Dan benar saja, itu adalah Inggi. Tubuhku tiba-tiba gemetar, pikiranku blank, keringat dingin bercucuran. Aku tak sanggup berkata-kata, aku hanya menyapanya. Begitupun dia, sangat terlihat salah tingkah. Itu adalah kali pertama kami akan jalan bersama, padahal waktu itu kami baru bertemu 2 hari yang lalu di rumah sakit.
"Hai gii"
" Hai juga"
"Ayo jalan, kita kemana?" ucapku terbata-bata.
"Boleh anter aku ke rumah nenekku yang di Baratayudha?, Aku mau naro bekal aku buat nginep disana." Balasnya sembari gemetar.
"Boleh dong, kenapa gaboleh si buat calon ehhh" balasku yang semgaja membuatnya semakin gemetar.
"Yauda ayooo hehe"
Kamipun pergi menuju rumah neneknya yang berada di bratayudha, dekat rumah sakit dan juga lumayan dekat dengan rumah nenekku. Setengah perjalanan kami hanya terdiam, tanpa kata, tanpa suara. Aku sangat gugup saat membonceng nya, ini kali pertama aku membonceng wanita yang belum kenal dekat denganku. Ohh tuhan, semoga kelak ia menjadi jodohku, ucapku dalam hati.
Kira kira sudah setengah perjalanan kami lalui, aku memberanikan diri dengan mengajaknya ngobrol. Kebetulan juga saat itu lalu lintas sedang lumayan sepi dan jalan yang kurang bagus sehingga aku menjalankan motorku pelan. Ini adalah kesempatanku untuk mengajak nya berbicara.
"Kamu asli dari garut yaa?" tanyaku padanya.
"Iya hehe"
"Dari kecil digarut gitu?"
"Ngga juga"
"Ohh, pernah tinggal dimana?"
"pernah tinggal di bandung juga, tapi ngga lama sii, aku pindah lagi ke Garut."
"Ohhh iya hehe, btw kamu udah makan belum?"
"Udah koo hehe"
Sepanjang jalan kami mulai akrab dan mulai terbuka tentang diri pribadi. Kami mulai becanda, bergurau, tertawa hingga akhirnya kami tiba dirumah neneknya. Ia menaruh barang barangnya terlebih dahulu dirumah neneknya. Setelah beberapa saat ia beres beres, ia datang padaku kembali untuk pergi jalan jalan. Kami mulai akrab sekali saat itu, mungkin juga kami sudah mulai saling mencintai.