Nindya berlari sekencang-kencangnya, dia sangat membenci Ray dan juga Fera, pengkhianatan ini benar-benar sangat menghina dirinya.
axcel yang bersembunyi pun keluar dan menarik tangan Nindya yang berlari melewatinya.
Nindya terkejut dan menoleh, dia melihat pria yang mirip dengan Arkana lagi.
karena dia sangat sedih dan hatinya benar-benar sangat sakit, Nindya langsung memeluk Axcel dan menangis sepuasnya.
Axcel yang tidak pernah menghadapi wanita merasa sangat bingung, namun jauh didalam hatinya ada sesuatu yang berbisik kedalam hatinya yang terdalam.
bisikan itu mengatakan untuk membawa Nindya pergi dari tempat itu dan peluk dia lebih erat lagi.
Axcel merasa bingung dengan dirinya sendiri.
Tapi dia mengikuti kata hatinya dan berkata pada Nindya "lebih baik kita pergi dari sini dulu, disini sangat tidak nyaman!"
Nindya yang hatinya sedang kacau hanya mengangguk dan mengikuti apa yang dikatakan Axcel.
Axcel memeluk Nindya dengan erat dan membawanya masuk ke dalam mobil.
Axcel, bingung harus mengajak Nindya kemana.
tiba-tiba dalam hatinya ada bisikan lagi, untuk membawanya ke cafe kecil tidak jauh dari hotel itu.
tanpa Axcel sadari, dia menyuruh supirnya untuk pergi ke tempat itu.
Nindya yang masih menangis didalam pelukan Axcel tidak menyadari jika axcel mengajak dia ke tempat dimana dia dan Arkana sering bertemu dan duduk bersama disana.
Tidak lama kemudian, mobil Axcel berhenti dan sampai di tempat itu. Saat Axcel menghentikan mobilnya, dia merasa sangat familiar dengan tempat ini, dia merasa tepat ini pernah ada didalam mimpinya.
Nindya melihat tempat itu dan kenangan tentang Arkana mulai terekam kembali, apalagi pria yang ada disampingnya sangatlah mirip dengan Arkana, bahkan hampir sama hanya tahi lalat yang membedakannya, Arkana memiliki tahi lalat dibawah matanya sedangkan Axcel tidak memilikinya.
Nindya terus menatap wajah Axcel didalam mobil dan berkata "kamu siapa?" ucap Nindya, dia baru menyadari jika dia bersama pria asing dan bukan Arkana.
axcel terbatuk kecil dan menjawab "uhuukk, aku Axcel, salam kenal! siapa nama kamu?"
Nindya melepaskan pelukannya karena dia telah memeluk pria asing, gara-gara perasaan dia yang rumit dan amarah menyelimuti hatinya sampai dia melupakan jika pria yang dia peluk saat ini bukanlah Arkana tapi pria asing yang bernama Axcel.
Nindya menunduk malu, dia merasa sangat canggung saat ini.
axcel menutup mulutnya dengan tangan, dia menahan senyumnya karena melihat wajah Nindya yang malu itu terlihat sangat manis sekali, Axcel terus memperhatikan wajah Nindya dan semakin dia memperhatikannya semakin jelas bahwa wanita ini benar-benar wanita didalam mimpinya.
detak jantung Axcel berdetak dengan cepat, seperti ada perasaan aneh didalam hatinya, melihat Nindya menangis, Axcel merasakan ingin segera memeluknya dan tidak ingin melepaskannya.
Axcel merasa aneh dengan hatinya, dia pria dingin dan tidak memiliki perasaan tapi saat bertemu dengan wanita yang bernama Nindya, dia merasakan perasaan yang sangat berbeda.
Nindya menatap keluar dan kembali melihat kearah Axcel, dia tersenyum dan berkata "kamu ingin mengajak aku kesini?"
Axcel mengangguk "iya, ayo kita ke sana!" ucap Axcel, dia membantu membuka pintu mobilnya.
Nindya terus menatap wajah Axcel yang benar-benar sangat mirip dengan Arkana kekasihnya. pria yang tidak akan pernah pergi didalam hatinya.
Nindya berjalan perlahan dan dibelakangnya, Axcel mengikutinya.
mereka pun masuk ke dalam cafe itu, orng didalam cafe itu terkejut karena Nindya baru datang lagi ke tempat ini setelah beberapa bulan menghilang. Mereka tidak tahu jika Arkana sudah meninggal. Jadi saat melihat Axcel mereka melihat jika itu adalah Arkana.
sang penjaga cafe yang sudah akrab dengan Arkana tersenyum dan menyapa "mas ,Ar apa kabarnya? Mbak Nindya bagaimana kabarnya nih? kami dengar kalian akan menikah ya?" ucap penjaga cafe itu sambil tersenyum.
Axcel terkejut karena bukan Nindya saja yang mengatakan dia adalah Ar, Axcel menunduk dan tidak tahu harus mengatakan apa.
penjaga cafe itu merasa aneh, karena Arkana sangatlah ramah dan baik sekali, tapi hari ini dia terlihat dingin dan berekspresi datar.
Nindya tersenyum dan menjawab "dia bukan Ar, mbak!" ucap Nindya, dan berjalan duduk di tempat dia biasa duduk bersama Arkana seperti biasanya.
Axcel kembali merasakan hal aneh, tempat duduk ini, sepertinya juga ada didalam mimpinya.
Nindya tersenyum dan mengajak Axcel untuk duduk.
"ayo, silahkan duduk!"
Axcel mengangguk dan dia pun segera duduk.
Nindya masih terus memperhatikan wajah Axcel, dia tidak menyangka bahwa di Dunia ini ada wajah yang bisa semirip Arkana.