Download App

Chapter 4: PART 03 (21+)

Prilly Pov

"Nit ... tempat apa ini?" tanyaku, curiga banget tempatnya. Jangan sampai gue benaran di jual sama Nita.

Bisa saja 'kan Nita tawarkan agar dapat uang imbalan. Gue ini masih polos. Waswas banget ini gue. Nasib hidup gue belum habis ternyata. Daripada gue jadi pelacur, mendingan gue setujui saja nikah sama kakek-kakek lebih halal lagi.

"Tempat kerjalah," jawab Nita. Dia masuk ke dalam, gue ikuti saja.

"Kok tempat nya aneh begini? Benar-benar gak sih lo kasih gue kerjaan halal." tanyaku melihat sekeliling. Seram amat deh.

Eit... pas masuk sampai pendalaman, ternyata tempat nya lebih jauh indah dari yang tadi lewat.

"Ini kafe. Awal masuk memang seramin. Biar serasa penasaran tempatnya," jawab Nita sampai di salah satu kasir Kafe ria.

"Waah ... keren ya," ucapku. Benar jauh beda. suasananya lebih ekstrem dan sejuk

"Sini, gue antar lo sama boss gue. Gue yakin lo bakal betah di sini. Kerjaannya gak susah amat kok. Asal lo benar niat kerja," kata Nita, gue ikuti dia di salah tempat ruangan.

Ruangan bosnya, biasa saja. Tapi, kreatif banget bangun Kafe ini.

"Permisi, kak. Aku bawa teman untuk kerja," ucap Nita pada bosnya di dalam.

"Silakan masuk," suruhnya.

"Pril.. sini." Nita panggil gue. Gue masuk. Di sana ada bosnya, ternyata cewek. Gue kira cowok.

"Kak, ini temanku. Namanya Prilly," ucap Nita perkenalkan gue sama bosnya.

Gue senyum sama dia. Tatapannya tajam banget. Seram ah.. Sama kayak Kafe ini.

"Oh... Ya sudah saya Terima kamu. Nita, ajari caranya mengantar pesanan dan beri tahukan jadwal pengganti shift - nya," ucap Boss nya.

"Baik, kak. Terima kasih," sahut Nita.

Gue keluar dari ruangannya. Terus, Nita membawaku di tempat loker kalau tidak salah.

"Ini kunci loker lo. Soal penginapan. Lo tenang saja. Di sini ada kamar kosong. Kalau lo mau tidur bareng gue juga gak masalah. Di sini bebas. Tapi, satu syaratnya tidak boleh pacaran. Karena kita cewek harus ekstra waswas sama cowok atau pria di sini. Karena peraturan bebas.

"Terus, Soal kerjaan. Nanti lo ikuti saja, saat ada pelanggan datang untuk makan. Lo sudah paham kan, apa yang gue beri tahukan. Gue bantui lo, untuk balas budi. Sekarang gue yang tolongi lo," ucap Nita panjang lebar sama gue. Gue mengerti banget maksudnya. Gue tetap harus bisa. Demi tekad untuk ke New York.

***

Aliando Pov.

"Aahh ..." Aku mendesah.

Karena, Andy tengah memegang kejantananku sambil di emutnya, di isapnya. Aku sudah tidak tahan lagi. Andy benar membuatku merasakan nikmat dalam keintiman ku.

"aahhh ... Ouh ... lebih cepat, sayang!" desah ku lagi. Aku benar tidak bisa menahannya. Isapannya membuatku tertekan.

Andy terus mengemut, keluar masuk dari mulutnya. Aku meremas seprei ranjang ku. Sebentar lagi aku pasti keluar.

"Yeee ... sss.... aaahhhh..... aarrrhh.... oo uuhhh... Syang... aaaa.. nmmmphh.. klu uhhh... mauu... ke.... mmmpp... uuaarrrhhh.." Akhirnya pelepasanku keluar dengan bebas. Andy tidak sempat melepaskan isapan barang juniorku. Ditelannya hingga habis spermaku olehnya.

Aku lelah, keringatanku bercucuran deras. Suhu udara AC telah mengalahkan keintimanku dengan Andy.

Andy membersihkan mulutnya yang penuh dengan spermaku. Dia kembali mendekatiku. Di ciumnya bibirku dengan bibirnya. Bisa aku rasakan rasa asin di mulutnya. Asin karena Sperma ku.

Andy memainkan lidahku dengan cepat meliangkannya. Aku sulit bernafas. Dia kembali turun menciumi leherku. Aku pasrah dengan keadaanku. Anggap hidupku adalah wanita, sedang bercinta dengan lelaki yang aku cintai.

Ya... aku mencintai Andy. Walau sesama jenis. Tapi, aku menikmati serangan dari Andy. Andy tampan, hidupnya bebas. Walau dia Co Pilot sekalipun. Jika dunia tidak melarang hubunganku dengannya. Mungkin aku sudah menikahinya.

"Aahhhh... " Aku mulai kembali mendesah. kejantananku kembali berdiri tegang.

Andy menjauhi ku. Ada apa kenapa dia menjauhiku.

"Apa itu?" tanyaku.

Sebuah benda yang aneh. Andy mulai memasukan ke dalam anusku. Oh... tidak ini serasa geli dan aneh.

"Kemarin aku jalan-jalan menemukan benda ini. Katanya akan cukup sangat nikmat saat memainkannya," ucap Andy telah menghidupkan remote On.

Aku menggeliat merasakan sensasi di dalam.

"Ohhh.... eh..."

Selain benda. itu di dalam anusku. Andy mengemut lagi barang juniorku. Oh Fuck! Aku terangsang kembali.

"Owwww....!" desis ku.

"Kau manis sekali, Lando sayang," bisik Andy senyum tipis.

Sungguh ini sangat luar biasa, tubuhku gemetar akan benda di dalam ini. Aku mulai lelah, tenaga ku telah terkuras habis. Ohh... tidak... sebentar lagi aku keluar..

"Aahhh... aaahh... aa ooooh hhhh....."

Akhirnya keluar juga. Ini lebih banyak dari yang tadi. Andy benar buatku merasa nikmat dan aku mengantuk. Aku berbaring tidak berdaya. Bisa aku rasakan, Andy mengecupkan sekali di bibirku.

"Terima kasih sayang. Aku pergi dulu. Sampai ketemu bulan depan," ucapnya pamit. Aku sudah tidak bisa membuka mataku. Ini benar sangat lelah dan habis tenaga ku.

****

Prilly sangat lincah melayani para pelanggan yang berkunjung di kafenya. Hari ini adalah Hari Sabtu malam. Banyak pengunjung ramai datang.

"Pril ... antar makanan ini ke meja 16," perintah Nita, menyerahkan nampan pada Prilly.

"Oke," jawab Prilly.

Prilly mengantar makanan ke meja 16. Di sana ada beberapa segerombolan duduk. Rata-rata semua para pria ganteng.

"Maaf, ini pesanannya," ucap Prilly sopan. Meletakkan makanan di atas meja mereka.

"Hei, cantik... mau bermain dengan kami!" seru pria berambut pirang. Prilly yang merasa tidak enak lebih memilih pergi.

Prilly meletakkan nampan di atas tempat kasir itu. Nita yang sebagai kasir menoleh.

"Elo kenapa?" tanya Nita

"Enggak, enggak apa-apa," jawab Prilly.

Tak lama kemudian, datang lagi seorang pelanggan ke Kafe ria ini. Ikut bergabung dengan segerombolan para pria.

"Hai.. sorry aku lama," ucap orang itu.

Mereka menoleh, dan tersenyum. "Lama banget kamu datangnya. Sini. Ini pesananmu." Kata temannya.

Dia duduk, dan menikmati makanan di Kafe ini. Mereka adalah para Pilot sedang menginap di salah satu hotel. terdekat sini. Karena bandara tidak jauh dari sini.

"Gimana liburan kamu. Kapan kamu kembali bekerja," tanya Soni.

"Mungkin minggu depan," jawab Aliando.

"Benarkah. Kenapa kamu bisa ceroboh begitu sampai di tuduh cewek sialan itu," kata Sam

"Kalau di pikir-pikir, cewek itu boleh juga nyalinya. Kamu tidak ingin coba cicipi dirinya. Lumayan 'kan, gratis," ujar Bara senyum licik menggoda Aliando.

Aliando lebih memilih diam, dia saja sudah kewalahan berhubungan dengan Andy, harus bersama lawan jenis. Aliando pasti lebih sesak melakukannya.

****

Prilly Pov

Huh.. melelahkan. Begini ternyata kerjaannya. Cuma ya waswas. Hampir saja gue di sentuh sama pria sialan itu. Siapa sih mereka. Sesukanya goda cewek gak mengerti apa-apa.

"Pril, antar lagi ke meja 16 ya," perintah Nita.

"Hah?!" Ya... meja 16 lagi. Aduuhh ... jangan dong.

Sabar Prill ... kerjaan sudah wajar Terima tantangan. Gue antar makanan ke meja 16. Di sana ada beberapa pria duduk santai. Gue sampai di meja mereka, harus sesopannya.

"Permisi, ini pesanan nya." ucapku ramah. Gue meletakkan makanan itu ke meja mereka.

Aman hari ini tak yang menggodaku lagi. Terus saat gue mau balik ke tempat kerjaku.

Lah... Om kok ada di sini. Ihh... Om ganteng banget pakai baju begini. Batin gue berkata.

"Om... kok ada di sini?" tanyaku Ceplos.

Aliando mendongak kepala, matanya bulat sempurna.

"Kamu..." Aliando kembali ke ponselnya.

"Loh... kalian sudah kenal. Nah ini, do. Aku bilang kenapa gak kamu cicipi dia saja." sambung Bara menggoda Aliando.

Gue bingung maksudnya apa, cicipi. gue bukan makanan kali, Om.

****

Aliando Pov.

Dasar Bara, panggilnya sesuka dia saja. Aku lagi lelah dan mengantuk. Masih saja suruh orang datang ke kafe ria. Tidak ada perikemanusiaan, awas saja goda aku yang gak-gak. Sampai di kafe di sana, Bara, Sam, Soni. Sudah duduk telah selesai makan pesanan mereka. Aku duduk di sebelah Bara, terus pesanan ku datang. Diletakkan ke atas meja. Terdengar suara memanggilku Om.

"Om ... kok ada di sini?" ucap suara manja dari Prilly

Aku mendongak dan benar orang yang aku rindukan seharian ternyata dia ada di sini untuk bekerja.. Penampilannya jauh lebih berbeda dari biasa aku lihat.

Aku menelan ludah ku, begitu cantik, bajunya pas. Sial, kejantananku kenapa sesak sekali. Jangan bilang suruh aku mencicipi tubuhnya. Dia masih polos tidak mengerti hal beginian.

"Kalian sudah saling kenal. Ini yang aku bilang, kenapa gak kamu cicipi dia saja. Lumayan kan," goda Bara. Aku cukup diam tidak menjawab.

Prilly sudah pergi dari meja ku, dia pasti kaget kenapa aku ke sini. Dia pasti berpikir aku mengikutinya.

Hari sudah mulai semakin larut. Aku bersiap untuk kembali ke hotel nginap ku. aku perhatikan saksama. Itu cewek tidur di mana.

Sabar dek... aku tidak bisa berikan dirimu pada cewek itu. kata hatiku.

Sudah berdenyut - denyut. Bodohlah, mending aku pergi saja.

Prilly yang di sana sedang membersihkan meja makan. Akan segera tutup. Prilly sudah siap. Dia akan segera menggantikan bajunya. Dia melihatku. Jangan ke sini. Ini sangat bahaya.

"Hai ... Om," sapa Prilly

"H-Hai ..." balasnya gugup

"Om, kok belum pulang. kangen ya sama gue," ucapnya menggodaku.

"Hah... tidak. kamu... tidur di mana?" tanya ku langsung gugup.

"Di sini. kata temanku ada tempat tinggal di sini. kenapa, Om. Om sakit ya?" tanya Prilly mengkhawatirkan ku.

"Tidak, kamu bisa menyetir?" ucapku

"Bisa. Kenapa, om."

"Antar aku ke hotel penginapanku. Nanti kamu bisa pakai mobil pribadi ku pulang," kataku datar

"Ehmm.... memangnya Om kenapa? Sakit?" tanyanya.

"Iya.. sakit di junior ku. Prilly," batin ku.

Sampai di tempat hotel penginapanku. Aku tidak bisa lagi menahan sesak di bawahku. Prilly mengantarku sampai di kamar. Kemudian membaringkan aku ke tempat tidur.

"Huh... Om. Mabuk bilang dong. Capek gue bawanya. Belum lagi...."

Aku langsung saja mencium bibir mungil cewek sialan ini. Benar bikin aku sesak banget.

"Emmm.... aahh..." erang Prilly merasakan sakit di bibirnya.

"Om...kok gigit bibir gue sih. Sakit banget. Huaaa..." isak Prilly

Aku benar tidak sengaja. Ku tarik kepalanya di dadaku. Dia terdiam.

"Maaf. Kamu mengemaskan," ucapku datar

Dia mengangkat kepalanya menatapku dan melihat mataku, matanya juga indah berwarna cokelat terang hitam pekat.

"Om ... kenapa semua pria matanya harus warna biru, biru abu-abu, terus hijau terang. Seperti mata, Om."

"Mata, Om, Indah ya. Gue jadi suka. Apalagi, Om sexy."

"Om, maukan jadi suami gue?" ucap terakhirnya. Membuat pendengaran ku nyaring.

Menikah. lawan jenis. Oh.... tidak. bagaimana dengan Andy. Pacar gay-ku.

"Om... gak mau ya jadi suami gue?" rajuknya..

"Bukan begitu. Memang kamu yakin menikah dengan ku. Aku ini aneh. Kelainan jiwa," ucapku jujur tidak ingin menyakiti perasaannya.

"Memang, Om punya kelainan jiwa apa?" tanyanya.

"Aku gay," jawabku.

dua bola mata Prilly mendeliki bulat. Aku menatap wajahnya, dia memang cantik. Tapi, hatiku telah untuk Andy. Sulit menyukai lawan jenis.

"Ahahhaha ... yang benar?! Om ganteng begini masa gay. Tidak yakin gue." tawanya menganggap ini lelucon. Aku merenggut langsung. Aku tahu dia tidak mempercayainya

"Om itu, ganteng, sexy, terus body benar buat mata gue dari awal sudah ternoda dengan postur tubuh, Om" cecarnya.

Prilly diam, dan menatap wajahku saksama. Dia berdiri menjauhi ku. Ada apa lagi. Kenapa menjauhi ku. Apa aku menyakiti hatinya.

"Om, benar-benar gay. Memang tidak ada cewek lain yang bisa dijadikan pemuasan nafsu? Ya... walaupun gue tidak mengerti apa itu ena-ena. Tapi, masa Om benar-benar gay. Melakukan hubungan sesama jenis?" tanyanya lagi padaku. Aku terdiam dengan ucapannya. Sulit aku menjawabnya. Dia pasti menyesal.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login