Download App
12% Traumatik

Chapter 3: Mulainya Bully

Yun dan Jan bersiap didepan pintu masuk. Mereka menatapku yang hanya tertunduk.

"huh jangan sok tidak bersalah bodoh"

seru Yun sedikit mengoncang tubuh ku.

Yan juga ia hanya memprotet fotoku. Tidak ada gunanya melawan. Yang ada mereka akan terus membully ku.

Mereka tertawa dan kini berlalu pergi setelah mempermalukan ku.

Aku menhentakkan tas lalu berjalan dengan wajah suram.

Di sepanjang jalan aku merasa dilihat, aku takut melakukan kesalahan dan membuat diriku ditertawakan.

Menyedihkan, itu yang kupikirkan semua bully ini pernah kurasakan saat SD dulu.

Mereka tidak membully secara fisik tetapi dari mental. Sehingga Monika semakin suram dan tertutup setiap harinya.

Pembullyan itu terus berlanjut ketika Monika sampai dikelas.

Ia ingin pindah sekolah ataupun kelas. Sayang orang tua barunya tidak akan mau tau tentang kehidupan nya.

Monika segera duduk tanpa menatap anak anak yang terdiam menatap dirinya.

"Aku ingin...waktu berhenti...."

- desah ku didalam hati. Rasa cemas dan takut merajalela.

Dan itu terbukti saat mereka menunjukkan raut orang asing kepada mereka.

brak

"Neh Monik, seharusnya kau menyapa kami...dasar sombong"

- seru gadis lain mereka menarik kursi Monika tepat ketika Monik hendak duduk.

Monika hanya meminta maaf dan merapikan kursinya lagi. Sekelompok gadis itu hanya tertawa. Mereka menatap foto yang didapat tadi.

Mereka selalu memfotoku layaknya artis. Disana pembullyan memang dilarang tetapi mereka tidak pernah memeriksa hp para muridnya.

"...Neh lihat kau bagus kan"

- seru seorang gadis ia duduk diatas meja ku dan menunjukkan foto hasil editannya.

Disana aku sangat jelek, dipakaikan pita seperti badut dan dipos ke sosial media.

Saat itu hp ku masih sangat jadul, dan juga lambat internet.

Aku yang melihat itu tentu saja geram, tetapi tidak ada yang dapat kulakukan..."

"Karena yang membenci ku bukan hanya satu...melainkan semua......."

Saat pelajaran aku hanya belajar dan tidak lama jatuh sebuah kertas yang dibola bolakan.

Beberapa kali mengenai kepalaku mereka melotot melihatku. Saat itu gurunya memang lagi pergi.

Padahal jika ada guru mereka tidak akan menganggu ku. Sungguh tidak beruntung.

Cowok itu hanya menatapku seolah puas dengan apa yang menimpaku.

Dia lah awal semuanya awal yang sangat buruk bagi hidup ku. Dan menambah" Trauma Hidupku".


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login