Download App

Chapter 2: Bayangannya

Pagi harinya, aku terbangun dengan lesu. Malas sekali hari ini. Peluru semu yang menghujam semalam masih terasa menyayat hati. Yah tapi mau bagaimana lagi, aku seorang pegawai ada tuntutan yang harus kukerjakan untukku hidup. Masih merasa lega sih. Karna Bi Emi digaji oleh orang tuaku itung-itung untuk menemaniku karna kesibukan mereka di luar sana yang jarang sekali pulang. Dan aku bekerja untuk gaya hidupku atau tambahan untuk Bi Emi. Atau bisa dibilang sayang ijazahku.

Setelah mandi dan berdandan rapi aku turun ke bawah. Kulihat rapi beberapa piring lauk pauk dan nasi di baskom kecil telah tersedia. Tapi aku menghiraukannya, tak ada selera. Yang aku inginkan saat ini cepat pergi keluar dan berbaur dengan banyak orang di kantor agar bayangan Nevan perlahan menghilang.

"Loh non gak sarapan dulu?" Tanya Bi Emi tiba-tiba yang menyadarkan lamunanku di tengah lubang pintu.

" Enggak dulu Bi, soalnya ada meeting karyawan hari ini. Entar buat sarapan sama cika aja." Jawabku.

Oh iya Cika merupakan anak Bi Emi yang masih berusia enam tahun. Baru dua bulan ini Bi Emi bawa kerumahku. Karna aku yang memintanya. Ku pikir kasian jika ditinggalkan bersama neneknya saja dikampung. Sedangkan suami Bi Emi telah tiada karena suatu penyakit dua tahun yang lalu ketika Cika masih balita. Kasian memang.

Aku berjalan keluar. Ku ambil ponselku di tas kesayangan. Bermaksud ingin mengecek jam. Kubuka tombol kunci di layar ponsel.

Deg!!

"Shiitt!" Umpatku, terpampang nyata foto mesraku bersama Nevan.

Lalu cepat-cepat ku ganti wallpaper tersebut. Mengenang lagi air mataku. Cengeng sekali aku ini. Wajar bukan kalau aku masih menangis, aku diputuskan semalam oleh kekasih tercinta tanpa alasan jelas. Dan pasti kebanyakan orang seperti ini bukan?.

Dengan sedikit terhuyung aku mulai mendekati mobil hasil jerih payahku selama dua tahun bekerja ini ya walaupun masih ada sedikit cicilan. Aku terpejam ku tundukkan kepalaku pada pintu mobil.

"Kuat! kuat! kuat. Untuk apa kutangisi bajingan tengik itu."

Aku terus memotivasi diriku sendiri. Aku pikir ini menyedihkan. Ingin rasanya semua cepat berakhir dan aku bisa melupakan bayangan Nevan. Rasanya aku ingin menyewa cenayang untuk menyantetnya atau mungkin ingin ku cari peri untuk menghilangkan ingatanku.

Ah sudahlah. Tak ada gunanya berimajinasi konyol diatas keterpurukan ini. Aku memasuki mobil dan mulai kusertarter. Mulai ku pacu mobil ini keluar dari gerbang rumah yang telah dibukakan Bi Emi seraya memberi salam padanya.

Di tengah perjalanan, pikiranku masih kacau. Ku ingat lagi rutinitasku bersama Nevan di pagi hari. Bagaimana dia atau aku mengucapkan selamat pagi atau memberi semangat untuk mengawali hari. Uh.. lagi-lagi air mata membasahi pipiku tanpa meminta ijin. Aku terisak seperti anak tiri yang teraniaya, kalut, kacau dan hancur.

"Bbrrrraaakkkkk!!!"

Aku rasa aku menabrak sesuatu, kepalaku terantuk setir dan berdenyut sakit. Sampai akhirnya aku tak ingat apa-apa lagi.

*Bersambung....


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login