Download App

Chapter 5: Berkelahi? LAGI !?

Tiga hari berlalu,

Arvita masih belum bisa memperbaiki hubungan pertemanannya dengan Mira. Sahabatnya selalu berusaha menghindari dan menjauhinya.

Hari itu sekolah mengumumkan bahwa semua murid akan dipulangkan lebih cepat, dikarenakan persiapan ujian dan rapat guru yang diadakan di luar sekolah.

"Jangan lupa, untuk tugas proposal kalian. Bagi yang belum mengumpulkan, besok adalah batas waktunya. Dan apa masih ada lagi yang mau mengumpulkan hari ini?" Tanya Bu Ida, dan Armand langsung saja berdiri dan memberikan tugasnya.

Arvita sedang memeriksa isi tasnya, mencari-cari tugas yang sudah ia selesaikan. Sayangnya ia masih tidak menemukan tugas miliknya. Sejenak ia berpikir, dia masih sangat mengingat jelas jika pagi tadi ia membawanya dan meletakkan didalam tasnya.

Bu Ida meninggalkan kelas, seketika siswa dan siswi berhamburan untuk keluar. Mira seperti biasa sudah pergi meninggalkan Arvita dengan cepat. Sedangkan Arvita masih terus mencari-cari, dan mulai mengeluarkan satu persatu isi tasnya.

Armand berjalan melewatinya yang masih sibuk, untuk beberapa detik mata itu memandang Arvta yang masih asik dengan kesibukannya. Armand pun terus meneruskan langkahnya, dan berjalan keluar kelas.

"Ahh... dimana sih.. Perasaan tadi pagi gue bawa. Duhh... data backupnya kan juga gak ada.Udah Gara-gara Babe pake laptop gue, bukannya download lagu malah hapus file penting. Ishhhhh...."

Ucap Vita dan menghentakkan kakinya dengan kesal.

(Beberapa hari sebelumnya, proposal yang hilang)

"Pit... Pitahhh.." Teriak Jali dengan suara yang menggelegar. Vita langsung saja berlari kearah ruang tamu, dirinya baru saja berbincang dengan ibunya di dapur usai makan malam.

"Kenapa sih Beh?? Kan tadi Vita udah ajarin gimana pindahin lagunya dari laptop ke handpone babeh." Ucap Vita, melihat wajah ayahnya yang terlihat bingung.

"Tadi kayanya babeh pencet-pencet sesuatu deh. Tulisannya DE-LE-TED. Yah.. babe pencet aja." Jawab Jali.

"Ha..? Babeh ngapus apa ya???" Vita langsung saja mengambil laptopnya dan mengecek dengan seksama. Terkejut karena tugas sekolahnya-lah yang telah dihapus oleh ayahnya.

"Aaaaa.... Babehhh.... Udah deh babeh jangan pegang-pegang barang Vita lagi... Nyebelin..!!! Untung udah Vita print!!"

Di Sekolah

Arvita mulai kembali mengecek satu persatu isi tasnya, dan ada suatu hal yang membuatnya menjadi terheran. Selembar kertas putih tiba-tiba saja merosot dari salah satu bukunya.

Dengan hati-hati Arvita mengambil secarik kertas tersebut, kertas yang terlipat dengan rapi. Vita pun membuka lipatannya, dan mulai membaca sebuah pesan yang tertulis pada secarik kertas tersebut.

***

Suasana sekolah sudah benar-benar sepi dan sunyi. Para murid SMA 01X sudah tidak terlihat, tapi hanya Vita yang masih beridiri di area belakang gedung sekolah.

Arvita masih menggenggam secarik kertas yang ia temukan di dalam tasnya tanpa sengaja. Sebuah pesan untuk memerintahkan agar dia menunggu di belakang sekolah, jika menginginkan lembar tugasnya kembali.

Emosi Arvita sudah mencapai ujung kepalanya. Rasa kesal bercampur aduk dengan amarah yang besar, Bahkan ia sudah memasang wajah tersangarnya. Arvita masih berharap ia masih memiliki batas kesabaran yang tersisa.

Suara langkah kaki yang banyak terdengar semakin mendekat, setidaknya ada tiga orang anak laki-laki yang masih lengkap mengenakan seragam sekolah mereka.

Arvita mengenali salah satu wajah siswa tersebut, dan tentunya dia sangat mengenalinya.

Karena baru seminggu kemarin Arvita berkelahi dengannya, Iwan siswa kelas 12 yang membuat keonaran di kantin sekolah. Iwan yang dengan sengaja membuatnya kehilangan makan siangnya, tapi kali ini Iwan tidak sendiri.

Dua orang pria berada disampingnya. Memandang keji ke arah Arvita, dan senang dengan Arvita yang hanya datang seorang diri.

"Masih gak kapok? gue buat wajah lo bengep kemarin ?" Sindir Arvita lantang, Iwan hanya terkekeh mendengarnya dan masih memandang dengan pandangan meremehkan.

"Jadi ini cewe gila yang cukup terkenal. Gue pikir penampilannya gimana, ternyata biasa aja tuh." Ucap siswa pria yang berada di sebelah kanan Iwan. Siswa pria yang berada di sebelah kiri pun ikut tertawa dengan nada meremehkan.

"Jadi mana tugas gue!! Dan gimana caranya kalian bisa dapetin tugas gue!!" Teriak Arvita lagi dan lebih kesal dari sebelumnya.

Ketiga pria di hadapannya langsung saja tertawa,

"Vita.. Vita... mangkanya lo jangan suka cari musuh. Kalau bukan karena Mira, kita juga gak bisa dapetin tugas lo. Yang ini kan." Iwan menyodorkan tugas Vita yang langsung membuat tangan Vita langsung mencoba untuk meraihnya.

"Eeettt...kenapa buru-buru banget sih!! Gue bakal kasi ini, kalau lo berlutut dan minta maaf." Ucap Iwan menantang, Vita semakin menatap dengan kesal.

"Hhh...Enggak akan!!" Tolak Vita dengan tegas.

"Kali ini lo enggak akan menang loh Vit, lo liat kan. Kalau lo udah kalah jumlah." Ucap siswa yang berada di sebelah kanan Iwan.

Vita semakin mendengus kesal, dan semakin tertarik untuk tau apa yang terjadi selanjutnya.

"Gak usah banyak ngomong!!" Ucap Arvita dan mulai memasang kuda-kudanya, dua pria yang berada di samping Iwan bergerak maju dan langsung memegangi tangannya dengan erat.

Arvita pun dengan amat kuat menghempas tangan-tangan yang memeganginya, dengan cekatan berhasil mendorong kedua pria tersebut.

Tapi kedua pria tersebut, dengan mudah sudah pada posisinya, dan salah satunya berusaha memberikan pukulan ke arah wajahnya.

Arvita menangkis dengan tangan kanannya, kemudian menarik tangan pria tersebut dan membanting tubuhnya ke atas tanah. Suara pria tersebut terdengar langsung menjerit dan menahan sakit.

Pria satu lagi, sudah kesal dan mengeluarkan pisau lipat kecil. Menodongkan pisau tersebut ke arahnya, Arvita menatap kesal ketika pria tersebut semakin memajukan pisaunya dengan cepat dan sedikit memberi goresan pada pergelangan tangan kiri Vita yang berusaha menangkis.

Pria yang barus saja Arvita hantam ke arah lantai semen, tidak lama terbangun. Dan bersama dengan Iwan ketiga pria tersebut mengepung Vita.

Kedua pria tersebut mencoba mengececoh Arvita dan berhasil membuatnya tidak memperhatikan Iwan yang sudah mengincarnya dari belakang.

Tapi Arvita sudah dengan cepat membalikkan badannya dan memukul bagian perut Iwan. Sontak kedua pria yang lainnya kembali memegangi tangan Arvita, dan dalam ketidak berdayaannya mampu membuat Iwan berhasil melayangkan tinju ke arah wajah Vita.

Suatu keberuntungan Vita masih tersadar, walaupun dua orang pria tersebut masih terus memegangi tangan Arvita yang masih berontak dan melawan.

Pergelutan tersebut berlangsung cukup lama, sampai sebuah suara menghentikan pertikaian mereka.

"Mmm.. Kayanya seru nih. Kalau para guru tau, kelakuan para senior pada seorang siswi."

Ucap Armand seraya bersender di sisi dinding dan matanya yang kejam mengarah ke arah pertikaian. Sebuah ponsel mengarah pada mereka semua.

Arvita masih berdiri tegap, walaupun seragamnya tampak kusut dan kotor. Ketiga lawannya terlihat sudah mulai kelelahan, Arvita sudah tidak mau lengah dengan sebuah tinju yang melayang pada wajahnya. Ia masih belum puas membalas perlakuan semua lawannya.

Iwan dan dua pria tersebut langsung saja berteriak kesal, "Lo!! Berani-beraninya!!" Ucap Iwan menunjuk dan mulai mengancam.

"Mm.. apa jadinya kalau siswa kelas tiga tidak bisa mengikuti ujian akhir mereka, karena sebuah kasus yang cukup menghebohkan dan merusak nama sekolah." Ucap Armand dengan sengaja.

Arvita menatap Armand tidak percaya. Alih-alih takut, Armand malah menunjukkan wajahnya yang dingin dan angkuh, bahkan pada saat ia mengatakan hal tersebut. Vita bisa melihat jelas sebuah ancaman yang mengerikan.

"LO MAU DIHAJAR JUGA YA??!!" Teriak Iwan kesal.

"Mmmm... guru-guru pasti akan lebih percaya dengan cerita murid baru yang di bully oleh para senior. Bukan begitu?" Ucap Armand, sedikit menunjukkan senyumnya yang meruncing.

"Iwan.. ayo kita pergi." Ucap salah satu teman Iwan, dan Iwan pun mau tidak mau langsung menurut , ia masih tampak berpikir.

Selang beberapa detik Iwan dan komplotannya memutuskan untuk meninggalkan Arvita dan Armand. Gadis itu kembali mengumpat dengan kesal ke arah kawanan yang kabur tersebut, berjalan mendekati tugasnya yang tergeletak di tanah.

"Ahhh... pergi aja sana udah kaya pengecut... "

Umpat Arvita kesal karena melihat tugasnya yang kotor dan robek. Armand mendekati Vita dan menatap wajah Arvita yang menunjukkan luka memar. Arvita pun ikut menatap ke arah Armand.

"Thanks ya, buat bantuan lo." Ucap Arvita dengan singkat.

Armand hanya sedikit menaikkan dagunya, kembali memandang Arvita dengan tatapan yang dingin.

"Helouuwww.. any body home?? Thank you OK!! " Ucap Vita berpikir Armand tidak mengerti dengan bahasa Indonesia.

Tapi Armand tidak membalas ucapan Arvita, lagi-lagi dia mengacuhkannya dan membalikkan badannya dengan cepat.

"Haa?? Dasar cowo aneh." Umpat Arvita kesal.

Siang sebelumnya saat jam makan siang masih berlangsung, Armand tanpa sengaja melihat Mira mengendap-ngendap masuk kedalam kelas dan tampak mencurigakan. Armand melihat Mira yang membuka isi tas Arvita, dan mengambil tugas Arvita dengan sengaja.

Armand bukan tipe orang yang suka ikut campur, tapi mengapa melihat Arvita yang sibuk mencari tugasnya membuatnya menjadi penasaran dan awalnya hanya ingin sekedar ingin tahu.

Apa yang akan terjadi berikutnya? Mengikuti Arvita diam-diam ke arah belakang sekolah, mengamati Arvita yang mulai berkelahi dan mulai kewalahan.

***

Arvita menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Sudah cukup seharian ini ia mendengar ceramah dari ibunya, yang terkejut melihatnya pulang dengan keadaan berantakan, luka goresan ditangannya, dan wajahnya yang membengkak karena pukulan dari Iwan.

Arvita masih saja bisa mendengar perdebatan antara ayah dan ibunya, ia memandang cermin dan melihat wajahnya yang benar-benar...

Katakan saja KACAU.

Arvita pun menempelkan beberapa salap pereda sakit dan mengompres wajahnya dengan air es.

Arvita berjalan ke arah meja belajarnya, mengeluarkan tugasnya yang rusak. Pikirannya langsung saja membayangkan dirinya akan tidur sangat larut, karena harus membuat ulang semua tugasnya.

"Ahhhh....."

"Mira!!! Kenapa lo tega sih ngelakuin ini sama gue!!!"

***

Arvita menatap pintu gerbangnya cukup lama, kedua orangtuanya sudah memperingatinya agar tidak masuk sekolah. Melihat kondisinya yang tidak dalam keadaan baik. Petugas satpam mendekatinya, memperhatikan Arvita yang masih saja melamun.

"Kamu mau berdiri disini terus, atau mau bapak kunci aja pintu gerbangnya?" Tanya Satpam tersebut.

"Mmm.. Kali ini kamu berantem sama siapa lagi Vita?" Tanyanya lagi.

"Ama anak kampung pak. Iya pak Bagus ini juga Vita mau masuk." Jawab Arvita asal saja, dan langsung berjalan memasuki gerbang sekolahnya.

Tidak menunggu sampai dengan beberapa menit, benar saja hampir semua mata memandang ke arah wajahnya.

Arvita masuk ke dalam kelas, Mira sudah lebih tiba dan terlihat bahwa ia pun terkejut dengan kondisi wajah Arvita. Arvita berdiri disamping Mira, wajahnya sudah sangat kesal dan rasanya ingin sekali dia berteriak lantang padanya.

Arvita menarik nafasnya, dan mendengus dengan kasar.

"Mira, gue gak nyangka lo bisa berbuat jauh seperti ini." Ucap Arvita masih bersabar, pandangannya masih lurus menatap Mira yang masih duduk dan sedikit bergerak melihatnya yang kesal.

"Maksud kamu apa Vita?" Ucap Mira, dan memperlihatkan wajah tidak bersalahnya, Vita pun semakin menarik nafasnya dengan kesal.

"Ha..?" Arvita menggelengkan kepalanya, berharap bahwa temannya akan meminta maaf pada dirinya.

Arvita pun berjalan melewati tempat duduknya, Mira masih menatap Arvita yang tidak mau sebangku dengannya. Arvita yang masih menahan amarahnya dengan santai langsung menuju kearah tempat duduk Armand. Karena memang tempat itu yang masih tersedia.

Arvita duduk dengan kesal, sedangkan Armand hanya sedikit menoleh padanya.

"Kosong kan?" Tanyanya, dan seperti biasa Armand tidak menjawab ucapan Arvita. Pandangannya kembali ke depan, karena guru bahasa Indonesia yang baru saja tiba.

***

Arvita tetap menjalani kehidupannya dengan atau tanpa sahabatnya, hingga ujian kenaikan tiba. Dirinya pun berhasil melaluinya dengan mudah.

Vita masih belum mau berhubungan baik dengan Mira, begitu juga sebaliknya.

Hingga akhirnya kenaikan kelas yang memisahkan mereka, dan hubungan pertemanan mereka yang menjadi hilang begitu saja. Tanpa ada perpisahan dari keduanya, mereka seakan-akan mencoba untuk tidak saling mengenal.

Hari yang cerah itu, Arvita berjalan dengan langkah riang menuju kelas barunya. Ini adalah tahun terakhirnya di SMA, dan pastinya dengan teman-teman barunya Arvita hanya berharap bisa memiliki kehidupan normal layaknya murid SMA.

TAPI....

"Apa....?" Batin Vita.

Dia melihat bahwa ia sekelas LAGI dengan Armand, tidak lebih baik dari Mira. Armand siswa yang tidak pernah berkata lebih dari satu paragraf itu, sedang duduk dengan santai ditempat duduknya. Anehnya lagi, ia tidak memiliki teman sebangku dengan yang lainnya.

Dan Armand terlihat tidak masalah, perihal tersebut. Ekspresi wajahnya tidak menunjukkan adanya kemajuan, Angkuh, dingin, acuh, dan tidak peduli.

Arvita hanya sedikit terlambat datang ke kelas, tapi semua bangku sudah penuh dan hanya tersisa satu meja, dimana Armand sedang berada ditempat itu .

Sepertinya karakter Armand yang unik dengan dunianya sendiri, sudah mulai terkenal disekolah. Melihat tidak ada satu murid pun yang berusaha untuk berteman dengan pria itu.

Armand tampak memperhatikan Arvita yang berjalan mendekatinya, wajahnya terlalu dingin hingga Arvita pun bergidik seram.

Walaupun dirinya masih mempertahankan sebuah senyuman yang terlihat hambar dan dipaksa.

"Mmm.. Hai.. Armand... Kita sekelas lagi ya.." Sapa Arvita sangat canggung dan melihat Armand yang masih terdiam memangdangi dirinya.

"Ee... tempatnya kosong kan. Boleh enggak gue duduk disitu?" Tanya Arvita teramat sopan.

"Memang ada larangan enggak boleh, Kalau ada larangannya apa perlu gue pasang disini." Jawab Armand lugas, Arvita pun sedikit merasa kesal dan menyesal sudah bertanya pada pria tersebut, tapi ini adalah hari pertamanya di kelas duabelas. Dia sudah berjanji pada kedua orangtuanya untuk tidak membuat masalah di sekolah.

Arvita pun dengan hati-hati duduk di samping Armand, sedikit menggeser bangkunya dan membuat jarak yang terlalu nyata untuk dilihat.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C5
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login