Download App

Chapter 115: Keputusan terbaik..

Sera melepaskan tangannya dari genggamanku, aku tahu dia syok mendengar ucapanku, matanya kembali berlinang.

"sayang.." aku menggenggam kembali tanganya.

"sayang mau ya?" dia menggeleng lemah.

"james, aku ga mau angkat rahim, aku ga mau.." ucapnya sesak.

"sayang demi keselamatan kamu."

"aku ga mau james.."

"kenapa sayang? kamu ga mau sembuh hem?" aku harus tetap bersabar.

"AKU BILANG GA YA ENGGA!! NGERTI GA SIH??" bentaknya, aku hanya menghela nafas dan menutup mata mendengar bentakannya.

"hiks..hiks..aku ga mau james, hiks..hiks..aku belum kasih kamu anak. Hiks..hiks..aku mau hamil, aku mau kasih kamu anak." tangisnya pecah, ya aku sangat tahu alasan dia ini.

"sayang.." aku harus menyakinkan dia.

"sayang.." dia menggeleng kepala tanda ga mau.

"pliss jangan paksa aku angkat rahim james, setidaknya aku bisa berikan kamu satu anak aja. Hiks..hiks..aku masih kuat kok." tangisnya lagi.

"aku ngerti sayang, aku mengerti perasaan kamu. Terima kasih karena kamu ingin memberikan aku anak tapi kenyataan ga memungkinkan sayang, aku ga mau kehilangan kamu."

"tapi james_"

"hey, dengerin aku.." aku langsung mengapit kedua pipinya yang udah dibanjiri air mata.

"jangan james.., kita pasti bisa dapat anak seperti kata kamu kalau kita hanya sabar menunggu waktu. Aku sabar kok james tapi plis, hiks..hiks..jangan angkat rahimku."

"tapi aku ga mau melihatmu tersiksa kayak gini sayang apa lagi sampai kehilangan kamu, aku ga mau kehilangan kamu sayang." dan aku pun menangis.

"sayang..sayang dengarin aku plis, aku  terima keadaan kamu sekarang, aku terima resikonya, aku siap kehilangan anak kita tapi aku ga sanggup kehilangan kamu."

"hiks..hiks.." tangisnya dan aku langsung memeluknya, mengusap kepalanya, berbisik dengan mengucapkan kata "i love you" berkali-kali. Lalu aku melepaskan pelukan ini dan mengapit kedua pipinya.

"demi kita berdua sayang, demi kebersamaan kita. Kamu mau ya angkat rahim dan masalah anak? Tuhan akan menunjukkan cara lain. Adopsi mungkin? masih banyak loh anak-anak kecil di sana butuh orang tua, kita bisa kan jadi orang tua mereka." aku mencoba membuka pikiran dia.

"hiks..hiks..maafin aku james. hiks..hiks..maafkan aku belum bisa kasih kamu anak. Maafkan aku belum bisa jadi istri yang baik, maafkan aku belum jadi istri yang sempurna. Hiks..hiks..maaf...maaf..maaf.." aku kembali memeluknya dan tangisnya pun semakin pecah.

"ini udah takdir sayang, kamu ga salah, bukan hanya kamu tapi aku juga sangat-sangat menginginkan anak. Tapi jalan sekarang udah lain dan aku ga mau kehilangan kamu. Untuk itu aku harus ikhlas sayang dengan resikonya begitu juga kamu harus ikhlas sayang." lalu melepaskan pelukannya dan kini aku menggenggam kedua tangannya sambil menatap wajah sembabnya.

"huh, hidup berdua dengan kamu aja aku bahagia banget sayang, kamu harus tahu itu." dia pun senyum meski tersirat rasa sedih.

"makasih james, makasih suamiku, makasih udah menerima keadaanku sekarang, menerima ke tidak sempurnaanku ini, makasih buat cintanya sayang." ucapannya bikin aku haru, aku pun mengangguk senyum.

"cintaku sama kamu itu ga akan ada habisnya sayang. Jadi..., maukan angkat rahimnya? masih banyak yang sayang sama kamu, masih banyak ingin kamu sembuh, sahabat kita, orang tua kita, sekeliling kita masih ingin kamu bertahan sayang."

"anak? kita akan mendapatkannya meski dia ga dari rahim kamu, ga anak kandung kita. Tapi kamu akan menjadi seorang ibu buat mereka yang membutuhkan." dia hanya menatap wajahku meski ada tersirat sedih di matanya. Aku pun menghapus air matanya yang jatuh.

"jangan menangis sayang, aku ga akan meninggalkan kamu hanya karena ini. Oke?" dia pun mengangguk.

"kita angkat rahimnya ya?" aku semakin erat menggenggam tangannya.

"iya...aku mau angkat rahim, aku mau sembuh, aku mau hidup lebih lama sama kamu, aku mau sama kamu.." ucapnya, senyumku semakin merekah.

"terima kasih sayang, terimakasih mau hidup lebih lama denganku. Dan kamu akan mendapatkan itu, i love you.."

"i love you too sayang.." balasnya. Kita berdua pun sama-sama tersenyum, lama saling menatap aku pun semakin mendekati wajahnya. Meraih dagunya lalu mencium bibirnya dengan lembut dan cukup lama. Ini juga sebagai tanda terima kasihku dan memberikan semangat untuk dia.

"huft, leganya aku sekarang sayang karena masalah yang luar biasa ini terselesaikan juga." ucapku setelah menciumnya, dia pun kekeh.

"james.."

"ya sayang?"

"kamu beneran gapapakan ga punya anak dari rahimku?" mungkin dia ingin memastikan lagi.

"aku gapapa sayang, yang penting kamu sehat karena itu yang paling penting untukku."

"james.."

"iya?"

"tapi..tapi..ak..aku.."

"tapi apa sayang? bilang aja gapapa kok." sambil tersenyum menatap matanya.

"tapi aku sebenarnya pengen juga ngerasain gimana hamil, gimana rasanya ngidam, gimana rasanya perutku kalau membesar. Seperti kayak khristal dan green, kayaknya seru ya james? walau aku tahu kalau aku ga akan merasakannya." ucapnya dengan berpura senyum di akhir.

"kamu akan mendapatkannya, perut kamu akan membesar, pokoknya kamu akan seperti layaknya ibu hamil dan aku akan mengabulkan ngidam kamu nantinya."

"hah!! apa sih, kalau aku angkat rahim mana bisa hamil dan lagian gimana caranya?"

"ada deh..., tunggu kejutan dari suami kamu ini." jawabku dengan mata genit.

"eh?"

"udah, itu dipikirkan nanti aja ya sayang karena sekarang kamu harus sehat dulu ya."

"iya james.."

"aku keluar dulu ya manggil yang lainnya sekalian bicara ini sama reigns, bentar ya sayang.." dia pun mengangguk.

****

Begitu leganya aku setelah sera akhirnya mau angkat rahimnya, ga apa aku kehilangan anak darah dagingku asal jangan kehilangan istriku. Dan sekarang aku memanggil mereka dulu yang dari tadi menunggu di luar.

Ceklekk..!!

"james? james, sera baik-baik sajakan nak?"

"menantu mama?

"bang, sera gimana?"

"bro, sera?

Bertubi pertanyaan dari mereka namun aku ga menjawab pertanyaan mereka hanya senyum bahagia yang aku tunjukkan.

"wahh, kalau udah senyum kayak gini pasti lagi bahagia nih, iyakan bro?" ucap josh, aku hanya kekeh aja.

"masuk lah, sera kangen sama kalian."

"kangen apaan, baru juga ketemu. Yang kangen itu sama lo, sedetik aja sera itu ga bisa tanpa lo." celetuk josh.

"yaudah kalau lo ga mau masuk jaga di luar aja, bising banget sih lo. Ayo kita masuk tante, om mari kita lihat sera." lanjut dirles.

Aku hanya ketawa aja lihat debat dirles dan josh dan kita semua pun masuk ke dalam kecuali reigns, dia masih pasien.

"sera, nak.."

"mama.."

"kamu baik ajakan nak? ga diapain sama suami kamu?" ucap mama heboh.

"hehehe, ga kok mama malah suami aku baik banget loh.." sera menatapku yang berdiri di sampingnya sambil elus kepalanya.

"tuh kan mba, aku juga yakin menantu aku james sangat baik sama anakku."

"tapi mama kesel karena dia ninggalin kamu di sini, huft.."

"sera.." itu suara khristal.

"hay mama shalona.." khristal langsung peluk sera.

"gue senang banget lihat wajah lo senyum kayak gini lagi, sera gue udah kembali ih.." gemes khristal.

"khris.."

"iya sera?"

"makasih ya, makasih lo udah selalu bantu gue, selalu ada saat gue terpuruk dan terima kasih karena lo udah nolongin gue. Kalau ga ada lo kemarin mungkin gue ga bertahan sampai sekarang, makasih juga karena lo ga tepati janji lo buat jaga rahasia penyakit ini sama james, hehehe."

"hehehe, maaf sera karena gue benaran panik saat itu. Dan gue yakin james yang lo butuhkan saat ini dan gue yakin james yang jadi kekuatanmu melawan penyakit ini. Masalah pertolongan? bukannya lo, dirles, james, josh, julia, reigns dan green adalah keluarga? jadi wajarkan kita saling menolong." sera pun mengangguk senyum.

"nah gitu donk.."

"ekhem.." aku berdehem.

"loh, napa lo james? batuk?" celetuk josh.

"huh, James mau bicara sama kalian semua di sini. James udah banyak cerita mengenai penyakit dia tadi dan begitu banyak air mata, kesedihan, ketakutan, menyesal, minta maaf, semua kami luapkan bersama."

Semua terlihat serius mendengar omonganku, aku kembali menatap sera dan memberikan senyum tulus lalu menggenggam tangan kanannya.

"kita udah mengambil keputusan bersama dengan baik, sera akan angkat rahim." terlihat semua pada terkejut namun aku yakin mereka terkejut karena akhirnya sera mau.

"nak.." sahut mama.

"iya, sera menyetujui untuk angkat rahim. Kita tahukan inilah jalan terbaik untuk istriku dan kita berdua akan menerima resikonya untuk tidak bisa mendapatkan anak dari darah daging kami." terlihat sera menggenggam tanganku kuat, aku pun membalasnya semakin erat, kami tampak saling menguatkan.

"kami siap menerima resiko itu, yang terpenting istriku kembali sehat seperti dulu, aku mohon doa dari kalian untuk kesembuhan istriku dan operasi pengangkatan rahimnya berjalan baik."

"kita akan selalu berdoa untuk sera bro, yang penting sera kembali sehat dan tersenyum seperti dulu." ucap dirles.

"papa salut sama keputusan dan kebesaran hati kalian nak." timpal papa.

"dan percayakan operasinya sama gue james, gue akan menangani sera.." sahut reigns dari dekat pintu, ternyata dia udah berdiri dari tadi di sana lalu dia mendekati kita.

"gue percaya sama lo reigns, selamatkan istri gue ya.." reigns pun mengangguk mantap.

"sera, lo akan sembuh.." ucap reigns sambil mengusap lengan sera.

"makasih reigns.."

"nak reigns, jadi kapan operasi kita mulai?" tanya mertuaku.

"lusa pagi tante kita akan lakukan operasinya, karena besok kita akan mempersiapkan semuanya, ngecek kondisi sera dulu."

"baiklah nak reigns.." reigns pun mengangguk senyum.

Cukup lama bercengkerama di ruangan sera, malam udah semakin larut, akhirnya dirles dan khristal memilih pulang karena anak mereka di rumah orang tua dirles. Begitu juga josh, julia dan reigns pulang ke rumah masing-masing. Bahkan orang tua kita juga aku minta pulang karena mereka harus istirahat di rumah.

Hanya kita berdua tinggal di ruangan ini, sempat tadi kita pacaran dulu sebentar, ada saat ketawa, becanda, jahilin dia, hingga dia capek dan waktunya tidur. Aku masih mengamati dia yang masih tertidur, aku memperbaiki selang oksigennya.

Aku tersenyum melihat wajah istriku ini, lusa dia akan operasi. Dia akan berjuang melawan penyakitnya, aku menggengam tangannya dan mengecupnya berkali-kali.

"sebentar lagi kamu ga akan merasakan sakit sayang, lusa kamu operasi dan aku akan tetap di sini menemani dan berdoa untuk mu, i love you istriku.." ucapan terakhir sebelum aku tertidur di sampingnya, gapapa tidur di kursi asalkan istriku di sampingku.

~••~••~

(Baik banget sih james....😊😊😊

Cintanya itu loh sama sera dari dulu sampai sekarang ya ampunn 😍😍😍)


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C115
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login