Download App

Chapter 4: New Friends

Diandra POV

Setelah dua minggu lamanya aku menyesuaikan diri dengan lingkungan apartemen dan mencari informasi mengenai perusahaan Weston Corp, akhirnya aku diterima bekerja disana walau dengan cara yang tak biasa.

Dan disinilah aku, bersama seorang wanita yang baru kukenal beberapa menit yang lalu. Sikapnya yang ramah membuatku merasa cocok dengannya, walau aku sedikit canggung karena mengetahui bahwa dia adalah atasanku.

Entah apa yang terjadi pada garis takdirku setelah aku pindah ke Sydney beberapa hari lalu.

Bertemu dengan dua orang asing yang membantuku dengan sukarela, tentu saja wanita ini juga membantuku karena aku belum tentu akan diterima di perusahaan itu dengan pengalaman yang minim.

Untuk pria yang membantuku mencari apartemen dua minggu yang lalu, hingga saat ini aku belum mendengar kabar darinya. Ia hanya mengatakan bahwa ia punya banyak kesibukan di kantornya.

Selama empat hari berturut-turut ia mengunjungi serta membantuku mencari informasi tentang Weston Corp. Aku merasa sedikit aneh, untuk seseorang yang baru mengenal bukankah ini terlihat berlebihan.

Tiga hari yang lalu ia datang setelah beberapa hari menghilang. Ketika aku menanyakan kejanggalan yang kurasakan, ia hanya menjawab dengan santai.

"Kau seperti adikku." Ucapnya waktu itu.

Dengan bodohnya aku berkata, "Kurasa kami bisa berteman baik."

"She passed away six years ago." Ujarnya santai.

"Sorry, I don't know." Ujarku bersedih.

"No worry, you don't know. Kau bisa menjadi temanku dan aku akan mengenalkanmu pada kekasiku." Dia terlalu santai untuk seseorang yang membahas kekasihnya.

"Kau punya kekasih?" tanyaku.

"Tentu saja, kau kecewa?" tanyanya balik padaku.

"Kau terlalu percaya diri, kawan. Tapi apa kekasihmu tidak keberatan kau datang kesini?" tanyaku lagi.

"Dia wanita yang sangat baik, kau pasti akan sangat menyukainya jika bertemu nanti."

"Bukan itu maksudku, dude. Dia akan cemburu dan asal kau tau, aku menyukai seorang pria. Lebih tepatnya kekasihku yang jauh lebih tampan darimu."

"Dimana kekasihmu? Aku sedikit tidak yakin padamu." Ujarmya sambil mengusap dagunya seolah menimbang kembali kalimatku.

"Nanti akan kutemukan, sekarang kau pulang ini sudah sore." Ucapku sambil mendorongnya ke arah pintu.

Begitulah keakraban kami yang tercipta dalam beberapa hari, aku sedikit khawatir dengan hal tersebut tetapi aku mencoba untuk bersikap biasa.

Setelah hari itu dia tidak pernah datang lagi sampai hari ini. Tadi pagi ia hanya mengirim pesan untuk memberiku semangat di hari wawancara.

Siapa sangka aku akan bertemu wanita cantik bernama Claire yang menjadi atasanku.

"Diandra? Mengapa melamun?" pertanyaan Claire membuyarkan lamunanku.

"Ehh? Tidak ada, hanya merasa beruntung bisa bertemu denganmu." Jawabku asal.

"Sepertinya aku yang beruntung bisa bertemu denganmu. Kau sangat cantik, aku merasa cantik juga karna berada di dekatmu." The hell! Tidak akan ada yang percaya. Dia sangat cantik dan anggun dengan rambut panjang yang kuyakin sehalus sutera.

"Kau berlebihan, Claire." Ucapku sambil terkekeh.

"Aku tidak bercanda." Ucapnya lagi sambil tersenyum dan baru kusadari bahwa ia punya lesung pipi di sebelah kiri.

"Wahh.. makanan datang." Tambahnya lagi.

Aku tidak percaya dengan mataku ketika aku melihat hidangan yang disajikan, mengapa banyak sekali?

"Jangan heran ya, Di." Ucapnya tiba-tiba sambil terkekeh kecil.

"Ehmm.. tidak kok, hanya saja.." aku mengagantung kalimatku.

"Tenang saja jika itu yang kau takutkan, aku juga tidak suka membuang makanan, hehehe..." sambungnya seakan membaca pikiranku.

Sesaat aku merasa telah lancang. Toh dia sendiri yang akan membayarnya jadi seharusnya aku tidak

perlu bersikap seperti tadi. Tapi melihat sikap Claire yang tidak mudah merasa tersinggung, aku cukup lega.

"Apa kau sudah punya kekasih?" tanyanya di sela makan dan aku hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Kalau begitu sebentar lagi kau akan punya. Pria disini tidak akan membiarkan wanita secantik dirimu tetap single." Entah apa yang mendasari ia berkata begitu tapi aku hanya tersenyum tipis.

"Bagaimana denganmu?" tanyanya melemparkan pertanyaan itu kembali.

"Of course, I have. He is very handsome." Kali ini ia malah tersenyum malu-malu.

"Sepertinya ia benar-benar telah merebut hatimu."ucapku menanggapi.

"Benar sekali." Ucapnya lagi.

Pembicaraan berlanjut seputar kekasihnya dan ketika aku bertanya tentang pekerjaan pria itu, ia hanya menjawab kekasihnya pemimpin perusahaan dan sangat sibuk sehingga hampir tidak punya waktu menemuinya. Melihatnya bersedih aku memegang tangannya.

"Hey.. Claire. Kalau kau yakin bahwa dia mencintaimu, he does. Kau yang bilang dia sibuk, kan? Pasti dia tidak berniat mengabaikanmu." Ucapku dengan cukup serius. Detik selanjutnya senyum cerah

khas miliknya telah terbit kembali.

"Aku baik-baik saja, hanya saja belakangan ini kami sedang ada masalah." Katanya dengan santai.

Aku merasa senang ketika merasa bahwa aku dibutuhkan Claire saat ini sebagai teman curhat. Mengingat tentang teman, aku mengalihkan pembicaraan.

"Kalau temanmu pasti banyak, kan?" tanyaku sambil menebak.

"Tidak juga," suaranya terlalu santai ketika dia melanjutkan, "hanya ada dua orang, seorang sahabat lelaki dan teman lelaki yan telah menjadi kekasihku. Sekarang bertambah satu orang lagi yaitu kau sendiri."

"Hahh? Aku?" tanyaku heran.

"Tentu saja sejak tadi kita telah berteman." Ujarnya.

Aku tidak mengerti bagaimana seorang wanita ramah sepertinya yang mungkin telah berusia lebih dari dua puluh lima tahun hanya punya dua orang teman jika bukan karena pilih-pilih teman, tapi sekarang dengan mudah mengatakan bahwa aku yang belum genap sehari dikenalnya adalah temannya.

Aku tidak bertanya lebih lanjut karena sadar bahwa ini merupakan topik pribadi dan aku merasa belum pantas untuk hal itu. Biarlah ia yang bertanya lagi.

Tetapi ia hanya diam dan melanjutkan makan dengan lahap. Sungguh porsi makannya tak sebanding dengan tubuhnya yang langsing seperti model.

"Kau harus banyak makan, Di. Kau sangat kurus." Ujarnya tanpa nada mengejek.

Kuakui bahwa aku telah kehilangan selera makanku ketika kematian kedua orang tuaku. Bahkan mungkin sekarang aku telah mati jika tidak ada Elina yang menolongku.

"Aku tidak bisa makan banyak dan kalaupun aku makan banyak, hal itu tidak berpengaruh." Ucapku berusaha santai.

Selanjutnya kami hanya makan dengan tenang. Aku hampir tidak percaya bahwa Claire benar-benar menghabiskan semua makanan tanpa tersisa sedikitpun jika aku tidak melihatnya langsung. Ia membuktikan ucapannya yang tidak suka membuang makanan.

Setelah makan siang dan mengobrol sebentar seputar kehidupan di sini, aku merasa bahwa kami seolah telah mengenal sejak lama. Claire bahkan mengajakku menemaninya ke salon. Aku tidak bisa menolak mengingat bahwa hari ini aku belum masuk bekerja.

Sesampainya disana, aku dibuat kaget melihat bangunan spa yang sangat megah. Aku adalah mantan wanita kaya dan tau persis bahwa perawatan apapun di dalam pasti sangat mahal. Aku sendiri enggan untuk masuk spa yang terlalu mewah walaupun punya banyak uang saat itu.

Setelah masuk ke dalam aku bahkan lebih dibuat tercengang lagi. Sungguh tempat ini akan menguras uang pengunjungnya. Claire telah menarikku masuk ke sebuah ruangan. Beberapa karyawan di dalam sini langsung mengenali Claire.

"Aku ingin seperti biasa, temanku juga." Katanya singkat.

What? Temannya?

"Aku sudah lama tidak perawatan disini, tidak mungkin kau duduk seharian menungguku. Aku yang akan membayarnya." Bisiknya di telingaku.

"Tidak masalah, Claire. Aku bisa menunggu disini."

"Jangan menolak untuk kali ini. Selanjutnya kau juga tidak akan bisa menolak." Ujarnya sambil terkekeh.

Akhirnya dengan dipaksa, aku mau ikut melakukan perawatan dan membiarkannya membayar karena aku tau uangku tidak akan cukup untuk membayar biaya perawatan disini.

Claire tidak berbohong, kami menghabiskan waktu sampai pukul delapan malam. Ia mengajakku untuk makan malam tapi aku menolak dengan tegas. Aku rasa sudah cukup untuk hari ini dia mengeluarkan uang untukku.

Lagi-lagi ia memaksa untuk mengantarku pulang ketika aku berkata aku bisa naik angkutan umum. Tapi sepertinya Claire adalah orang yang bisa memaksa siapapun secara halus.

Sesampainya di apartemen, aku membaringkun tubuhku yang terasa rileks hingga aku jatuh tertidur dan terbangun dengan perut yang kelaparan keesokan paginya.


CREATORS' THOUGHTS
AndreaVee AndreaVee

Hallo semuanya!! Maaf agak lama update soalnya aku lagi sibuk kuliah. Semoga kalian suka sama kelanjutannya...{} next chapter up nanti malam..

Jangan lupa rate and komen yaa... ^.^

Happy reading :-)

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login