Download App

Chapter 11: Sudden Attack

Akhirnya, Denzel pun kembali kepada kelasnya.

Tetapi secara tiba-tiba Denzel mendengar sesuatu dari luar.

"Apa itu?" pikirnya.

Denzel pun melihat ke arah jendela kelas.

"Ada apa, Denzel?" tanya Rheinalth.

"Aneh, aku tidak melihat apapun. Padahal aku mendengar sesuatu." kata Denzel heran.

"Mungkin itu hanyalah imajinasi mu." kata Rheinalth sambil menepuk bahu Denzel.

Saat itu, di dalam kelas. Keramaian murid-murid Kannoya Academy itu sangatlah ramai. Terutama Alvina dan Alfred, merekalah penyebab keramaian kelas.

Yukina hanya duduk diam sambil membaca buku novel kecilnya itu. Sementara Ermin pergi dengan gurunya untuk membantunya.

Tiba-tiba, sebuah suara membuat mereka terdiam semua.

"Apa itu?" kejut salah satu murid.

"Sudah kuduga Rheinalth, ini bukanlah imajinasiku." kata Denzel.

"Benar juga kamu ternyata." kata Rheinalth sambil memasang wajah waspada.

Suara itu terdengar seperti suara binatang liar.

"Mengerikan." kata Denzel.

"Mengganggu sekali." kata Yukina datar.

"Bagaimana jika aku memeriksa keadaan di luar, Rheinalth?" tanya Denzel hendak secepatnya keluar.

"Lebih baik jangan, Denzel. Kemungkinan di luar lebih berbahaya." kata Rheinalth sambil menahan Denzel yang hendak keluar.

Akhirnya, mereka menetap di kelas.

Tetapi, makin lama suara itu makin besar. Suhu udara menurun tanpa sebab.

"Mengapa tiba-tiba suhu mendingin?" tanya Denzel.

"Aku juga tidak tahu." jawab Rheinalth.

Suhu pun tetap menurun.

"Sudah 0° Celcius disini, dingin sekali." kata Denzel sambil mengaktifkan sihir hologramnya.

"Pasti ada yang salah." kata Rheinalth.

"Biar aku yang keluar hendak memeriksa keadaannya." kata Yukina singkat hendak keluar dari kelas.

"Kau yakin, Yukina? Kemungkinan di luar bisa lebih dingin daripada di dalam." kata Rheinalth.

"Aku sudah terbiasa dengan perubahan cuaca yang drastis." jawab Yukina.

Yukina pun keluar dari kelas. Di halaman sekolah, gundukan salju sudah menumpuk. Angin beku berhembus dari arah utara. Kolam air dan semua tanah disana membeku.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Yukina.

Tiba-tiba, sihir angin Yukina membelah sesuatu yang ada di belakangnya tanpa sepengetahuan Yukina sendiri. Yukina segera melihat ke arah belakang, dan seekor serigala putih pun terbelah.

"Serigala putih? Memangnya ini adalah hutan beku?" tanya Yukina.

"Ya, benar sekali."

"Siapa kau?" tanya Yukina waspada.

Ia melihat ke arah belakangnya, terdapat seorang anak kecil perempuan yang berkata demikian.

"Aku? Kau tidak perlu mengetahui siapa aku ini." kata anak kecil itu.

"Apakah, kau penyebab ini semua?" tanya Yukina.

"Kau pintar sekali." jawab anak kecil itu.

Suhu tetap menurun. Yukina menatap anak kecil itu secara tajam.

"Lebih baik hentikan ini." kata Yukina.

"Lebih baik kau tidak disini mengahalingku." kata anak kecil itu.

"Apa tujuanmu?" tanya Yukina.

"Kau tidak perlu tahu." kata anak kecil itu.

Di belakang Yukina, kawanan serigala sudah berkumpul. Di samping Yukina, beruang kutub sudah siap menyerang.

"Kau sudah terkepung, lebih baik kamu pergi saja." kata anak kecil itu.

Angin secara kencang terhembus dari diri Yukina, menerbangkan kawanan serigala itu dan beruang kutub itu.

Saat beruang kutub itu menerkam Yukina, sebelum sampai kepada Yukina, tubuh sang beruang kutub itu pun terbelah secara misterius.

Kawanan serigala itu pun menerkam Yukina, tetapi hal yang sama menimpa kawanan serigala itu.

"Tak mungkin." kejut anak itu.

Yukina pun dengan cepat berlari ke arah anak itu.

"Kau pikir kau bisa mengalahkanku dengan cepat?" kata anak itu sombong. Ia pun mengepalkan tangannya.

"Wind wave." kata Yukina.

Dengan cepat sebuah gelombang angin menyerang anak itu. Tetapi anak itu membekukan gelombang angin itu.

Yukina menyerang anak itu lagi

"Wind Tornado."

tornado pun muncul menyerang anak itu. Tetapi dengan mudah juga anak itu membekukan nya.

"Lihat, tidak ada yang tidak bisa kubekukan." kata anak itu.

"Ada 1 hal yang tidak bisa kamu bekukan." kata Yukina.

"Apa itu?" tanya anak itu penasaran.

"Semangatku. Kau tidak bisa membekukan Semangatku. Semangat untuk melindungi temanku yang sudah membantuku selama ini." kata Yukina.

"Huh, sombong sekali. Mari kita lihat." kata anak itu.

"Frozen landing." kata anak itu.

dengan segera tanah itu terlapisi oleh es. Dinding-dinding bangunan pun ikut terlapisi oleh es.

"Bagaimana sihirku ini?" tanya anak itu.

Yukina tidak menjawab.

Yukina hanya berkata,

"Wind Destroyer."

angin itu berhembus dari tubuh Yukina dengan kuat dan kencang, sehingga menghancurkan semua es yang ada disitu hingga berkeping-keping.

"Belum, belum, Frozen blades." kata anak itu.

pedang-pedang es pun bermunculan di sekeliling anak itu. Dengan cepat pedang-pedang es itu menerjang ke arah Yukina. Tetapi, 'windy blade' milik Yukina menangkis semua pedang itu sehingga tidak ada satupun pedang yang melukai Yukina. Tetapi saat pedang itu menancap di tanah, duri-duri es yang tajam pun muncul hendak menusuk Yukina. Tetapi Yukina hanya melompat ke atas.

Duri-duri es yang tajam itu menjalar ke semua tanah yang ada.

"Wind falling." kata Yukina.

Angin dengan kuat mendorong dari atas. Menghancurkan duri-duri es yang tajam itu hingga berkeping-keping.

"Wind chaos." kata Yukina.

Angin berhembus dengan liar tanpa arah yang jelas, angin itu membawa beberapa bongkahan dan pecahan es yang tajam. Angin itu menghantam anak itu, dan beberapa bongkahan dan pecahan es itu mengenai anak itu, sehingga anak itu sedikit terluka.

"Frozen mountain." kata anak itu.

dengan segera gunung yang terbuat dari es itu muncul di bawah Yukina.

"Seperti sihir Rheinalth." pikir Yukina.

Yukina pun terbang di udara. mengumpulkan banyaknya angin. "Wind falling." kata Yukina.

Angin segera mendorong dari atas dan menghancurkan gunung es itu.

"Wind waves" kata Yukina.

Dengan segera gelombang angin pun menghantam anak itu. Anak itu pun terjatuh.

"Frozen Torns." kata anak itu.

Dengan segera duri-duri es yang tajam itu muncul dari tanah, tetapi 'windy blade' milik Yukina menghancurkan semua es itu.

"T-tak mungkin. Kamu sungguhlah kuat." kata anak itu.

Tetapi saat Yukina mendarat di tanah. Rupanya anak itu sudah memasang sebuah jebakan.

Kaki Yukina pun terpetangkap oleh jebakan es itu.

'Windy blade' Yukina segera menghancurkan jebakan itu dan.. menikam anak itu.

Yukina pun terkejut sekali.

"T-tidak.. aku membunuh... lagi .." kata Yukina dengan sedih.

Anak itu sudah tidak menjawab apa-apa, dan anak itu sudah meninggal.

"Padahal dia masih kecil.. a-aku.. sudah membunuhnya.." kata Yukina sambil menangis.

Secara perlahan, suhu di Kannoya Academy itu kembali normal.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C11
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login