apa yang akan terjadi, singa itu mendekatkan mulutnya ke arah bahu Reika, dan sebelum singa itu mengoyak-ngoyak tubuh Reika, Reika berteriak....

"Matilaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhh!..... "

Sebelum menggigit tubuh Reika sebuah cahaya muncul. Cahaya berwarna biru muda yang bersinar di kegelapan malam.

Seolah ketakukan singa itu menghindar dengan mundur ke belakang, Reika tidak tahu apa yang terjadi, tetapi berkat itu ia terselamatkan.

"Ada apa ini?... "tanya Reika.

Cahaya tersebut berputar di sekeliling Reika seolah datang untuk melindunginya.

Otak Reika berkerja dengan cepat mencoba menganalisis kejadian yang terjadi, ia lalu menemukan sebuah ide yang tidak mungkin terjadi.

"Jadilah sebuah tombak! "

Merespon perkataan Reika cahaya tadi berubah menjadi tombak dengan ukuran besar, dan berwarna biru.

"Bunuh monster itu! "

Setelah memberikan perintah seperti itu, tombak yang diciptakannya melesat dengan cepat dan menembus tubuh singa itu.

Tidak cukup 1 kali singa itu masih berdiri dengan sebuah lubang besar di tubuhnya. Serangan terus dilakukan, tetapi semua serang dapat di hindari.

Reika berpikir lagi jika memang sesuatu seperti itu dilakukan maka hanya satu yang ia harus lakukan, yaitu menambah jumlah tombaknya.

Tetapi jika begitu percuma saja bila dapat dihindari dengan mudah. Singa itu berhenti dan berpijak di atas tanah.

"Tusuklah dia! "

Tombak-tombak lain muncul dari dalam tanah merespon perintah Reika, dan menusuk tubuh singa itu dengan jumlah tombak sekitar 25 lebih.

Dengan mendapat luka begitu banyak,sudah dipastikan bahwa monster itu telah mati. Kesadaran Reika perlahan mulai memudar akibat luka yang dideritanya, pada akhirnya ia pingsan dengan keadaan penuh dengan luka.

.....

Pagi yang kelam dengan banyak asap yang melambung tinggi ke langit, dan membuatnya sedikit warna hitam pada langit pagi yang cerah.

Asap tersebut berasal dari kebakaran yang terjadi di seluruh kota kemarin. Ledakan yang terjadi, kebakaran, rumah, mobil, gedung, dan juga hancurnya kota sudah terjadi.

Jalanan menjadi tempat rongsokan mobil, puing-puing, dan juga mayat banyak tergeletak di jalanan.

Hukuman telah di jatuhkan, bagi siapapun yang melakukan hal tabu, baik perorangan, sebuah organisasi, sebuah negara, akan menerima akibatnya, dan inilah akibatnya.

Suara tembakan terdengar dari tengah kota yang hancur, bukan hanya itu alat-alat perang seperti kendaraan lapis baja, helikopter, jet, dan pelontar granat, sedang digunakan oleh para tentara untuk membunuh monster-monster yang kemarin keluar entah dari mana.

Usaha mereka sia-sia saja, karena target yang mereka tembak tidak mati -mati. Berapa kalipun mereka menembak, senjata apapun yang mereka gunakan, monster yang kehilangan beberapa bagian tubuhnya itu meregenerasi tubuhnya.

Pada akhirnya tentara yang mencoba membunuh monster tersebut lebih dahulu dimakan, dan hancur akibat besarnya ukuran monster tersebut.

Sebuah helikopter pengangkut terbang ke arah sekolah Reika dengan beberapa orang di dalamnya. Tidak hanya satu, namun banyak sekali helikopter pengangkut.

Banyak hal yang telah terjadi dalam satu hari, meskipun begitu mengerikan, tetapi masih banyak orang yang bertahan hidup dari malapetaka yang terjadi.

Helikopter di daratkan, dan keluarlah beberapa orang dari helikopter tersebut, seorang pria dengan memakai pakaian seragam berwarna hitam dan baju hitam dengan tambahan garis-garis dipakainya berwarna merah.

Pria tersebut menghampiri Reika yang pingsan akibat luka yang di alaminya.

Perlahan-lahan Reika membuka matanya, sebuah pemandangan yang terlihat tidak asing di matanya, dimana semuanya hampir rata dengan tanah, dan juga seekor monster yang ia bunuh.

Pria itu berjalan ke arah Reika, ia melihat ke arah monster yang mengeluarkan banyak darah di tanah, ia terkagum atas apa yang terjadi.

"Benar-benar mengagumkan! "

Ia sampai di hadapan Reika, saat itu Reika hanya mendapatkan sedikit kesadarannya karena luka yang ia terima belumlah sembuh. Pria itu bertanya kepada Reika.

"Apa kau masih ingin hidup? "

"... "

Reika tidak menjawabnya karena tidak bisa berbicara.

"Mengangguklah jika kau berkata *ya* dan diamlah jika kau berkata *tidak*!... "

Pria itu memberikan penjelasan kepada Reika dengan mudah, lalu ia mengulang kembali pertanyaannya lagi.

"Apa kau masih ingin hidup?... "

Reika mengangguk.

"... Kalau begitu raihlah tanganku! "

Pria itu mengulurkan tangannya kepada Reika, Reika lalu menerimanya dengan senang hati.

Saat itu juga ia dibawa masuk oleh pria tersebut ke dalam helikopter pengangkut, sedangkan anggota lain masih bersiaga di bawah sana kemungkinan untuk menjaga atasannya.

Di dalam helikopter Reika melihat ke luar, sebuah pemandangan yang mengerikan dimana semua orang sedang berjuang untuk bertahan hidup.

***

Sebuah ruangan dengan luas tidak terlalu besar, dan juga tidak kecil. Reika membuka matanya, melihat ke segala arah yang hanya ada sebuah tempat tidur yang ia gunakan, dan sebuah kursi di samping tempat tidurnya.

Rungan yang ditempati Reika adalah sebuah ruangan rumah sakit yang berada di lantai 2.*tok tok tok*seseorang mengetuk pintu dengan pelan, menyadari hal tersebut Reika berujar.

"Silahkan masuk! "

Seorang pria dengan ciri-ciri yang sama dengan pria yang menolongnya waktu itu, ia berjalan masuk dan duduk kursi samping Reika lalu bertanya.

"Bagaimana keadaanmu? "

"lebih mendingan! "

"Begitu ya! Kalau begitu baguslah"

Reika bertanya kepada pria itu.

"Ngomong-ngomong apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa banyak monster, dan juga kenapa hal ini terjadi? "

"Pertanyaan yang bagus, tetapi ijinkan aku mengenalkan diriku! Nama Letkol. Indra Erik Karna.... "

"... "

"... Seperti yang kau lihat tadi di luar sana, saat ini dong kota ini, bukan maksudku dong seluruh dunia sedang mengalami hal yang sama! Penyebabnya masih belum di ketahui, dan juga kemunculan monster-monster yang aneh! "

"Apakah benar begitu? Jika terjadi seluruh dunia kemungkinan PBB akan bergerak kan? "

Indra sedikit terdiam sekejap lalu menjawab pertanyaan Reika.

"PBB sudah hancur, markas besar mereka telah hancur oleh para monster itu, karena itulah kami berniat untuk membangkitakan umat manusia!... "

Indra berdiri dan berjalan menuju arah jendela, di luar sedang terjadi perang untuk mempertahankan daerah kekuasaan.

"... "

Indra terus melihat keluar dimana manusia berjuang mempertahankan daerah mereka yang berhasil di amankan, akan tetapi akankah mereka sanggup bertahan?

"Apa yang melingkar itu? "

Reika bertanya tentang apa yang ia lihat, sebuah lingkaran yang seolah melindungi dari serangan para monster yang mencoba masuk.

"Apa kau bisa melihatnya?... "

"Ya! "

"... Hebat sekali! Itulah yang dinamakan mana! "

"Mana? "

"Sebab keberadaan yang baru saja muncul! ... "

"... "

"Mana tersebut membentuk sebuah dinding yang menghalangi monster masuk, jika mereka masuk mereka akan menjadi debu! "

"Siapa yang membuatnya? "

"Tentu saja aku! Apa kau pikir membuat itu segampang yang kau pikirkan! "

"Entahlah.... Ngomong-ngomong apa rencanamu selanjutnya? Letkol. Indra Erik Karna! "

Indra membentangkan tangannya lalu mematuk kepalan tangan selagi berbicara.

"Aku akan membuat kebangkitan umat manusia! Karena itulah aku membutuhkan bantuanmu, Adrina Reika! "

"... "

Sebuah pemandangan sore hari dimana sinarnya membuat sosok Indra menjadi sebuah Shiloute, Indra mengulurkan tangannya sekali lagi ke arah Reika dan Reika juga bangun dari tempat tidurnya.

Luka yang di alami Reika sudah tidak terasa, ia lalu bertanya.

"Bagaimana cara kau membangkitkan kembali umat manusia? "

"Aku akan mengumpulkan manusia yang tersisa, membuat sebuah pasukan, menghabisi para monster, dan membentuk kembali negri ini! "

"Apa kau yakin? "

"Jika kau tidak yakin, kenapa aku harus menyelematkan mu? ...Karena menyelamatkanmu aku bisa mencapai tujuanku! "

"Yang berarti aku hanyalah sebatas pion? "

"Sudah kubilang tadikan! Aku membutuhkan bantuanmu! Akan ku beri kau kekuatan, sebuah teknologi dimana kau bisa mendapatkan sebuah kekuatan mutlak dengan kontrak! "

"... "

"Tidak hanya itu, aku akan membangun sebuah benteng untuk melindungi mereka yang tidak terpilih! "

"Tidak terpilih? Apa maksudmu? "

"Mereka yang tidak mempunyai mana!... "

Reika terkejut dengan kenyataannya yang Indra katakan.

"... Kemudian membangun sebuah peradaban di dalam tembok, dimana didalamnya akan terdapat pelatihan, lalu setelah semua berakhir kita, bukan itu maksudku adalah umat manusia akan kembali menempati seluruh dunia! "

"Tujuan yang mulia! .... Baiklah aku akan membantumu! "

Mendengar apa yang Reika katakan Indra sedikit tersenyum, lalu ia menuju keluar, dan saat berada di samping Reika ia berbisik.

"Persiapkan dirimu! "

***


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login